Rabu, 23 Desember 2009

Duhai PLN, 'Dewa Penyelamat'...Tolonglah Kami…!!

By elha – The Social Blogger

“Pak…Bahaya gak. Itu kan udah tiga kali kejadian…?” tanya Bu Eka, salah seorang warga

—oooOooo—

Senja hari (tgl. 16/12/2009) menjelang maghrib suasana di Rt 03/08, Rawasari – Jakarta Pusat, telihat ramai. Anak-anak dan orang dewasa berkumpul di depan rumah salah seorang warga. Perhatian mereka umumnya terpusat pada satu titik. Tiang Listrik yang baru saja ’terbakar’.

tiang-listrik-yg-mjd-fokus

tiang-listrik-yg-mjd-fokus

Malam merambat naik. Gelap pun mulai menyelimuti. Namun warga tetap berkumpul menunggu petugas PLN datang memperbaiki kabel listrik yang terbakar tersebut. Apalagi rumah mereka masih gelap. Listrik padam, baik karena saklar box listrik yang ’turun/turn off’ atau ada juga memang sengaja dimatikan, meskipun tidak satu aliran.

dlm-gelap-ketua-rt-melihat-perbaikan sarana listrik

dlm-gelap-ketua-rt-melihat-perbaikan sarana listrik

seorang-warga-memperhatikan perbaikan listrik-dlm-gelap

seorang-warga-memperhatikan perbaikan listrik-dlm-gelap

gelap

gelap

Menurut Bang Udin, salah seorang warga Rt. 03/08 - Rawasari, kejadian seperti itu sudah tiga kali terjadi. Selain hari itu, pada tanggal 07/11/2009 +/- pk. 02.00 dini hari kejadian serupa juga pernah terjadi. Menurut warga yang melihat saat itu, lokasinya sama, dan apinya sudah merambat hingga kepangkal/bawah tiang listrik.

”…ini udah yang ketiga kalinya Pak…” katanya

”..Dulu malah apinya sampe kebawah Pak. Kejadiannya jam 2 malem…” lanjutnya lagi

Sekitar Pk. 18.30 petugas PLN datang dan segera memperbaiki kerusakan. Tidak sampai setengah jam, lampu kembali menyala. Suasana kembali terang benderang.

petugas-pln-sdg-mpbaiki

petugas-pln-sdg-mpbaiki

Dalam wawancara singkat dengan Tatang, petugas PLN yang ramah tersebut terungkap bahwa beban pada tiang listrik tersebut memang sudah melebihi kapasitas. Sayangnya Tatang dan rekannya tidak bisa mengganti sarana listrik tersebut, karena kewenangannya memang hanya sebatas memperbaiki gangguan saja.

Apakah sarana listrik yang beberapa kali terbakar tersebut dapat diganti agar kejadian seperti itu tidak terulang lagi?

“………..Bapak silakan saja buat surat pengaduan ke Gardu TP 82. Nanti petugas PLN lainnya agar mengganti yang rusak..” jawab Tatang dengan ramah

tatang-petugas-pln-yg-ramah

tatang-petugas-pln-yg-ramah

“..memang waktu dulu ada penggantian, disini gak diganti ya Pak…ketinggalan ya Pak..?”

“Faktorisasi..” sambung Bangkit, petugas PLN lainnya.

”..Ya udah, dibuat surat pengaduan aja ke PLN…” katanya menutup pembicaraan.

Faktorisasi? Penggantian?

Mungkin Tatang dan Bangkit benar. Ketika ada penggantian/faktorisasi, wilayah di sekitar Rt 03/08 – Rawasari terlewatkan. ’Tertinggal’ atau karena warga yang belum paham mengenai prosedur penggantian saluran listrik.

Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya warga setempat membuat surat pengaduan seperti disarankan oleh Tatang, agar PLN dapat mengetahui kejadian sesungguhnya dan membantu mengatasi masalah tersebut. Selain itu PLN, khususnya Cabang Jakarta Cempaka Putih mungkin dapat memberikan sosialisasi penanganan gangguan bila perisitiwa tersebut terulang kembali. Atau melakukan penggantian terhadap sarana dan aliran listrik yang mungkin memang sudah saatnya diganti.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pak Tatang dan Pak Bangkit yang telah membantu warga memperbaiki gangguan sarana listrik, sehingga warga kembali nyaman.

Terima kasih tak terhingga juga kami sampaikan kepada PLN, bila rencana sosialisasi dan atau penggantian atas sarana dan aliran listrik di wilayah Rt. 03/08 – Rawasari, Cempaka Putih Jakarta Pusat dapat diwujudkan.

Salam ukhuwah

elha -




Baca Selengkapnya......

Pria/Suami Dambaan Wanita…

(CALON) SUAMI DAMBAAN WANITA……….

by elha – konsultan cinta 06.11.2008 —–


Isteriku tercinta pernah bilang padaku,

“Bi, si Fulanah gak jadian ma Fulan. Katanya gak cocok”

“Loh mo cari yang gimana lagi. Kita udah coba bantu. Bahkan ada pria mapan dari Riau yang serius ingin merajut rumah tangga…” jawabku

“Gak tahu deh…” balas isteriku

“Sayang juga ya. Sekarang umur Fulanah berapa…?”

“34 apa 35 ya. Lupa bi…”

“…hhhuuuiii…”

–begitu kira2 obrolan santaiku dengan isteri tercinta-

—-ooOoo—-

Banyak yang bilang wanita itu makhluk misteri. Karena sifat, sikap dan karakternya yang cenderung tak terungkap. Ya, tak dapat dipungkiri kalau wanita (baca : sebagian besar wanita) melepaskan ungkapan, pendapat dan keinginannya dengan perasaan. Dengan sentuhan emosi. So, jangan heran kalau wanita lebih cenderung diam ketimbang menyatakan tidak setuju secara terbuka. Atau, neh ini yang sering di ‘emohi’ oleh kaum adam, mengurai air mata bila keinginannya tidak dipenuhi atau bila pendapatnya dipatahkan. Memang gak semua seeh. Tapi gambaran seperti itu cenderung melekat dalam opini kaum pria.

.

Makanya aku tak heran ketika isteriku mengatakan bahwa Fulanah batal jadian (menikah) dengan si Fulan. Meskipun masih samar, tapi aku yakin penyebabnya masih berkaitan dengan sentuhan perasaan wanita. Alasan tidak cocok, kurang sreg, gak sesuai dan gak sekufu hanyalah diplomasi kaum wanita untuk menutupi permainan perasaan tersebut….(ini psychology analisys ku loch…)

.

Sebenarnya pria model gimana seeh yang di inginkan wanita. Atau kalau mau lebih tinggi lagi, tipe cowok kayak apa seeh yang didambakan wanita…..tentunya untuk menjadi suami….

.

Ini dia jawabannya….

.

Tipe Calon Suami Dambaan Wanita

Klo yg dah jadi suami, tipe ini juga yang akan dituntut isteri kita

(Ini menurut Penelitian loch…ya meskipun kecil-kecilan, namun dijamin ilmiah. Percaya deh)

.

1. “I Love You Honey”

Wanita jelas tidak sama dengan pria. Bila pria cenderung rasional wanita akan lebih emosional. Karenanya untuk masalah cinta mereka suka ungkapan bibir, ketimbang bahasa hati. Artinya wanita lebih suka kepada pria yang tidak pelit dalam menyatakan kata CINTA. Tentunya bukan Cinta Kali Lima yang dapat di obral dan di tawar- tawar. Ungkapan cinta/sayang yang rutin diberikan pria kepada wanita akan memberikan kepuasan tersendiri. Dalam sebuah perkawinan, hal in dapat melanggengkan keharmonisan rumah tangga.

.

2. Periang dan Semangat Pagie

Orang tua kita selalu bilang, “Aduuuh bangun siang amat. Nanti rejekinya di patok ayam”. Lho kok ayam. Karena ayam bangun sebelum matahari terbit. Nah seorang wanita akan bangga bila melihat pria atau suaminya bangun sebelum shubuh. Dan menyambut hari dengan Syukur, senandung kecil dan keceriaan. Menjemout Rizki dengan oebuh semangat. Insya doa isteri akan menyertainya

.

3. Bertanggung Jawab

Yang ini masih ada hubungannya dengan butir 2. Semangat pagi merupakan bentuk tanggung jawab pria./suami terhadap isteri dan keluarganya. Tuntutan ini yang sering didengungkan isteri bila terjadi masalah dalam rumah tangga. Khususnya masalah perceraian, pisah ranjang dan pisah rumah. Tanggung jawab yang dimaksud selain ekonomi adalah pengayoman, memberikan rasa aman dan nyaman serta perlindungan. So, bila pria/suami sudah menjalani point ini, Insya Allah, keluarga kita akan langgeng – langgeng aja. Kecuali ada perkara lain yang tersembunyi.

.

4. Memiliki Selera Humor

Seorang wanita/isteri senang bila tertawa bersama dengan suaminya, baik di rumah, di tempat tidur ataupun dalam perjalanan. Tertawa bersama dapat menahan gejolak amarah, rasa letih, bahkan mungkin rasa lapar….(kalau sedang puasa…hehehe). Yang jelas suasana rumah tangga menjadi cair, rileks dan tidak terbebani oleh masalah. Wanita memang suka yang ringan dan yang lucu.

.

5. Peduli

“Mas, rambutnya belum tersisir rapih”, adalah salah satu ungkapan kepeduliannya terhadap pria/suami. Atau dia akan membantu merapihkan pakaian kerja yang kita pakai. Kerapihan dan keserasian akan selalumenjadi perhatiannya. Tentunya wanita juga ingin diperhatikan seperti itu. Memuji penampilannya atau membantu menilai keserasian seragam yang dipakainya adalah bentuk rasa peduli yang dituntut oleh wanita/isteri.

.

Sementara lima dulu ya….ato silakan kunjungi http://www.kompasiana.com/elhafals

n add ane y di FB yg baru ane bikin abi elha (abilukman@yahoo.co.id)


slm ukhuwahslm CINTA

elha (konsultan cinta)

.

Bersambung ke seri KLINIK CINTA berikutnya…………………………




Baca Selengkapnya......

Bagaimana Mengungkapkan Rasa Cinta????

By elha – pengasuh KLINIK CINTA

“Bang elha…kok sulit ya saya mengatakan CINTA…padahal saya suka sama dia….”

Seperti itukah potret diri kita ketika dihadapan si dia? Saat suami menyendiri dan ingin kita dekati, kita diam terkesima…tak bisa mengungkapkan kata-kata…..Atau tatkala sang isteri membutuhkan belaian dan sapuan lembut, kita diam seribu bahasa. Meskipun sesungguhnya kita sangat ingin menyampaikan pesan sayang untuk isteri tercinta…

Makna cinta tak selamanya terukur dengan untaian kata dan susunan baris kalimat. Ungkapan cinta tak melulu menggunakan sarana bahasa verbal, karena seringkali verbalita menjadi sebuah monster yang menakutkan dan menjerumuskan…hehehehe…khususnya bagi mereka yang tidak pandai menyusun huruf alphabeta dalam bait & syair indah.

Ada cara lain dalam mengungkapkan rasa cinta yang bisa membuat dia merasa bangga, terpana dan makin mencintai Anda. Andapun tak kehilangan kesempatan untuk semakin dekat dan semakin mesra. Bukan hanya bagi wanita, tapi juga pria, isteri, suami, anak dan keluarga

Ungkapan cinta Umi thd anaknya...berupa...menemani anak bermain bersama

Ungkapan cinta Umi thd anaknya…berupa…menemani anak bermain bersama

Sebagai Terkun Cinta (meminjam istilah Kang Roy), saya akan memberikan resep KLINIK CINTA, sbb :

  1. Bila suami kita adalah pecinta sarapan pagi….sebagai seorang isteri kita dapat menyiapkan menu sarapan pagi untuknya, terutama yang selama ini menjadi kesukaannya.
  2. Sebaliknya, jika isteri kita adalah fans berat kopi…sang suami sesekali boleh membuatkan kopi khusus (anggap saja kopi cinta) dan letakkan di meja yang menjadi singgahan khusus isteri kita. Letakkah secarik kecil di dekat gelas/cangkir kopi tsb dengan tulisan singkat, kopi cinta khusus isteri tercinta.
  3. Bila masih di rasa kurang,…hehehehe….agak-agak ‘jadul’ dikit seeh. Bisa juga kita buatkan sebait syair atau kata pujian untuknya (suami/isteri) dan letakan dalam tas/buku agenda atau dompet miliknya…dijamin, darah segar akan segera mengalir dan menggerakan tangannya untuk meraih gagang telpon dan tak sabar berucap…”Mas/Yang/isteriku…..kamu romantis sekali….”….
  4. Romantis bukan Rokok makan gratis loch…hehehehe
  5. Resep berikutnya, …kalau semua berjalan lancar….lanjutkan dengan sentuhan cinta yang lain. Katakan padanya,….”Ma/Pah/Yang/Abi/Umi….indahnya kalau malam nanti kita makan berdua…eh berempat ding ma anak-anak di Soto Sulung…atau Sop Iga Merdeka..”..duh Dunia serasa jaman Nabi Adam..belum ada penghuni yang lain
  6. Namun jika suami/isteri tidak termasuk dalam tipe petualang kuliner dan tidak terlalu tertarik dengan kulinerisasi, sang suami/isteri bisa membuatkan masakan spesial untuk makan malam. Tidak harus yang mahal atau banyak. Cukup yang dapat membuat suasana malam itu ’terasa lain’….misalnya : membuat masakan khas daerah lengkap dengan baju adatnya…atau dengan atribut khusus masa nostalgia, seperti topi, pita, dll

Loh kok suami isteri semua…Mana untuk yang belon nikah..hahahahaha

  1. Ini resep tambahan untuk para perjaka/perjana dan Perjawa
    Resep utama suami/isteri diatas dapat dimodifikasi. Misalnya catatan kecil dimasukan dalam buku kuliah atau dompet spesial
  2. Makan malam dapat di modif dengan makan riang/canda di kantin
  3. Membuatkan kopi/susu dapat diganti dengan pemberian makanan/cemilan kesukaan seperti coklat/blueberry..(asal jangan black berry aja….mater donk…hehehehe)
  4. Nah yang ini sering menjadi penentu keberhasilan….Belikan dia buku yang sudah menjadi incarannya. Tinggalkan buku tersebut di atas meja dalam kamarnya (dengan bantuan adik/kakak/PRT ato dengan trik tertentu…)
  5. Ajak dia berpergian. Bermain bowling, makan malam dan sholat bersama di akhir pekan. Bisa juga ikut Zikir Akbar di Majlis Zikir Arifin Ilham. Bersenang-senang bersama juga merupakan satu ungkapan kasih sayang.

Jadi ungkapan Cinta tidak selalu harus diucapkan. Meski masih ada sebagian orang yang masih menuntut bahasa verbal, namun makna hakiki cinta adalah perbuatan dan aktifitas nyata.

Selamat mencoba dan semoga sukses

Salam cinta dan salam ukhuwah

elha - http://www.kompasiana.com/elhafals




Baca Selengkapnya......

Tiduri Aku…Ibu!!! (Kisah Nyata?)

By elha – The Social Blogger 01.11.2008—-

.…Tersentak hati Bu Dina mendengar permintaan anaknya. Anak laki-lakinya ingin ditiduri, ingin diberi kehangatan darinya….kehangatan seorang wanita. Kehangatan…hmm……

—oooOooo—

Sebagai seorang wanita yang cantik, Dina memiliki hampir segala yang diimpikan kaum wanita. Parasnya ayu, manies dan selalu enak dipandang. Bentuk hidung, mata, alis, bulu mata hingga ke garis pipi yang tertata indah bak bulu perindu diatas bintang timur diwaktu senja. Posturnya tubuhnya sangat ideal untuk seorang wanita. Kulitnya yang putih dan jenis rambutnya yang panjang hitam bergelombang menambah nilai keaggunannya. Kemolekan lekuk tubuhnya menyebabkan ia sering disebut wanita terseksi.

Dina, seorang wanita karir pada salah satu perusahaan swasta besar di Ibukota, termasuk wanita yang cerdas. Ditunjang pendidikan formalnya yang merupakan alumni Pasca Sarjana Komunikasi Universitas ternama.

Loyalitas terhadap perusahaan tidak diragukan lagi, sehingga menjadikan dirinya sebagai salah satu ’maskot’ pegawai diperusahaannya. Tak heran bila karirnya bagai ’rising’ star. belum sepuluh tahun bekerja, dia sudah menduduki jabatan penting, setingkat Department Head (Kepala Bagian). Dikenal dekat dengan bawahan. Suppel dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan jajaran pimpinan. Tipikal Dina selalu menjadi bahan pembicaraan dikalangan pegawai, gunjingan hingga tentu saja ’fitnah’ dari orang-orang yang tidak menyukainya. Apalagi ketika terdengar kabar bahwa dia akan dipromosikan menjadi salah satu deputy kepala divisi.

’ah…paling dengan keseksiannya’ kata mereka yang tidak suka.

—oooOooo—

”Ibu mau kemana….?” tanya Fitri, puteri bungsunya

”Ibu mau berangkat ke kantor nak…” jawab Dina, sambil merapihkan pakaiannya

”Kok masih gelap bu….bareng ayah gak bu…?” tanya Fitri lagi dengan bahasa anak yang agak cadel

”Ayah khan belum pulang nak. Masih di Bandung…” jawab dina, tanpa memalingkan wajah dari cermin hiasnya

Jam masih menunjukkan pk. 04.25 pagi. Hari masih gelap. Anak-anaknya masih terlelap, kecuali Fitri yang terbangun karena mendengar suara peralatan riasnya.

”Aku tidak boleh terlambat…aku harus tiba sebelum Bos dan Klienku datang..” pikir Dina dalam hati

”Bu, aku masih mau tidur….” kata Fitri

”Iyya nak….”

.Dina mencium kening anak puteri satu-satunya itu. Dengan penuh kasih sayang dipeluknya erat sambil berkata pelan, ”Nanti sekolah sama si Mbok ya….sarapan disekolah juga gak apa-apa kok…Ibu harus berangkat pagi-pagi…”

”Ah, Ibu…kemarin sudah pegi pagi…kemarinnya lagi pagi, sekarang pagi lagi…” keluh Fitri, dengan menggeleng-gelengkan kepalanya

”Fitri, Ibu bekerja juga untuk Fitri. Untuk sekolah Fitri dan Adit…..untuk membelikan Fitri rumah-rumahan dan masak-masakan…” jawab Dina pelan

”Tapi Ibu selalu pulang malam. Fitri gak pernah tidur bareng Ibu. Makan sama si Mbok…sekolah juga sama si Mbok….” keluh Fitri lagi sambil menggulingkan tubuhnya.

”Fitri, Ibu mau berangkat…..kamu berangkat sama si Mbok ya…!” seru Dina dengan sedikit keras dan wajah agak memerah.

Dina segera keluar kamar. Dia memang tidur bersama anak puterinya yang masih berusia tiga tahun. Ketika akan membuka pintu kamar, Dina menyempatkan diri melihat raut wajahnya dicermin.

Terlihat jelas rona merah diwajahnya. Warna kulitnya yang putih menambah kejelasan ’rona merahnya’. Dina menghela nafas panjang, kemarahan sesaat telah merubah tutur bahasanya. Sudah merubah pula paras ayunya…

”Huh…Fitri selalu membuat aku marah….Fitri sering memperlambat jalanku ke kantor…” keluhnya sambil mengusap keringat didahinya.

”Ah sudah pk. 04.45…aku bisa terlambat …”

Dina mempercepat langkahnya. Sampai diteras rumah keraguan muncul dihatinya….Dia belum sempat bicara dengan Adit, anak sulungnya…

”Ah dia khan sudah tujuh tahun. Sudah lebih besar. Dia pasti ngerti lah…”

—oooOooo—

Presentasi mengenai pengembangan perusahaan, khususnya bidang komunikasi, kemitraan dan pemasaran yang dipaparkan Dina memdapatkan sambutan luar biasa dari Stake Holder (Pemegang Saham, Komisaris, Jajaran Direksi dan Mitra Kerja). Sambutan itu ditandai dengan tepuk tangan meriah sambil berdiri dan ucapan selamat yang seolah tak putus.

Senyum sumringah tersembul dari wajah Dina. Perasaan puas memenuhi rongga hatinya. Dia menghela nafas panjang. Memejamkan mata sesaat….”Akhirnya aku berhasil….”

Untung aku bisa mempersiapkan diri dengan baik. Untung juga aku tiba lebih awal sehingga bisa mengkondisikan semuanya…….

”Dina selamat ya….tidak sia-sia kami menempatkan kamu sebagai Dept Head Promosi & Kemitraan…..” kata seorang Direksi sambil menjabat erat tangan Dina.

Jabatan tangan yang terasa ’lain’. Terasa ada getaran ’hangat’ yang menjalar melalui jari-jari terus hingga pangkal tangan, dan meluncur deras dihati. Jantung berdegup kencang…entah perasaan apa itu. Yang jelas perasaan itu membuatnya pikirannya ’kacau’, hatinya diliputi oleh suatu misteri..entah misteri apa

”Dina, kerja kamu luar biasa…..masih muda, cantik, jenius….tak salah jika Perusahaan memberimu posisi tsb…..” kata seorang Komisaris

Pujian komisaris menambah kencang degup jantungnya…seolah darah berhenti mengalir. Seolah kaki sulit untuk digerakkan. Dengan menghirup nafas pelan, Dina membalas pujian tsb

”Terima kasih Pak..terima kasih…semua berkat bantuan dan bimbingan Bapak…”

”Berapa usiamu sekarang… adakah 40…?” tanya Komisaris itu lagi

Dina tersipu malu…..rona merah kembali menghiasi wajahnya….

”Saya baru 34…. Pak…” jawab Dina sambil tertunduk malu

”Wow…Surprise…kita memiliki calon direksi termuda. Cantik, jenius dan ber-visi…semoga kamu sukses ya….”

Dina terkesima. Tak percaya. Calon direksi….? ah, gak mungkin… aku salah dengar….

—oooOooo—

Minggu, pk. 04.00 Dina terbangun.

Ohhhhh….lelah pikiran dan badannya membuatnya agak sedikit malas untuk bangun. Namun undangan stake holder untuk sekedar minum kopi pagi di Kafe Padang Golf mengharuskan dia untuk segera bergegas…..

”Ah….ngantuknya…..”

Dina kembali merahkan badannya….rasanya dia ingin meliburkan diri bersama anak-anaknya….terutama Fitri yang kemarin membuatnya sedikit marah….

Tapi…undangan Direksi dan Komisaris adalah sebuah ’Perintah’…laksana titah Raja yang harus dijalankan, meskipun hanya ajakan sambil lalu…

”Ahhhh…..”

Dina mulai menyiapkan diri. Mandi pagi dan sedikit bersolek….tampil agak cantik dan…hmmmm..seksi dikit rasanya tidak apa-apa. Toh akan bersantai bersama orang-orang penting ’penguasa’ kantor….’apalagi bila….bila ada yg tertarik padaku…’ pikirnya..

’ah pikiran ngelantur…..’ pikirnya lagi

”Ibuuuu….Tolong tiduri aku Bu….” seru Adit sambil berjalan pelan dan membawa bantal guling yang sarung entah kemana

”Adiiit….?” tanyanya heran

”Adiit….” seru Dina kembali. Heran, tidak biasanya Adit bangun pagi dan pindah ke kamarnya.

”Ibuuu…tolong tiduri aku bu…semalam aku gak bisa tidur…aku kepikiran Ayah….aku ingin bermain bersama Ayah….”

”Adit. Hari ini Ibu masuk kantor….Ibu akan bertemu Bos di kantor…” jawab Dina

”Ibuuu…tolong tiduri aku…aku ngantuk …pengen tidur bareng Ibu…” pinta Adit, kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan Dina, Ibundanya…

Dina terdiam. Hatinya semakin membuncah….perasaan malas memenuhi undangan Direksi kembali muncul….tapi motivasi untuk memperlihatkan loyalitas demikian tinggi…dus, dia sudah berdandan seksi.

Diusap-usap perlahan kepala Adit. Rambutnya yang sedikit ikal bergelombang mirip seperti rambutnya. Bentuk wajahnya yang agak oval dan halus merujuk pada ayahnya…

”ahhh..aku jadi ingat Mas Darman. Wajah Adit mirip ayahnya….semalam dia memberi kabar kalau Meeting di bandung diperpanjang karena banyak Klien baru yang ikut datang….” bathin Dina dalam hati….seketika ia merasa bersalah dengan suaminya.

”Adiiit, Ibu harus pergi sayang…..Ibu harus masuk kantor…..”

”Tapi buu…” Adit tidak bisa meneruskan kalimatnya, karena Dina mengangkat kakinya perlahan, sehingga kepala Adit berpindah ke bagian pinggir tempat tidur.

Dina meneruskan riasannya dimuka cermin yang ada di sisi kanan tempat tidurnya. Bibirnya diolesi lipstick tipis warna merah muda, sesuai dengan pakaian yang dikenakannya. Pakaian terbaik yang dimilikinya, hadiah Ulang Tahun dari Mas Darman suami tercinta.

”Mas Darman pasti akan silau bila melihat aku sekarang. Pasti akan memujiku ’Cantiiik’..hehehe…sayang dandananku saat ini untuk orang lain….”

”Huk..huk..huk..” suara batuk kecil beriak keluar dari mulut Adit

”Adiit, kamu batuk. Jajan apa kamu kemarin” tanya Dina sambil terus memainkan penghalus bedak dipipinya

”Huk..huk..huk..” suara itu kembali terdengar

“Mboookkk….tolong ambilkan air putih hangat. Adit batuk nih” teriak Dina dari dalam kamarnya

Tepat pk. 05.00 Dina meluncur menuju Kafe Padang Golf. Perjalanan akan memakan waktu 30 menit. Cukuplah. Karena pertemuan dan sarapan kopi pagi baru akan dimulai pk. 06.00. Tapi biasanya banyak yang sudah datang dengan perlengkapan stick golf, termasuk pemilihan ’caddy’ pendamping permainan golfnya nanti.

—oooOooo—

Dina sangat menikmati suasana Kopi Paginya. Dia begitu cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tidak ada lagi perasaan canggung, malu dan minder bercengkerama dengan jajaran Direksi, Komisaris dan Pimpinan Unit Mitra Kerja. Apalagi dalam acara yang dikemas secara informal ini. Seolah ia sudah menjadi bagian dari mereka. Jajaran elit perusahaan.

”Penuhi jiwa ini dengan satu rindu…rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu…meski tak layak ku harap debu Cinta-MU” ringtone HP Dina berbunyi….

”Maaf Pak,,,,,,,” Dina tak sanggup meneruskan kata-katanya untuk meminta ijin mengangkat Hpnya

”Silakan ..silakan….ini suasana santai kok” jawab salah seorang Direksi

”Permisi Pak”

”Meski begitu ku akan bersimpuh… Penuhi jiwa ini dengan satu rindu…rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu….” ringtone itu terus berbunyi…

Ditempat yang agak jauh dari kerumunan orang Dina mengangkat Hpnya…

”Hallo….” sapanya

”Bu…kamu ada dimana sekarang….?” tanya suara disana dengan lembut

”Sedang bersama Direksi dan komisaris di kantor.. Yahas…” jawab Dina

Ohhh,…ternyata dari mas Darman, suaminya. Dina terbiasa memanggilnya Ayah, menyesuaikan diri dengan panggilan anak-anaknya

”Loch emangnya masuk… ?” tanya Mas Darman lagi

”Iyya Yah…”

”kapan pulangnya…Adit sakit di rumah kata si Mbok…”

”nanti siang…..atau mungkin juga sore…”

”Yaa sudah…biar Ayah saja yang pulang segera”

—oooOooo—

Pk. 15.30 Dina kembali kerumahnya. Sarapan Kopi Pagi di kafe Padang Golf ternyata diteruskan dengan acara ramah tamah dan meeting informal dengan Mitra Kerja dan Klien. Beberapa Kontrak Kerja ’deal’ setengah kamar dalam ramah tamah itu. Dina baru mengetahui kalau banyak ’deal’ ’deal’ kontrak kerja yang putus di Kafe, Padang Golf serta jamuan makan. Mungkin karena lebih santai dan informal….pikirnya, sehingga lebih mudah untuk bicara dari hati ke hati

Tiba di ujung jalan pemukiman, Dina melihat banyak orang berduyun menuju satu rumah dengan membawa nampan, rantang dan gelas-gelas kecil.

”Ada apa ini…?” tanya Dina dalam hati

Ada bendera kuning terikat di atas tiang listrik tepi jalan…

”Ohh ada yang meninggal….”

Dina mempercepat langkahnya. Ia juga ingin melayat. Ia tak ingin juga tertinggal dalam urusan sosial di lingkungannya….

Tak berapa lama Dina tersentak. Kakinya kaku tak bisa digerakkan….dia melihat banyak orang berkerumun dipekarangan rumahnya. Kebanyakan ibu-ibu dan wanita yang mengenakan pakaian berwarna gelap dan berkerudung. Bapak-bapak ada di ruang tengah…

”ohh…apakah…apakah…..”

”Tidaaaakkkkkkkkk”

Dina mencoba untuk berlari. Namun kakinya semakin sulit bergerak.

Air mata Dina deras mengalir ketiak ia melihat seorang bapak berpeci hitam dan berpakaian muslim putih sedang melantunkan ayat-ayat Qur’an. Dari suaranya tersendat terlihat jelas bahwa Bapak itu menahan tangis. Kadang sesegukan sesekali menghambat laju bacaan Qur’annya..

”Mas Darman…..Ayahhhhhh” seru Dina setengah berteriak

“Ayah siapa yang meninggal Yah….?” tanya Dina kepada Bapak yang sedang mengaji tadi

”Ayah..siapa yah….?” tanyanya lagi

Bapak tadi tidak menjawab. Telunjuk jarinya mengisyaratkan bahwa Dina bisa membuka kain kafan yang belum tertutup

Dengan sedikit merangkak, Dina berjalan tersendat, dan membuka kain kafan penutup wajah si mayit.

”Yaa Allah…Aadiiitttt” Dina langsung memeluk tubuh jenazah itu

”Maafkan Ibu Nak….maafkan Ibu nak…….” teriak Dina keras, membuat seisi rumah menoleh kepadanya. Bahkan beberapa orang yang berada di luar juga berlari kearah rumah

”Adddiiiiittttt….Sini nak…Ibu akan tiduri kamu…Ibu akan tidur bersamamu Nak…..”

”Addiiittttt bangun nak..Ibu sudah pulang…Ibu sudah pulang nak….”

”Ibu ingin tidur bersama mu….”

Dina meraung keras seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya….air matanya mengalir deras. Tak kuasa menahan sedih. Rasanya ingin sekali ia menggoyang-goyangkan tubuh kaku itu agar kembali bergerak….namun Mas Darman segera merangkulnya. Memeluknya. Dan mencium keningnya…

”Bu….ini salah kita..salah Ayah….Ayah terlalu sering meninggalkan keluarga..”

”Bukan Yah…ini salah Ibu…tadi pagi Adit minta ditemani tidur, tapi Ibu tolak…”

”Ya sudahlah…ini salah kita semua. Adit terkena paru-paru basah akut. Dan terlambat ditolong…..”

—oooOooo—

Anak, isteri, suami dan keluarga adalah perhiasan dunia. Perhiasan yang paling indah adalah istri yang sholeh (Amar’atush-Sholihah), suami yang adil (’imamun ’adilun) dan anak-anak yang mendoakan orang tuanya (awaladdun sholihin yad’ulah)

Salam ukhuwah elha

www.jangankedip.blogspot.com

021-92900184




Baca Selengkapnya......

Duhai PLN, 'Dewa Penyelamat'..Tolonglah Kami…

By elha – The Social Blogger

“Pak…Bahaya gak. Itu kan udah tiga kali kejadian…?” tanya Bu Eka, salah seorang warga

—oooOooo—

Senja hari (tgl. 16/12/2009) menjelang maghrib suasana di Rt 03/08, Rawasari – Jakarta Pusat, telihat ramai. Anak-anak dan orang dewasa berkumpul di depan rumah salah seorang warga. Perhatian mereka umumnya terpusat pada satu titik. Tiang Listrik yang baru saja ’terbakar’.

tiang-listrik-yg-mjd-fokus

tiang-listrik-yg-mjd-fokus

Malam merambat naik. Gelap pun mulai menyelimuti. Namun warga tetap berkumpul menunggu petugas PLN datang memperbaiki kabel listrik yang terbakar tersebut. Apalagi rumah mereka masih gelap. Listrik padam, baik karena saklar box listrik yang ’turun/turn off’ atau ada juga memang sengaja dimatikan, meskipun tidak satu aliran.

dlm-gelap-ketua-rt-melihat-perbaikan sarana listrik

dlm-gelap-ketua-rt-melihat-perbaikan sarana listrik

seorang-warga-memperhatikan perbaikan listrik-dlm-gelap

seorang-warga-memperhatikan perbaikan listrik-dlm-gelap

gelap

gelap

Menurut Bang Udin, salah seorang warga Rt. 03/08 - Rawasari, kejadian seperti itu sudah tiga kali terjadi. Selain hari itu, pada tanggal 07/11/2009 +/- pk. 02.00 dini hari kejadian serupa juga pernah terjadi. Menurut warga yang melihat saat itu, lokasinya sama, dan apinya sudah merambat hingga kepangkal/bawah tiang listrik.

”…ini udah yang ketiga kalinya Pak…” katanya

”..Dulu malah apinya sampe kebawah Pak. Kejadiannya jam 2 malem…” lanjutnya lagi

Sekitar Pk. 18.30 petugas PLN datang dan segera memperbaiki kerusakan. Tidak sampai setengah jam, lampu kembali menyala. Suasana kembali terang benderang.

petugas-pln-sdg-mpbaiki

petugas-pln-sdg-mpbaiki

Dalam wawancara singkat dengan Tatang, petugas PLN yang ramah tersebut terungkap bahwa beban pada tiang listrik tersebut memang sudah melebihi kapasitas. Sayangnya Tatang dan rekannya tidak bisa mengganti sarana listrik tersebut, karena kewenangannya memang hanya sebatas memperbaiki gangguan saja.

Apakah sarana listrik yang beberapa kali terbakar tersebut dapat diganti agar kejadian seperti itu tidak terulang lagi?

“………..Bapak silakan saja buat surat pengaduan ke Gardu TP 82. Nanti petugas PLN lainnya agar mengganti yang rusak..” jawab Tatang dengan ramah

tatang-petugas-pln-yg-ramah

tatang-petugas-pln-yg-ramah

“..memang waktu dulu ada penggantian, disini gak diganti ya Pak…ketinggalan ya Pak..?”

“Faktorisasi..” sambung Bangkit, petugas PLN lainnya.

”..Ya udah, dibuat surat pengaduan aja ke PLN…” katanya menutup pembicaraan.

Faktorisasi? Penggantian?

Mungkin Tatang dan Bangkit benar. Ketika ada penggantian/faktorisasi, wilayah di sekitar Rt 03/08 – Rawasari terlewatkan. ’Tertinggal’ atau karena warga yang belum paham mengenai prosedur penggantian saluran listrik.

Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya warga setempat membuat surat pengaduan seperti disarankan oleh Tatang, agar PLN dapat mengetahui kejadian sesungguhnya dan membantu mengatasi masalah tersebut. Selain itu PLN, khususnya Cabang Jakarta Cempaka Putih mungkin dapat memberikan sosialisasi penanganan gangguan bila perisitiwa tersebut terulang kembali. Atau melakukan penggantian terhadap sarana dan aliran listrik yang mungkin memang sudah saatnya diganti.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pak Tatang dan Pak Bangkit yang telah membantu warga memperbaiki gangguan sarana listrik, sehingga warga kembali nyaman.

Terima kasih tak terhingga juga kami sampaikan kepada PLN, bila rencana sosialisasi dan atau penggantian atas sarana dan aliran listrik di wilayah Rt. 03/08 – Rawasari, Cempaka Putih Jakarta Pusat dapat diwujudkan.

Salam ukhuwah

elha




Baca Selengkapnya......

Sabtu, 28 November 2009

SAYANG YA…BERKURBAN TAPI SIA-SIA

SAYANG YA…BERKURBAN TAPI SIA-SIA

By elha – 29.11.2009 dari berbagai sumber

‘Betapa banyak mereka yang semangat berkurban, mengumpulkan uang untuk memberli hewan kurban….bukan ganjaran yang diraih, namun justru kesia-siaan….’.

---oooOooo---

“Bi, kalo di kampungku, kambing kurban ga boleh ditawar. Katanya kurbannya ga sah. Bener ga, Bi..?” Tanya seorang di ujung telepon yang berasal dari Surabaya

“hehehe…rujukan mereka itu hadits, atau katanya-katanya….?” Jawabku balik Tanya

“….Yaa..katanya-katanya, Bi….” Jawabnya

“…hehehehe…kalo gitu ga usah di ikutin. Islam itu agama Ilmu, agama rasional (kecuali soal wahyu & ghoib) bukan agama katanya-katanya….” Jelasku

“Jadi gimana, Bi…?” tanyanya lagi meminta keyakinan

“Jika tidak ada dasar hukumnya, tinggalkan….” Jawabku singkat

Kurban initinya memberikan sebagian (harta) kita kepada mereka yang berhak menerimanya, dalam bentuk hewan kurban yang disyariatkan seperti Onta, Sapi, Kambing, Domba dan Ayam. Rasulullah SAW tidak menyebutkan mengenai harga hewan kurban tersebut. Tidak pula dijelaskan tentang transaksi dan tawar menawar harga. Karena memang yang menjadi rukun utama kurban adalah hewan kurban itu sendiri yang harus memenuhi syarat kurban diantaranya sehat, sempurna (tidak cacat), dan dewasa.

--atau istilah orang Betawie, ‘Udeh Kupak (ompong)’---

Sementara mengenai varian lainnya seperti pemeliharaan hewan kurban, pembelian hewan kurban dan tawar menawar dalam transaksi mengacu pada ketentuan mu’amalah. Bagaimana itu? Ya, sah-sah saja. Apakah kita bersedia membeli kambing kurban seharga 200% dari harga sebenarnya? Ataukah kita tidak diperkenankan menawar hewan kurban yang dijual dengan harga selangit…? Jika seperti itu siapa yang akan berkurban? Mungkinkah ini hanya trik dan tak-tik dari oknum pedagang atau spekulan yang ingin mengeruk keuntungan dari semangat syariat ummat yang ingin berkurban?

Islam itu agama mudah, agama rasional (kecuali untuk hal-hal yang ghoib) dan jangan dipersulit. Kembalikan semuanya kepada dasar hukum Islam, yiatu Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Bukan katanya-katanya. Bukan pula kata dia, kata si anu, kata si fulan..hehehehe

Nah, yang menjadi focus perhatian kita saat ini adalah mengenai tradisi dan kebiasaan yang justru melanggar syariat. Dan ini terjadi di depan mata kita.

Pernahkah kita melihat kalau kulit kurban di jual oleh panitia atau si pekurban dengan alasan tertentu? Atau adakah kita menyaksikan oknum tukang ‘jagal’ mengambil kepala hewan kurban?

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda Man baa’a jilda udhiyyatihu fa-laa udh-hiyyata lahu”…. Barangsiapa menjual kulit kurbannya, maka tidak ada [pahala] kurban baginya…. (HR. Al-Hakim & Al-Baihaqi)

(Hadis ini shohih menurut Imam Suyuthi ---Al-Jami’ Ash-Shaghir, II/167--)

Tidak boleh hukumnya menjual kulit hewan kurban. Demikianlah pendapat jumhur ulama tiga mazhab (Imam Maliki, Syafi’i, dan Ahmad) (Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/352; Qadhi Shafad, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al-A’immah, hal. 85).

Hukum ini berlaku bagi si pekurban (al-mudhahhi/shahibul kurban) dan mereka mewakili pekurban, seperti panitia kurban, pengurus masjid atau coordinator di perusahaan atau ormas tertentu. Karena hukum Islam tidak membedakan pangkat, golongan, jabatan dan status sosial. Selain itu hak dan status kepemilikan hewan kurban bagi si pekurban hilang/berakhir setelah hewan kurban itu di sembelih.

Ah, itu kan kulit doing. Kalau kepala sih gak apa-apa kan? Mungkin pertanyaan ini segera menyergap benak kita.

Ocre. Baiklah. Mari kita simak sedikit saja Sab Rasulullah SAW dari Ali bin Abi Thalib RA

”Rasulullah SAW telah memerintahkan aku (Ali bin Abi Thalib) mengurusi unta-unta beliau (hadyu) dan membagikan daging-dagingnya, kulit-kulitnya…untuk kaum miskin. Nabi memerintahkanku pula untuk tidak memberikan sesuatu pun darinya bagi penyembelihnya (jagal) [sebagai upah].” (Muttafaq ‘alaihi) (Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, IV/95)

Jelas bukan. Baik kulit ataupun kepala hewan kurban sama statusnya dengan daging, tulang, kaki dan jeroan. Semuanya bagian dari kurban yang harus dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya.

“Bi, kalau yang berkurban boleh ga minta bagian untuk dimakan….?” Tanya suara di ujung telpon lagi

“Emang kamu doyan daging…katanya vegetarian…sukanya daun-daunan…termain daun pintu..hehehehe”

“Ah Abi…boleh gak..?”

“Boleh…gak masalah. Kita harus membedakan kurban dengan zakat dan shodaqoh. Dasar hukumnya sangat berbeda. Perlakuannya juga pasti beda…….Si Pekurban boleh memakan daging kurban dari hewan kurban miliknya….Imam Muslim meriwayatkan dalam salah satu hadistnya bahwa si pekurban diperkenankan memakan/menyimpan daging kurban untuk tiga hari (secukupnya dan tidak berlebihan)”

Haditsnya, Dari Abdullah bin Buraidah ra, dari bapaknya, katanya Rasulullah bersabda “Dahulu aku pernah melarang kamu berziarah kubur, maka sekarang ziarahlah. Aku pernah melarang kamu memakan daging kurban lebih dari tiga hari, sekarang simpanlah sekedar dari yang kamu butuhkan…” (HR. Muslim, Hadits ke 1917, Kitab Hadits Muslim)

Atau Hadits dari Aisyah RA. Aisyah RA meriwayatkan bahwa orang-orang Arab Badui pernah datang berombongan minta daging kurban pada saat Idul Adha. Rasulullah SAW lalu bersabda,”Simpanlah sepertiga dan sedekahkanlah sisanya.”

Silakan juga kunjungi situs kami di www.jangankedip.blogspot.com

Jika masih ada yang ingin berdikusi atopun sekedar numpang lewat dan bertanya, silakan kita gunakan jalur FB di abi elha (email : abilukman@yahoo.co.id ). Atau HP di 08180.869.7786

Salam ukhuwah

elha




Baca Selengkapnya......

Senin, 23 November 2009

Sah-kah, Pembagian Daging Kurban Dibuat Kornet??

Trend masa kini

Sah-kah, Pembagian Daging Kurban Dibuat Kornet??

By elha 051208..diolah dari berbagai sumber


“Bi, boleh gak ber-kurban di xxxx, yang pendistribusiannya dalam bentuk kornet.?...” tanya isteriku satu ketika

“Kita dapet bagian gak…?” tanyaku balik bertanya

“Kita punya hak 15 kaleng kornet…..” jawab isteriku

“Menurut syariat, itu sah….sesuai rujukan ‘ulama” jawabku

Penulis banyak mendapat pertanyaan seperti tsb diatas….

---ooOoo---

Akhir-akhir ini tingkat penjualan hewan kurban relatif menurun. Banyak pedagang kambing yang mengeluh karena menurunnya pemasukan mereka. Selain karena resesi ekonomi global, juga dipicu oleh maraknya pelaksanaan kurban cara baru, yaitu melalui system kemasan (kornet). Lebih praktis dan tahan lama serta instant bagi si pe-kurban.

à bukankah masyarakat kita senang dengan yang serba instant. Mie instant, idola instant, artis juga instant. Bahkan peng-kaderan seorang da’i/ustadz kadang juga dengan cara yang instan

Bagaimana hukum dan syariatnya?? Syah-kah??

KH Ma’ruf Amin, salah seorang pengurus PBNU, yang juga ketua Komisi Fatwa MUI Pusat membolehkan pengiriman daging kurban siap saji (baca : dalam bentuk kornet, dll), asalkan penyembelihan dilakukan pada masa hari tasyrik (tanggal 10 – 13 Dzulhijah).

"Jika sudah melewati batas masa tasrik, namanya sodaqoh," ujar KH. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU.

Pertimbangan lain mengirimkan daging siap saji menruut Hasyim adalah faktor sosial. Berdasarkan pemantauan PBNU, saat ini masyarakat korban bencana gempa dan tsunami kekurangan peralatan masak. Sehingga dikhawatirkan mereka kesulitan untuk memasak daging qurban ini. Dengan memberikan daging siap saji, masyarakat Aceh tak perlu
repot memasak. "Bisa langsung dimakan, dengan atau tanpa dipanaskan" tutur Hasyim.

Nabi SAW bersabda,Wahai penduduk Madinah, janganlah kamu memakan daging kurban di atas tiga hari.” Lalu orang-orang mengadu kepada Nabi SAW, bahwa mereka mempunyai keluarga, kerabat, dan pembantu. Maka Nabi SAW bersabda,[Kalau begitu] makanlah, berikanlah, tahanlah, dan simpanlah!” (HR Muslim; Imam Nawawi, Syarah Muslim, 5/115).

Berdasarkan rujukan hadits tsb, menyimpan (iddikhar) daging kurban diperbolehkan sepanjang dan bergantung pada ‘illat (alasan penetapan hukum), yaitu ada tidaknya hajat. Jika tidak ada hajat, tidak boleh menyimpan. Jika ada hajat, boleh. Imam Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla 6/48 berkata,”Larangan menyimpan daging kurban tidaklah di-nasakh (dihapus), melainkan karena ada suatu ‘illat. Jika ‘illat itu hilang, larangan hilang. Jika illat itu ada lagi, maka larangan pun ada lagi.”

Dengan demikian, boleh menyimpan daging kurban lebih dari tiga hari, jika ada hajat. Kalau hajat ini tidak ada, tidak boleh menyimpan.

Kornet dapat di-analog-kan (dikategorikan) dalam iddikhar, menyimpan dalam waktu lebih dari tiga hari, karena kebutuhan.

Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pendistribusian hewan kurban dalam bentuk kornet adalah sbb :

1. Waktu penyembelihan harus tetap pada hari Tasyriq (tanggal 10-13 Zulhijjah), yaitu setelah Sholat Idul Adha s.d sebelum Maghrib tgl. 13 Zulhijjah.

Hadits Rasulullah SAW,Setiap sudut kota Makkah adalah tempat penyembelihan dan setiap hari-hari tayriq adalah [waktu] penyembelihan.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Thabrani, dan Daruquthni).

Pendapat Imam Syafi’i mengenai masalah ini ”Jika matahari telah terbenam pada akhir hari-hari tasyriq [tanggal 13 Zulhijjah], lalu seseorang menyembelih kurbannya, maka kurbannya tidak sah.”

2. Adanya hajat sebagai dasar penyimpanan daging kurban lebih dari tiga hari. misalnya masih adanya kaum muslimin yang miskin, menderita kelaparan, jarang makan daging, tertimpa bencana, dan sebagainya

à contoh mengenai masalah ini antara lain peristiwa bencana alam tsunami 2004 dan gempa Jogja 2005, dimana para korban lebih membutuhkan makanan instan.

PBNU, sebagai salah satu Ormas Islam terbesar di tanah air, pernah membahas masalah ini. Selain hukum syariat, mereka mempertimbangkan :

* Faktor keadilan. Dengan memproses menjadi daging siap saji, PBNU mempunyai waktu untuk mendistribusikan daging kurban ke daerah-daerah yang sulit dijangkau.

Namun KH. Hasyim Muzadi mengakui secara syariah, daging kurban memang seharusnya diberikan dalam bentuk daging segar. Untuk pemberian dalam bentuk daging matang baru boleh diberikan untuk keperluan Aqiqah.

Wallahu a’lambishowab




Baca Selengkapnya......

Senin, 26 Oktober 2009

KENALKAN, NAMAKU SLATTER….(BULE BETAWIE)

KENALKAN, NAMAKU SLATTER….(BULE BETAWIE)

“Gak mungkin kan, kalo anak kita cakep kita kasih nama Bunga….misalnya Bunga Kemboja..hehehe atau Pass Sier, Passier item, semen, batu kali..hehehe”

---oooOooo---

Apa arti sebuah nama, begitu ungkapan populer Shakepeare. Namun bagi Roe Ghaya, nama adalah sebuah identitas. Sebuah jati diri yang melekat pada seseorang. Baginya, nama mengandung pengertian mendalam. Tidak bisa dibuat sembarangan, misalnya seorang gadis cantik dan ayu dinamakan Bunga Kemboja. Atau seorang lelaki yang berbakat tampan dinamakan Freddy Nisan. Ya, meskipun Freddy agak kebarat-baratan, Nisan mencirikan sesuatu di tanah kuburan.

Karenanya, sebagai keturunan Indo, Roe Ghaya melekatkan nama ‘Slatter’ pada anaknya. Nama yang dianggapnya tepat dan sesuai dengan karakter anak kandungnya.

Keluarga Roe Ghaya dikenal sangat dekat dengan penduduk pribumi. Mereka berbaur tanpa batas. Ikut kegiatan arisan RT, siskamling, puasa Ramadhan, Lebaran, dan sholat lima waktu. Mereka juga menggunakan panggilan ala Betawie untuk keluarganya. Emak, Bapak, Encing, Uwa, Mpok, Abang, menantu dan besan (untuk keluarga menantu). Bahkan mereka ikutan repot pulang kampung waktu lebaran kemarin.

“Ya, rejeki mah gak kemane. Gak usah dikejar-kejar. Kalo emang waktunya dateng juga die dateng…” begitu alasan Slatter, dengan logat betawienya yang medok, ketika dinasehati untuk tidak terlalu boros menggunakan uangnya

“Tapi loe kudu liat-liat. Jangan orang baru kenal udeh loe pinjemin duit. Baru kemaren kenal udeh loe kasih pinjem motor….” Nasehat emaknya lagie

“Yaa Emak…Allah juga tahu. Kalo kite bae ama orang entar orang laen abe ame kite…emang orang ntu enggak bantu kite langsung, tapi anak kite, sodare kite, keluarga kite akan dibaein orang..” katanya lagie

“Aahh loe emang susah kalo di omongin….” Sahut Emaknya rada kesel

Begitulah Slatter. Dia selelu bisa mencari mencari alasan pembenaran segala tindakannya. Tak peduli orang lain suka atau tidak. Termasuk ketika dia kecopetan di Bis Mayasaribhakti.

“Emang loe gak tahu waktu dompet loe kecopetan.. ?” Tanya Bram, sobat akrabnya

“Gue liat sih…” jawab Slatter

“Kalo loe tahu, kenapa gak loe tangkap aja…?” Tanya Bram heran

“Ye, pan gue kemaren mo pulang kampung…” jawab Slatter

“Eh, apa hubungannya….?” Tanya Bram lagi semakin heran, dengan suara meninggi

“ada lah. Orang mo pulang kampong itu inget orang tua. Inget keluarga….”

“Iyya, hubungannya apa sama kecopetan…?” tanya Bram semakin geram

“Bram, die nyopet emang kerjaannye. Kalo kemaren gue tangkep. Entar die kerja apaan…” jelas Slatter enteng

“Dasar wong kentir…” cetus Bram pergi meninggalkan Slatter sendirian.

Bram memang sobat kentalnya. Dia asli Purwokerto. Nama aslinya Agus Haryanto. Dalam salah satu festival Theater, dia berperan sebagai tokoh utama dengan nama Bram Ibrahim. Nah, sejak itu dia melekatkan nama Bram dengan dirinya. Hehehe..tapi melepaskan kata Ibrahim dibelakangnya.

Menjelang Lebaran, Slatter mengajak beberapa temannya untuk membantu merapihkan rumah orang tuanya di bilangan Tangerang. Rumah yang besar, asri dan rumah pertama yang berpenampilan gedong dan mewah. Dia ingin orang tuanya bahagia menyambut Hari Raya…oh iyya, Slatter, Roe Ghaya, dan keluarganya adalah pemeluk Islam taat.

Slatter mengatur teman-temannya yang mengecat rumah bagian depan, belakang, dalam rumah dan merapihkan loteng. Semua bekerja dengan semangat dan professional. Hampir seluruh bagian rumah telah berubah warna catnya dengan warna yang baru.

“Rumah gua yang baru…ape gua yang salah masuk rumah orang ….?” Kata Roe Ghaya, ketika sampai di depan rumah

Dia agak ragu untuk melangkah kedalam

“Emak dari mana mak…bagus gak mak rumahnya?” Tanya Slatter penuh kasih, dengan dua pertanyaan sekaligus. Mengangetkan Roe Ghay yang masih berdiri di depan pintu

Roe Ghaya tidak langsung menjawab. Dia memperhatikan rumah barunya dan wajah Slatter silih berganti. Tak menyangka dengan kasih sayang anaknya

“Bagus gak Mak….?” Tanya Slatter lagi, membuyarkan keheranannya

“Ini rumah gua….?” Roe Ghaya balik Tanya dengan seulas senyum dibibirnya

“Iyya Mak….” Jawab Slatter dan teman-temannya bersamaan

“Ngape jadi kayak perpustakaan. Ada warna biru, ijo, kuning, oreny…sape nyang nyuruh…?” Tanya Roe Ghaya lagi dengan senyum kencut

“Slatter Mak… “ jawab yang lain serempak, takut mendapat omelan

Slatter berdiri kaku di pojok tembok depan rumah. Tak berani menatap wajah Emaknya yang terus memelototinya…

“Udah Mak…Slatter maksudnya bae kok..” hibur Apang, anak Rawabelong yang ikutan ngebantuin Slatter

“Bukan gitu sih. Gua cuman kaget aja, rumah gua kayak taman bacaan..”

“Pan enak Mak, warna-warni, kayak kebon bunga…” jawab Slatter

“Diam loe” Roe Ghaya sewot

“………”

Suasa hening. Semua terdiam. Tiba-tiba…

“Slatter maafin Emak ya….Emak tahu maksud loe bae….”

“Iyya Mak….”

“Mak…kenape seeh die dinamain Slatter….kenape gak Freddy atawa Franky…” celetuk Apang polos

“Maksud loe ape Pang…?” Tanya Slatter ketus

“Yee…ente tinggal di Betawi tapi Indo, Indo tapi nama tinggal di Betawie. Orang Betwaie kagak ada tuch nama Slatter…” celetuk Apang gak kalah sewotnya

“Gini….” Jawab Emak

“Nama aslinya adalah Fajaruddin…Bapaknya dulu mao dia jadi Mubaligh, itu tuch mirip-mirip Tuty Alawiyah”

“Tuty Alawiyah mah Cewek. Abdullah Syafi’i kale, bapaknya Tuty Alawiyah…” jawab Bram

“Ya gitu maksud gua…”

“Nah, pas SD kelas enem (6), die mulai bandel tuch…makannya banyak…ampe sering abis seleter buat die doangan….”

“oooohh, jadi Slatter itu tukang ngabisin nasi Seleter..” celetuk Abang bangga, bisa dapet bahan buat ngecengin

“Kirain nama asli Bule…” kata Bram Heran

“Emang kita Indo…Bapak Asli Tangerang Kulon (Banten), kalo Emak Banten-Arab. Kakek Slatter itu asli Arab Saudi…tapi kita gak mao ikutan ngerumpi Arab…hehehehe..darah Banten kita kentel…”

“Terus, dimane Indonye….?” Celetuk Apang lagi, dengan penuh keheranan

“Mak Kemot, neneknya Slatter dari Buyutnya punya darah China…Pecinan asli RRT…”

“Apaan PRT, Pembantu Rumah Tangga…?” Tanya Golek, yang dri tadi garuk-garuk kepala

“Busyet dah….RRT, China sono tuh… tapi mak Kemot bukan Nenek Asli. Cuman nenek adik dari Nenek asli…” jelas Roe Ghaya

Semua diem. Mereka bingung. Bukan nenek asli. Tapi adik nenek dari nenek asli….

“Ehhh..Slatter kemane…” teriak Rija, menyentak semua orang…

“Iyyee.. perasaan dari tadi die kagak keliatan….” Teriak Apang juga

Semua tertegun, melihat Slatter sedang makan diatas stragle. Itu loch tangga atau tempat panjatan orang-orang/tukang kalau mau betulin yang tingi-tinggi…

“Dasar Tablo..kerjaannya gegaris doangan…” tutur Roe Ghaya spontan

“Tablooo….?” Teriak mereka serempak

“Iyyaa..tablo..Tampang Blo’on” jawab Rogaye enteng. Rogaye, nama asli Roe Ghaya

Salam ukhuwah

elha – pengasuh KLINIK CINTA




Baca Selengkapnya......

DOWN SINDROM, butuh KASIH SAYANG ORANG TUA…

DOWN SINDROM, butuh KASIH SAYANG ORANG TUA…

Makna Down Sindrom sebenarnya bukan sesuatu yang asing bagi kita. Sering kali makna tsb menjadi bahan diskusi hangat, topik pembicaraan pagi bersama kopi panas, atau sekedar obrolan di warung kopi. Tapi intinya masyarakat kita sudah terbiasa berinteraksi dengan Down Syndrom society n’ side others.

Bila kita melongok kedalam kelas di salah satu SLB (Sekolah Luar Biasa) kita akan menjumpai anak-anak yang mengalami down sindrom. Demikian pula jika kita berada pada ruangan praktek terapi akunktur, terapi herbalis modern ataupun klinik tumbuh kembang anak. Anak-anak itu seperti masyarakat pada umumnya jika berada pada komunitas mereka sendiri. Bermain, tertawa riang, bercanda, bersenda gurau dan saling berkomunikasi (dengan bahasa dan gerak tubuh yang ‘khas’ mereka).

Mungkin kita lebih mengenal kata AUTHyS ketimbang down sindrom, tetapi sebenarnya relatif sama. Hanya jika penderita authys lebih cenderung complex dan spesifik. Ada penderita autis yang relatif lambat perkembangan otak/mental dan pisiknya dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Ada juga penderita autis yang justru lebih aktif (hyperactive) dan cenderung ingin lebih ketimbang anak-anak yang lain.

Jika kita berada diantara saudara-saudara kita yang menderita down sindrom, perasaan dan hati kita akan dipermainkan oleh suasana sedih, miris, terkadang kita tertawa namun dilain kesempatan kita akan merenung. sedih melihat betapa ujian dan cobaan Allah telah dating kepada mereka di usia mereka yang masih sangat belia tanpa mereka sendiri merasakan bahwa mereka mengalami kekurangan/kelambatan perkembangan. Betapa mereka butuh perhatian dan keikhlasan kita untuk berbagi, bergaul dan tanpa ada perasaan untuk mengucilkan. Tapi kita akan sedikit tertawa jika melihat aktifitas dan pergerakan mereka yang terkadang lucu dan riang, namun tiba-tiba kita juga akan merenung menerawang keadaan dan masa depan mereka di masa yang berbeda dengan saat ini.

Ibu Aryati, orang tua yang kebetulan anaknya menderita down sindrom, menuturkan bahwa awalnya dia begitu sedih, miris dan berkeinginan untuk tidak menerima kehadiran sang anak, sebelum anak itu dilahirkan. Tetapi setelah berulang kali berfikir kemudian dia justru menyebutkan bahwa ‘ini semua adalah karunia Allah SWT. Kesempatan ini merupakan momenum untuk berbuat dan mencurahkan perhatian untuk keluarga/anak’. Lalu Bu Aryati mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat memiliki waktu cukup untuk dekat dengan keluarga/anak-anaknya

Beliau kemudian mendirikan organisasi bagi para orang tua yang anaknya menderita Down Sindrom, untuk dapat saling berbagi, bercerita dan bertukar pengalaman, dengan nama POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Down Sindrom). Dan merelakan rumahnya dibilangan Ciputat menjadi secretariat organisasi tsb.

Secara Umum, cirri-ciri penderita Down Sindrom, adalah (antara lain) :

1. Ciri Pisik ; Wajah cenderung simetris, mulut agak terbuka dan lidah terlihat lebih tebal

2. Ciri Mental ; Lebih lambat dalam beraktifitas dan menerima respon dari lawan bicara

Jika ada rekans pegawai dan/atau saudara rekans pegawai dan/atau tetangga rekans pegawai yang memiliki anak yang menderita down sindrom, mungkin ada baiknya berinteraksi serta menggabungkan diri dengan POTADS. Dengan bergabung pada orang-orang yang memiliki kesamaan perjuangan, relatif lebih mendapat value added, setidaknya dalam hal mendidik anak, mengupayakan agar sang anak dapat mensejajarkan diri dengan anak-anak lainnya.

Bersambung (kalo bisa n inget..hehehe)

Salam ukhuwah 16.04.2007

elha – pengasuh KLINIK CINTA

www.jangankedip.blogspot.com




Baca Selengkapnya......

Senin, 19 Oktober 2009

‘GURUKU’ SEORANG PENGAMEN …elha 23.11.2006

‘GURUKU’ SEORANG PENGAMEN …elha 23.11.2006

“UNTUK MENJADI ORANG YANG DIHORMATI DAN DIHARGAI, KITA TIDAK HARUS BERSEPATU DAN BERDASI…”

---oooOooo---


Dengan senyum yang renyah (ciaela udeh kayak fried chicken aja) dan bahasa yang sederhana, pengamen tua itu mengakhiri pertemuanya dengan kami para penumpang bis kota, sambil berujar…

“UNTUK MENJADI ORANG YANG DIHORMATI DAN DIHARGAI, KITA TIDAK HARUS BERSEPATU DAN BERDASI…”

Saya, dan mungkin juga penumpang yang lain, tercenung oleh sambutan terakhir beliau. Ya BELIAU….beliau adalah sebutan yang pantas untuk pengamen tua itu. Kalimat-kalimatnya selama masa pertemuan (pertemuan di atas biskota) begitu menyentuh dan membimbing kita untuk dapat ‘hidup’ dalam ‘siklus kehidupan’……

Setelah beliau turun, pikiran saya menerawang kembali membedah waktu. Membelah saat ini menuju saat ketika beliau datang.

“Assalamu’alaikum”

“Saya mengamen karena saya sayang isteri dan keluarga saya. Demi masa depan mereka. Dan demi masa depan Republik Indonesia………”

Begitu kira-kira beliau mengawali ‘pidatonya’. Pidato yang sangat sederhana karena dilakukan di atas biskota dan hanya dihadiri oleh puluhan orang yang menjadi penumpang.

Benar, beliau mengamen untuk anaknya, untuk isterinya. Beliau tidak malu, tidak sungkan, (maaf, bahkan mungkin) beliau begitu menikmati profesinya. Senyum renyah selalu menghiasi wajahnya selama masa pertemuan…..bukankah itu tanda bila beliau sangat menghayati makna profesi yang beliau jalankan.

Benar penghayatan dan menikmati profesi yang beliau geluti adalah bukti tanda sayang dan cinta beliau terhadap keluarganya.

Keluarga yang dibina dengan kasih dan sayang, atas dasar Mahabbah …à Mawaddah wa rahmah, akan menjadi keluarga yang sakinah. Keluarga yang sakinah adalah awal dari terciptanya masyarakat yang damai dan tenteram. Muara akhirnya adalah Indonesia yang damai….

Oh itu toch mengapa beliau menyelipkan pidato beliau dengan kalimatDemi masa depan mereka. Dan demi masa depan Republik Indonesia

Dengan suara yang khas orang tua, terdengar lantunan syair (lagu) berbahas jawa. Menilik dari lirik yang terdengar, saya menyimpulkan bahwa bahasa jawa yang digunakan dalam syair tersebut adalah bahasa jawa yang halus…njawani.

Sayangnya saya tidak mengerti bahasa jawa sehingga tidak dapat mengambil pelajaran, hikmah dan maksud yang terkandung di dalam lantunan syair-syair tersebut.

Namun dari pertemuan yang tidaklebih dari 15 menit tersebut ada beberapa pelajaran penting yang (menurut saya) dapat kita jadikan pegangan, atau setidak-tidaknya menjadi alternatif kita, yaitu :

1. Penghayatan Bapak pengamen itu terhadap pekerjaannya. Senyum mengembang yang selalu dipersembahkan kepada para penumpang membuktikan bahwa Bapak pengamen itu mampu mengaplikasikan ‘service plus” terhadap nasabahnya

2. Bapak pengamen itu juga sangat paham profesi yang digelutinya adalah lahan nafkah untuk keluarganya. Oleh karena itu dia sangat menjaga agar lahannya tetap menjadi lahan yang subur. Tidak ada unsur pemaksaan, meski dalam bahasa yang sangat halus sekalipun

3. Nasehat-nasehat yang diberikan diselah-selah syair lagu menandakan bahwa Bapak pengamen itu sudah banyak ‘makan asam garam’ kehidupan. Nasehat-nasehat itu merupakan ‘taushiyah’ agar kita tidak salah melangkah.

4. Ucapan terima kasih yang khusus ditujukan kepada yang memberi maupun terima kasih yang ditujukan kepada yang tidak, plus doa kepada seluruh penumpang juga menunjukan bila Bapak pengamen itu sangat menghargai keberadaan nasabahnya….

5. Dan lainnya

Rasulullah bersabda

“Barangsiapa memberi teladan yang baik dalam Islam, lalu diikuti oleh orang lain sesudahnya maka dicatatnya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Dan barangsiapa yang memberi teladan yang jelek dalam Islam, lalu diikuti oleh orang lain sesudahnya maka dicatat untuknya dosa sebanyak orang-orang yangmengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka perolh sedikitpun”..(HR. Muslim).

Subahanallah….Terima kasih Bapak Pengamen Jalanan. Terima kasih.

INNA AKROMAKUM ‘INDALLAHI ATQOKUM

Salam ukhuwah - 23.11.2006

elha – pengasuh KLINIK CINTA

Baca Selengkapnya......