Jumat, 19 Maret 2010

Desah Malam

DESAH MALAM

By elha – 18.03.2010

(18 Maret 2010 - pk 14:50 dibaca oleh 358 orang, http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/18/desah-malam/)

“…Dia meninggalkan suaranya yang masih diselimuti…..ingin ku singkap dan segera menikmatinya….”

—oooOooo—

Hari belum lagi pagie, HPku berdering kencang…(loh kok berdering…jadul amat seeh..heheh). Ah, dari nomor yang tak kukenal….siapa dia? kubiarkan sedikit berlama-lama untuk memastikan siapa pemilik suara diujung telepon….namun hitungan mikro ekonomi membuyarkan semangatku. Tak ingin memberikan argo yang tinggi, aku segera menjawab panggilan itu…..

“Assalamu’alaikum…..” jawabku

“Wa’alaikumsalam. elha, ini Ar….”jelasnya dengan mesra dan penuh kehangatan

Lalu, dengan suara mendesah, dia menceritakan peristiwa semalam yang ‘menarik’. Bagaimana dia memeluk, merangkul, menyelimuti hingga menidurinya….semuanya diceritakan secara detail sehingga akupun tergoda.

“Begitu elha. Kalo mao, hayyu kerumah…boleh melihat-lihat, memegang, bahkan ikut tidur dengannya juga gak apa-apa…kalo bersedia” jelasnya lagie…

“Oke, saya akan segera ke sana” jawabku penasaran

Tanpa banyak buang waktu aku segera menuju lokasi yang dituju. Tak kuhiraukan perut berdentang nyaring minta di isi. Kuabaikan pula rengekan anakku yang masih ingin bersamaku. Tekadku hanya satu, menikmati apa yang sudah diceritakan oleh suara mendesah di HP tadi.

Keramaian dijalan raya semakin meningkatkan motivasiku untuk segera bertemu dan merangkulnya. Godaan itu semakin besar membuncah dalam hatiku…aaaahhh, aku tak tahan….tak tahan ..dan ingin segera kulampiaskan dengannya….

Sepuluh menit kemudian aku tiba dilokasi. Sebuah tempat yang besar dan berdiri diatas tanah luas. Agak tertutup dan cukup jauh dari keramaian. Wow, lokasinya sangat mendukung. Kupercepat perjalananku…..

Tak jauh dari bangunan besar itu, terdapat dua buah bedeng terbuat dari triplek. Bedeng itu adalah tempat dimana desahan malam itu berasal. Didalamnya terdapat sebuah tikar/karpet tipis sebagai alas….alas tidur….

Lalu seorang wanita berparas ayu menghampirku. Dia mengenakan pakaian tidur tipis warna putih dan bermotif buah. Tangan kirinya memegang boneka cantik…dia…dia meraih tanganku dan menariknya ke hidungnya…..

Lalu….lalu…lalu…dia meludah….kulihat dengan jelas cairan darah segar keluar dari mulutnya….yaa, gadis kecil itu (berusia 8 tahun), terkena demam berdarah….sebagian tubuhnya dipenuhi oleh bintik-bintik merah….matanya terlihat sayu, bibirnya kering seperti kurang cairan (dehidrasi)….mukanya kusam dan pucat….ah, tak tega kumelihatnya….

Bunga, gadis kecil penderita DB...ga punya dana utk ke RS (elha_doc)

Bunga, gadis kecil penderita DB…ga punya dana utk ke RS (elha_doc)

Orang tua gadis cilik itu menyodorkan hasi pemeriksanaan laboratorium. Tidak banyak yang dianalisa, karena memang mereka tidak memiliki dana untuk itu. Mataku tertuju pada satuan trombosit yang jauh dibawah normal….

”Gimana menurut dokter….?” tanyaku

”Katanya harus segera dirawat…” jelasnya

Aku mengangguk. Aku paham dan yakin bahwa jawaban itu tidak mengada-ada. Apalagi kondisi anak itu yang sangat lemah….

rumah bedeng t4 mrk tinggal (elha_doc)

rumah bedeng t4 mrk tinggal (elha_doc)

Yaa, merekalah yang mendesah menceritakan masalah anaknya kepadaku. Mendesah dengan isak tangis. Mereka sudah membawanya kedokter dan melakukan test darah (lab). Sang dokter menganjurkan untuk membawanya kerumah sakit…..

Mereka mendesah, karena dana dan uang simpanan tiga ratus ribu sudah habis untuk biaya dokter dan lab. Dengan apa mereka akan ke rumah sakit……

Untuk itu mereka menelponku…mengharapkan bantuan untuk kesehatan anak tercintanya…..Namun, aku sangat menyesal karena peristiwa ini terjadi sehari setalah aku melakukan acara Aqiqah, Maulid dan Ceramah Agama yang cukup banyak menyedot biaya…sehingga tak dapat membantunya secara maksimal….

sederhanya mrk.....(elha_doc)

sederhanya mrk…..(elha_doc)

Kualihkan pandanganku kearah bedeng tempat mereka tinggal….susunan triplek yang tidak terlalu kuat…tempat tinggal yang hanya dihiasi jaring-jaring kawat sebagai ventilasi dan seutas tikar sebagai alas tidur….satu-satunya perabotan mewah adalah kasur busa bekas berwarna abu-abu yang terlihat tua dan kusam serta sobek di sana-sini….

”…Bi, kasih aja dulu buat biaya ke rumah sakit…..nanti kita cari lagi tambahannya….” jawab Umi (isteri elha tercinta), sambil menggendong Mumtaz –anakku yang baru berusia 21 hari– ketika kuceritakan masalah ini…

Duh, betapa cantiknya jiwamu Umi…..bangga elha memilikimu….

Insya Allah Umi…..(adakah yang tergerak untuk membantu…??)

Catatan : dialog diatas sudah dimodifikasi ses kebutuhan

—oooOooo—

Salam ukhuwah – salam cinta

http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/18/desah-malam/

KLINIK CINTA




Baca Selengkapnya......

Senin, 08 Maret 2010

Sungguh, Aku Melihat Surga dari Dekat


Sungguh, Aku Melihat Surga dari Dekat
By elha – 08.03.2010

“Kujulurkan tanganku menyentuh Surga itu….Subhanallah, betapa indahnya….air mata keharuan menetes perlahan, membasahi labirin wajah….”

Malaikat kecil membawaku bertemu surga

Gb 1 : Malaikat Kecil yang menunjukkan "surga"

—oooOooo—

Masih ingat kisah Isra’ Mi’raj. Ituloh sejarah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqso di Al-Quds, sholat berjamaah bersama para Rasul terdahulu , kemudian dilanjutkan dengan menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluq, malaikat, manusia, dan jin.. Bertemu langsung dengan Allahu Robbul Jalil, Dzat Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan.
Allah, melalui Jibril, juga memperlihatkan Surga, Neraka dan para penghuninya. Riang Gembira beliau ketika melihat keindahan Surga dan melambaikan tangan kepada para penghuninya yang ceria dan bahagia. Sebaliknya, beliau sangat sedih melihat kondisi Neraka dan penderitaan yang dialami para penghuninya.

Bagaimana dengan perjalananku menuju ‘Surga’? Ketika itu, Senin, ba’da Isya, kami dijemput oleh seseorang yang berkendaraan hitam. Tanpa basa-basi dia membawa kami ke suatu tempat yang sebenarnya tidak asing. Sebuah kawasan yang ramai dikunjungi manusia. Sebuah tempat dimana masjid berdiri kokoh dengan jamaah yang silih berganti. Sebuah tempat dimana dialog kasih sayang dan saling tolong menolong terjadi disana. Kadang terdengar juga umpatan-umpatan dari sebagian kecil mereka.

Kendaraan kami terus melaju, meninggalkan hirup pikuk makhluk lain disekeliling kami, kemudian berhenti di sebuah gerbang berwarna hijau cerah. Kedatangan kami langsung disambut oleh keramahan penghuninya. Seorang muda dengan pakaian hijau menjemput kami dan membawa ke sebuah ruangan khusus. Di sana sudah menunggu beberapa makhluk dengan pakaian putih dengan senyum yang mengembang. Beliau mempersilakan isteriku tercinta untuk naik ke satu tempat.

Tak lama kemudian datang penjemput lainnya yang membawa kami menuju ruangan utama. Cukup jauh perjalanannya, melewati jalan yang dipenuhi tulisan kaligrafi Asma’ul Husna. Kami semakin gemetar. Bulu kuduk kami ikut berdiri. Perasaan kamipun ikut bermain dan bersenandung. Antara percaya dan tidak. Kulihat jam, waktu sudah menunjukkan +/- Pk. 21.00.

Tiba di ruang utama, kami sempat dipisah sebentar, untuk menghindari pandangan mata dengan bukan mukhrimnya. Ruangan yang bersih, harum dan banyak hiasan kehidupan dan kaligrafi. Inikah ’Surga’….???

Melihat Surga secara langsung
Detik demi detik terasa lamban. Pemisahanku dengan isteri tercinta seolah memperlambat berjalannya waktu. Mengapa di ’Surga’ ada pemisahan suami-isteri yang saling mencintai. Kulihat ke belakang, beberapa orang duduk berbaris menanti giliran atau menunggu mukhrimnya. Aku tak sabar…..

Alhamdulillah, tak lama setelah itu, kami disatukan kembali dalam ruangan lain yang penuh aroma bunga. Ada air mengalir, ada beberapa muslimah lalu lalang dan tirai penutup pandangan mata. Seorang Muslimah, dengan pakaian hijau rapih menghampiri kami, dengan penuh keramahan memberikan beberapa arahan sebelum waktu kami tiba. Setelah itu dia kembali ke posisinya, berdzikir dan berdzikir.

+/- Pk 23.00 berjalan menuju aula utama. Melawati dzikir para muslimah, lalu masuk melalui gerbang berdinding kaca. Sementara itu senandung dzikir terdengar dan terus terdengar dari lisan makhlukNya ketika kami ditempatkan dalam sebuah balai panjang. Subhanallah, indahnya…..detak waktu terasa mengeja abjad secara perlahan,…atau menghitung jajaran angka bilangan cacah dari ’nol’ (0) hingga hitungan infinity, tak terhingga……

Lantunan dzikir dan lafadz Pujian-pujian kepada Al-Khaliq terus bergema………
Hingga, tepat ketika banyak makhluk tertidur pulas, ketika genangan air bersujud kepadaNya, ketika ahli ibadah terbangun bertahajjud, ….secara nyata ku melihat langsung ’untaian Surga’ itu……Indah, menyejukkan, dan menyilaukan……

Kusentuh dengan tanganku…..ku raba dan kurasakan nikmatnya ’Surga’. Linangan air mata tak kuasa menahan keharuan….Yaa Allah, malam ini Kau Tunjukkan betapa Surga itu memang ada dan tampak nyata di depan mata. Ku nikmati perlahan, seolah tak ingin kuberpisah dengannya…..kecamuk perasaan semakin kencang. Derai air mata semakin lancar membasahi pipi…..Hasbunallah Wani’mal wakiil, ni’mal maula wani’mannashiir….

Surga itu telah ku miliki…..

Umi tercinta dan para jagoan

Umi tercinta dan para jagoan

—oooOooo—

Wajahku masih basah oleh air mata. Hatiku masih terasa menikmati indahnya Surga, dengan Ayat-ayat Allah yang terus menyusup masuk dalam kalbuku…..

Ku tarik nafas panjang…hhuuuiiihhhh….
Rasanya tak percaya, Allah memperlihatkan ’Surga’ secara langsung dan kasat mata.

Ku gelengkan kepala perlahan. Ku ingat kembali peristiwa luar biasa yang baru kualami. Peristiwa besar yang mampu memompa adrenalin darah dan persendian. Peristiwa yang mampu menyenandungkan dzikir, betapa kita sangat kecil dibandingkan kekuasaan Allah Swt….Allahu Akbar.

Perlahan namun pasti, seraut wajah yang bersih dan suci dari dosa itu muncul dan faraj yang disucikan Allah. Perlahan dan disertai tarikan nafas kuat seorang pejuang sejati, Ibunda tercinta…..hentakan penuh tenaga yang menguras energi, melemaskan persendian…..Isteriku bersitirahat sejenak menahan lelah….butiran keringat besar menghiasi wajahnya. Ku-usap dengan lembut dan kubisikkan, ”Sebentar lagi mi….sudah keliatan…coba ambil nafas panjang….”

Lalu dengan satu hentakan, keluarlah seorang makhluk titipan Allah, dan diiringi tangisan khas bayi…….kami terharu….kukecup mesra kening isteriku tercinta. Kupeluk dia, sambil menunggu dokter menyerahkan bayi itu di berikan imunisasi dini (kolostrum/ASI Murni)

Kulihat senyum mengembang dari wajah isteriku, meski guratan rasa lelah dan lemah terlihat lebih dominan. Senyum bahagia seorang Ibu setelah berhasil melahirkan seorang anak manusia, buah hati tercinta…..
Kuberikan ia seteguk air untuk menghilangkan rasa haus, membasahi kerongkongan dan menghindari dehidrasi. Kudaratkan kembali kecupan cinta…..

”Bu bayinya sehat Bu…Laki bu…” seru dokter yang menangani persalinan isterku
”hhehehe..laki lagi” ….

Lalu sang bayi di letakkan di dada isteri dan secara naluriah mencari Kolostrum ASI pertama…Subhanallah…Bahagianya Isteriku, meski dalam suasana lelah..sangat lelah…

Dengan sangat jelas kulihat ’Surga’ di depan mataku. Surga dunia yang menjadi keramat hidup. Isteriku tercinta, yg aku cintai karena Allah, Ibunda (umi) dari anak-anak kami….

Ketika seseorang memohon kepada Rasulullah agar diijinkan ikut berjihad, Rasulullah bertanya, “Apakah engkau masih mempunyai Ibu?” orang itu menjawab, ”Ya masih”, kemudian beliau bersabda,

Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya (Imam Nasa’i dan Thabrani)

Kasih Ibunda

Gb 2 : Kasih Ibunda

—oooOooo—

Siang itu aku melihat isteriku meringis menahan sakit,… Adik bayi sangat bersemangat menyambut air susu murni nan suci,…setelah berpindah beberapa kali…adik bayi tertidur pulas….isteriku tersenyum…dan memperlihatkan luka kecil disekitar susunya….
Masya Allah, dia masih tersenyum dengan lukanya itu. Masih tersenyum setelah menahan sakit ketika menyusui…..

Adakah kita melupakan jasa dan jerih payah Ibunda kita…., hanya karena sesuatu yg kecil saja…???
Adakah kita tega membiarkan isteri kita, hanya karena sesuatu yang datang belakangan…???
Mari kita bersama menyambut mereka. Dengan senyum dan penuh kasih

Salam ukhuwah
elha-KLINIK CINTA
http://www.jangankedip.blogspot.com

Sumber Gb. 1 : Klik

Sumber Gb. 2 : Klik




Baca Selengkapnya......