Senin, 03 November 2008

SELINGKUH…JAKARTA UNDERCOVER

SELINGKUH…JAKARTA UNDERCOVER..(by elha 15.11.2006)

Ubadah ibnush Shamit ra mengatakan bahwa Nabi SAW merasa sedih dan wajahnya tampak kusam ketika beliau menerima wahyu tentang hukuman zina. Pada suatu hari beliau menerima wahyu, lalu tampak seperti itu. Setelah beliau ceria beliau bersabda, “Laksanakan ajaranku! Sungguh Allah telah menetapkan hukuman bagi para pezina. Yaitu, pezina yang sama-sama sudah kawin dan pezina yang sama-sama belum kawin. Pezina yang sudah kawin dicambuk seratus kali lalu dirajam dengan batu; pezina yang belum kawin dicambuk seratus kali lau dipenjara satu tahun”

Ba’da sholat jum’at kemarin, tgl. 10.11.2006, saya sengaja makan dipinggiran jalan Sabang (Wahid Hasyim), yang dekat dengan kantor saya bilangan Jl. MH. Thamrin. Bukan karena alasan politik, tapi lebih mengena dengan alasan ekonomi. Maklum perbekalan sudah mulai mengering.

Sekumpulan wanita, berusia antara 20 – 26 tahun (menurut perkiraan saya loch), asyik bercengkerama di samping kanan saya. Mereka begitu riang. Nada bicaranya yang renyah (emangnya hartz chicken), empuk dan penuh canda menandakan bila mereka tidak dalam keadaan bersedih.

Namun kemudian saya agak terkejut ketika salah seorang dari mereka mengatakan bahwa dia siap selingkuh, tapi dengan syarat tertentu (sambil menyebut syarat tersebut). SELINGKUH…??? LOCH APAKAH MEREKA SUDAH MENIKAH….???
Dari dandanannya kemudian saya menyimpulkan bila mereka adalah wanita yang membantu atau bersedia diajak oleh para lelaki/suami untuk melakukan perselingkuhan. Tentunya dengan kompensasi tertentu. Makanya salah satu diantara mereka mengajukan syarat tertentu.



Yah, Jakarta memang kota metropolitan. Segala bentuk, segala rupa dan aneka ragam kehidupan manusia ada dikota ini. Kamuflase kehidupan, fatamorgana kebahagiaan hingga fakta perselingkuhan ada di depan mata. Dan layaknya pengusaha yang mumpuni, wanita-wanita muda tadi mampu mememanfaat celah peluang/opportunity tersebut. kicauan kaum adam yang ingin melakukan perbedaan ekspresi ‘bercinta’ disambut dengan aroma dan warna-warni kumtum bunga dengan kelopak yang lumayan merekah.

Tapi mengapa para wanita itu mengenakan pakaian supermarket/swalayan/spg tertentu. Mungkin itu hanya kamuflase, hanya kepompong ulat sutera.

Masya’ Allah. Asytaghfirullahal’ahim. Ampuni hambaMU ini Yaa Allah. Hamba belum mampu untuk ikut berbuat menahan mereka meskipun secara kasat mata ada didepan hamba Yaa Allah.

Yaa Allah hambaMU ini tidak mampu mengamalkan QULIL HAQQO WALAU KANAA MURRON…

Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan bahwa jika perbuatan zina sudah dilakukan secara terang-terangan, maka akan datang suatu penyakit yang tidak ada obatnya.
Apakah keceriaan para wanita yang ikut membantu kaum laki-laki berselingkuh sudah termasuk dalam perbuatan zina secara terang-terangan….???? Apakah penyakit HIV?AIDS termasuk juga dalam penyakit yang disebut Rasulullah tersebut sebagai akibat dari zina secara terang-terangan itu…???

Jika semua itu sudah terjadi, kaum feminis, kaum sekuler dan liberal rame-rame membuat aksi (simpatik???) untuk melindungi masyarakat dari HIV/AIDS dan pembinaan bagi penderita HIV/AIDS yang terus bertambah setiap saat.
Motto penanggulangan HIV/AIDS kemudian adalah (salah satunya) ‘jangan melakukan sex beganti-ganti pasangan’.

Islam mengatakan bila seorang Isteri laksana lahan/sawah bagi suaminya. Sedangkan seorang suami juga laksana lahan/sawah bagi isteri (-istrinya). Maka baik isteri/suami dapat saling bercocok tanam.
Dalam bahasa yang indah, Islam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita menyalurkan hasrat sexual. Sex itu memiliki makna suci, maka harus dipergunakan dengan suci pula. Bukan pelampiasan hawa nafsu. Bukan pula untuk mencari sensasi perbedaan dalam melakukan hubungan suami isteri.
.
Maknanya, secara implicit dikatakan bila belum memiliki suami/isteri, atau belum ada ikatan (akad) syah suami isteri, mbok ya jangan melakukan hubungan suami-isteri dulu. Kan sudah jelas ‘Hubungan Suami-Isteri’, berarti oleh suami kepada isterinya-atau oleh isteri kepada suaminya. Loch, kenapa yang bukan isterinya atau bukan suaminya ngelakuin perbuatan suami-isteri.

Adakah dari mereka itu keluarga kita, saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita, kerabat kita atau teman-teman terdekat/akrab kita…???
“JAGALAH DIRIMU DAN KELUARGA DARI SIKSA API NERAKA…”
“SETIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN. DAN SETIAP PEMIMPIN AKAN DITANYA TENTANG KEPEMIMPINANNYA”

Wallahu’alam bishowab

salam ukhuwah elha

Baca Selengkapnya......

Minggu, 02 November 2008

PESURUH JUGA MANUSIA…ADA APA??

PESURUH JUGA MANUSIA…PUNYA RASA & HATI…by elha 15.11.2006
.
Seorang pesuruh salah satu perusahaan bercerita (dan sedikit berkeluh kesah).
“Pak….kalau nyuruh begitu yaa” katanya.
Lalu di amenceritakan bila dia disuruh oleh salah satu pegawai. Dia diminta untuk membersihkan sepatu pegawai tersebut, karena ‘sang’ pegawai akan pergi ke hotel
.
.
Kisah yang keluh namun juga menimbulkan tanda Tanya lumayan besar. Demikian sibuk kah ‘sang’ pegawai hingga dia tidak sempat membersihkan sepatunya sendiri…?? Atau demikian burukkah pekerjaan (menolong) membersihkan sepatu pegawai, sehingga seorang pesuruh pun terasa enggan melakukannya…??? atau feodalisme sudah merasuki jiwa si pegawai???


.
Dalam salah satu hadits tentang Budak (hamba sahaya yang belum dimerdekakan), diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang dibuatkan makanan oleh pelayannya lalu disuguhkannya (yang pelayan tersebut merasakan panas & asapnya), maka hendaklah dia mengajak pelayannya duduk dan makan bersama. Apabila makanannya hanya sedikit, maka berikan sesuap atau dua suap kepada pelayan (pembantu) itu.”
.
Subhanallah. Demikian besar perhatian Rasul kepada orang kecil, hatta seorang budak pun diberikan hak untuk diduduk bersama tuannya, meskipun hanya untuk mencicipi makanan bersama. Apalagi makanan itu dibuat oleh sang budak/pelayan/pembantu, yang dia merasakan bagaimana beratnya, panasnya dan (aroma) nikmat makan yang dibuat/dibelikannya.
.
Lalu mengapa kita sering kali menganggap keberadaan mereka (para wong cilik/pembantu/pelayan) hanya sebagai pesuruh yang memiliki hak hanya untuk disuruh..??? jika haknya saja kita batasi hanya sebagai yang disuruh, bagaimana pula dengan kewajibannya…PASTI DIPASUNG HANYA UNTUK MELAYANI SURUHAN/PERINTAH….
.
Saya yakin kita semua pernah mendengar bagaimana Rasulullah menjahit sendiri pakaian beliau yang sobek, meskipun beliau memiliki budak hasil hibah/pemberian dari sahabat. Tetapi beliau memperlakukan sang budak seperti Anak/putera beliau sendiri. Bahkan dalam riwayat budak tersebut enggan dibebaskan/dimerdekakan, karena budak itu begitu kerasan tinggal dirumah Rasulullah yang sempit dan jarang terdapat makanan.
.
Pesuruh/pelayan/pembantu…(saat ini budak di Indonesia, Insya’ Allah tidak ada), adalah juga manusia. Mereka memiliki indera yang sama dengan kita. Perasaan yang (setidaknya) mirip dengan kita….mereka punya keinginan, mereka punya cita-cita, punya juga ingin diperlakukan layaknya keinginan kita untuk disejahterakan oleh perusahaan.
.
Saya berharap semua keluh kesah sang pekerja (maaf berat sekarang saya mengatakan pesuruh) hanya karena perasaannya yang lagi bete. Atau permintaan dari si pegawai karena waktu yang mendesak atau karena sesuatu dengan asalan logis yang kita sendiri belum tahu.
.
Wallahu’alam bishowab.
.
salam ukhuwah ELHA

Baca Selengkapnya......

Jumat, 15 Agustus 2008

“AKU INGIN MEMBELI WAKTU AYAH??”

“AKU INGIN MEMBELI WAKTU AYAH??”
By : k. elha 12.01.2006 (fr.dadan)

"Aku mau ajak Ayah main ular tangga. 1/2 jam aja. kalau Ayah sibuk & waktu Ayah dihargai 1 jam = Rp. 40.000,-. AKu mau beli waktu ayah. Tapi tabunganku cuma Rp. 15.000,- kurang Rp. 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah.." kata Ikhsan polos sambil menangis
Rudi terdiam dan terpana


---ooOoo---

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemukadi Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Ikhsan, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Ikhsan memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Ikhsan menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah,enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hariAyah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulanrata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Ikhsan berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Ikhsan berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.
Tetapi Ikhsan tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Ikhsan kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..."
Kesabaran Rudi habis.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Ikhsan. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Ikhsan di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Ikhsan didapatinya sedang terisak-isakpelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Ikhsan. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga.Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-,maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-.Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Ikhsan polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.


Salam ukhuwah elha

Baca Selengkapnya......

Rabu, 21 Mei 2008

WONG MATI SAJA KOK SUSAH

WONG MATI SAJA KOK SUSAH
by elha 16.05.2008

Getaran HP mengganggu konsentrasiku dalam menyalami makna kesuksesan yang sedang dipraktekkan diruang seminar. yach, aku memang sedang mengikuti seminar Quantum ikhlas. Kulihat no miscall di HP. Och ternyata dari isteriku tercinta.

“Ada apa mi?” tanyaku dengan penuh kelembutan dan kemesraan
Aku memang memanggil isteriku dengan sebutan umi, sementara dia memanggil aku dengan sebutan abi. Duh mesrahnya. serasa dunia ini milik berdua. Yang lain kost kalee yach

“Bi, Mama Endut meninggal” jawab isteriku.
“Mama endut Salemba” tanyaku lagi memastikan
“Yach” jawab isteriku
“Nanti kita kesana ya. Bareng ya bi” pinta isteriku
“Ya. setangah jam dari sekarang ya. kita ketemu di Salemba”
Mama Endut adalah Orang tua (ibu) dari Bapak Kost aku dulu. Kebetulan aku memang selalu dekat dengan pemilik dimanapun aku kost. Sehingga aku juga selalu mendapatkan orang tua di sana

.

Jam 12 (dua belas siang) kurang 20 (dua puluh) menit. Panas terik memaksaku untuk mengambil keputusan segaera.
“Aduh sejak pagi tadi aku belum makan neh. Masak aku makan di rumah duka. Belum lagi nanti banyak tugas yang harus aku bantu di rumah Mama Endut (almh)” bisikku dalam hati
“Aku harus makan dulu, charge energi agar dapat banyak membantu keluarga Mama Endut” bisikku kemudian

Tepat Ba’da Zhuhur aku tiba di rumah duka. Ku salami keluarga yang berduka. Kucoba untuk ber-empati kepada mereka, tak kuhiraukan para pelayat dan saudara yang tidak ku kenal. Yang penting aku harus membantu meringakan beban meraka

Kulihat sosok almarhumah dalam posisi terbaring kaku. Seluruh tubuhnya ditutupi kain, kecuali bagian muka. dari situ kulihat jekas seutas senyuman menghiasi wajahnya (wajah almarhumah). Subahnallah. semoga beliau mendapatkan Khusnul Khotimah. Amien

“Kapan Mama meniggal Pa” tanyaku pada salah seroang anaknya
“Tadi sekitar jam 8an. Loch Lukman tahu dari mana?” dia balik bertanya
“Bunda” jawabku singkat
Aku memanggil Bapak Kost dengan sebutan Bapak. sedangkan untuk Ibu kost aku memanggilnya dengan sebutan Bunda. Biar lebih gaya dikit gitu loch

“Begini Man” katanya memulai cerita
“Tadi Mama mo ke belakang terus gak jadi. Lalu pingsan. Terus didudukin. Pas Bapak pegang dah nggak ada.”


Kulihat wajah Pak Andre begitu tenang. Tidak ada guratan sedih yang mendalam yang mendalam diwajahnya. Seakan ingin memberi tahu semua orang bahwa begitulah cara melepas kepergian orang yang dikasihi ‘ibunda tercinta’ dengan ikhlas. Bahwa apa yang dimiliki didunia ini adalah titipan, adalah sementara. Disisi lain suami dari Mama Endut cukup terpukul dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Mungkin karena beliau begitu menciantainya. Mungkin juga teringat kenangan - kenangan yang pernah dialaminya bersama sang isteri. Kini pelaku dan pasangannya dalam menjalani pengalaman hidup dan kenangan-kenangan tersebut telah dipanggil Allah Rabbu Jalil. Sang Pemilik ruh dan jasad setiap insan.

Sementara disudut sana kulihat pula sekumpulan orang sedang sibuk mengurus administrasi kematian almarhumah. Mereka mempersiapkan surat keterangan RT, RW dan kelurahan untuk mendapatkan surat kematian. Demikian untuk juga kebutuhan untuk mengubur jasad almarhumah. Subhanallah. Mereka begitu kompak bergotong rotyong. Mekreka seperti keluarga. Saling membantu dan saling mengasihi.

“Loch, tante, untuk apa beras itu??” tanyaku kepada salah seroang keluarga almarhumah
“Oh ini untuk fidyah” jawabnya singkat

Aku geleng kepala. Kulihat seorang pria seperti menjadi pautan dalam pengaturan dan penjatahan beras dalam kantong – kantong palstik. Ada sekitar 2 karung beras isi 50Kg habis terbagi dalam sekian puluh kantong palastik hitam berisi sekian Kg beras.

“Untuk Fidyah???” tanyaku dalam hati
“Fidyah apa lagi” bathinku

------oooOooo----

Memang ada suatu tradisi yang berkembang di masyarakat kita. Rasa ‘euwuh pakewuh’. Perasaan tidak enak. Perasaan ‘aduh nanti gimana kata orang’, ‘gak enak ama si anu, gak enak ama tetangga, gak enak kalo kalo kalo dan kalo’. Perasaaan gak enak itu terus terbawa sampai peristiwa yang memilukan sekalipun. Peristiwa duka dan peristiwa – peristiwa lain yang membuat sikorban, keluarga korban dan orang –orang disekelilingnya merasa terharu, sedih dan kadang memerlukan airmata untuk menegaskan kesedihannya.

Ketika seseorang meninggal dunia, tentunya eluarga yang ditinggalkan akan mengalami kesedihan. Apalagi anggota kelauarga yang meninggal tersebut sangat disayangi. Perasaan sedih itu kadang dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk ‘mendulang’ sesuatu.

Meskipun tidak terlalu persisi sama, namun itu barangkali yang dialami oleh keluarga Mama Endut. Perasaan tidak enak lebih mereka pikirkan ketimbang bagaimana agar jasad almarhumah dapat segra dirusus, baik secara pisik ataupun administrasi sehingga keluarga dapat dengan tenang mengantarkannnya ke peristirahatan terakhir.

Mungkin akan jauh lebih baik bila keluarga yang lain, tetangga dan handai taulan dari Mama Endut yang menyiapkan dan membantu pengurusan penguburan, administrasi kematian, penjamuan untuk para tamu dan hal-hal lainnya. Biarkan keluarga Mama Endut yang sedang berduka, menjalani prosesi kedukaan, mengurus almarhumah, memandikan, mengkafani, me-yasin-kan (sesuai dengan keyakinannya) dan hal-hal lainnya yang berhubungan langsung dengan jasad dan bathin almarhumah. Tidak perlu direcoki dengan masalah makanan, minuman, uang ini, uang itu, beras fidyah, sumbangan anu, sumbangan anu yang membuat meraka lebih terbebani.

Bila tradisi seperti ini, tradisi ewuh pakewuh, tradisi tidak enak-an, tradisi memikirkan orang lain yang memang tidak perlu dipikirkan, terus berlanjut dikhawatirkan akan memiliki dampak yang kurang baik bagi perkembangan silaturahim kedepan. Misalnya, jika keluarga si mayit masih harus memikirkan makanan, minuman, sumbangan anu, amplop anu, dll, padahal mereka masih diselimuti duka dan jasad almarhum/almarhumah belum terurus.

Ada satu kisah. ketika ada anggota keluarganya yang meninggal dunia, keluarga korban langsung menyiapkan sesuatu untuk tetangga yang berdatangan. ada makanan, minuman, makan siang, dll. Demikian juga saat takziah. Mereka begitu sigap menyiapkan nasi kotak, kue-kue, dll untuk para tamu yang datang. Beberapa hari kemudian baru terungkap kalau keluarga tersebut ternyata berhutuang banyak untuk hal tersebut.

Berhutang. yach itu adalah usaha yang paling tepat untuk memenuhi keinginannya menjamu keluarga, meskioun kondisi keuangan tidak mendukung. Berhutang dilakukan karaena meraeka (keluarga korban) merasa tidak memiliki apa-apa untuk disajikan. Mereka merasa tidak enak dan ewuh pakewuh teradap tamu, tetangga dan keluarga lainnya. Mereka lebih memikirkan orang yang masih hidup (yang sebenarnya tidak terlalu dipikirkan ketimbang mengurus si mayit). Akibatnya jalan Hutang yang dipilih. Lalu siapa yang harus disalahkan???

Bagaimana dengan Fidyah? Bagaimana dengan beras yang dibagikan kepada para tertagga untunk dan atas nama almarhum/mah. Itu juga tradisi. konon kabarya, ada sebagian masyarakat yang mengganggap bahwa untuk meluruskan dan membantu almarhumah dalam menghadpi alam kubur, diperlukan fidyah untuk memurnikan nilai ibadahnya. mungkin masih bolong-bolong,. kata mereka.

Rasulullah SAW dalam sebuah haditnys bersabda,
Idz-dzaamatabnu Adama inqothoa illa min tsalastin. shodawotin zariyatin. au-ilmin yantafulah awaladun sholihin yad’ulahu.
sesungguhnya ketika Anak Adam meninggal dunia, maka putus suduah segala amal ibdahnya kecuali tiga perkara 1. amal jariah 2. ilmu yang bermanfaat 3. anak yang sholeh yang selalu mendoakannya.

Dalam nash yg berbeda (baik asbab maupun tujuannya) Allah berfirman,
Yaa Ayyuhannas. Ittaqullah haqotuqotii. Walaa tamutunna illa waantum muslimuun.
Wahaai Manusia. bertaqwalah dengan sebenar – benar taqwa. dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan ber-Islam (berserah diri).

Artinya apa?
Bahwa tugas manusia adalah beribadah kepada Allah SWT dalam berbagai aspek kehidupan. Ibadah dalam pengertian yang universal. bukan hanya sekedar rutinitas ritual. (Ad-Dzariat : 56). Jika tugas kemanusiaan selesai dilaksanakan, maka selesailah sudah. Ketika Allah memanggil melalui Malaikat Izraoil, secara phisik dan ruhani dia sudah menyelesaikan tugas-tugasnya. Jasad yang ditinggalkan di dunia ini menjadi kewajiban (Kifayah) kaum muslimin lainnya. Keluarganya mengurus jenazahnya. Memandikan, mengkafani, men-sholatkan dan menguburkan. Lebih afdhol bila yang melakukan semua itu adalah keluarga (anak, isteri/suami dan cucu-cucunya). Namun karena keterbatasn tenaga dan waktu, maka sangat dianjurkan kaum muslimin lainnya, terutama yang terdekat (tetangga) untuk memmbantu meringankan bebannya.

Dalam syariat tersebut tidak sedikitpun disebut kata-kata menjamu tamu takziah dengan hidangan, makanan, minuman dan beras/makanan pokok. Tidak juga kata memberikan fidyah. Yang akan membantu si mayit dalam menghadap Allah hanya Amal perbuatannya selama di dunia, ilmunya yang pernah disebarluaskan dan berguna bagi masyarakt dan anak-anak yang telah dididiknya sehingga menjadi anak yang sholeh. Karena Islam tidak mengenal dosa warisan, tidak mengnal dosa ‘gadai’, maka kewajiban ritual si mayit yang telah lalu tidak perlu ditebus dengan fidyah.

Tanpa bermaksud menggurui, alangkah lebih baik bila tradisi ......................tersebut diubah formatnya menjadi :
1. Takziah adalah sunnah. Sementara tahlilan (1hari, 3hari, 7 hari) adalah tradisi. Maka Takziah tetap dilaksanakan. Sementara tradisi tahlilan silakan diteruskan jika memang diyakini sebagai suatu ibadah, dengan catatan keluarga korban tidak perlu ‘menggelembungkan ewuh pakewuh’. tidak perlu memaksakan diri untuk menyediakan hidangan, makanan dan minuman. jug amplop-amplop.
2. Jika memungkinkan, seluruh kebutuhan biaya penguburan, surat administrasi kematian dan kebutuhan phisik untuk tamu takziah dan tahlil ditanggung oleh tetangga dan atau saudara sekitar keluarga duka. Kecuali jika memang keluarga duka adalah orang ber-punya yang dapat melakukan banyak hal dengan kemampuannya (hartanya, kekuasannya, dll)

Altrnatif penaggulangan :
1. Setiap lingkungan, RT/RW ataupun karanbg taruna membentuk tim/lembaga/paguyuban urusan kematian. mencari dana (baik internal lingkuangan atupun donatur) dan aktiftas pengurusan kematianlainnya.
2. Tim/peguyuban/lembaga urusan kematian tersebut kemudian bekerja sama dengan remaja/pemuda masjid.musholla/pengajian setempat untuk mengurusi masalah yang berhubungan dengan ibdah ritual/keyakinan seperti prosesi hak si mayit untuk di mandikan, dikfani, disholati, dikuburkan dan (jika memang diyakini) tahlil

3. Jika semua itu dilakukan dengan baik dan saling melengkapi, Insya Allah, tidak ada lagi kelurga duka melkukan pinjaman-hutang hanya untuk rasa tidak enak ‘ewuh pakewuh’. jangan sampai ada lagi keluaga duka, mengabaikan si mayit karena tidak mampu/malu mengundag tetangga untuk takziah dan mengurusi hak si mayit. dan jangan ada lagi keluarga duka mencari beras dengan mengabaikna si mayit hanya untuk berfidyah.

Tulisan ini tidak sedikitpun bermaksud untuk menggurui, namun lebih sekedar untuk bebagi ucapan, diskusi dan saling taushiyah dengan kebenaran. wallahu’alam.

salam ukuwah elha
16.05.2008

Baca Selengkapnya......

Kamis, 08 Mei 2008

SIANG ITU DI PANTI PIJAT

SIANG ITU DI PANTI PIJAT
By elha 24.04.2008

--Artikel ini merupakan kesimpulan dari kisah nyata seorang wanita yang mengaku (pernah?) bekerja di Panti Pijat . Nama dan redaksi percakapan telah mengalami perubahan—

Senyum maniesnya terus mengembang di areal wajahnya yang memang tampak cantik. Deretan gigi putihnya tersusun rapih dengan satu gigi berwarna kuning kecoklatan tampak lebih menyembul diantara yang lain. Namun justru itu menambah keasrian dan kemanisan wajahnya. Sebut saja namanya Rina (maaf ini nama samaran)

“Yah namanya juga usaha mas” jawabnya ketika ditanya alasan yang melatarbelakangi dirinya bekerja sebagai pramu pijat (bahasa halus dari wanita pemijat di sebuah panti pijat tradisional)

“Abis mau usaha apa lagi. Cari kerjaan susah. Sementara kita kan harus mengurusi anak. Sekolah, makan, jajan. Belum buat bayar kontrakan” sambungnya



“Loch emang suami Mba kemana” tanyaku singkat
“Yach....” dia kemudian menarik nafas panjang. Lalu diam sejenak
“Saya udah cerai mas. Dua tahun lalu....” katanya kemudian
“Saya capek. Dia udah jarang ngasih saya uang belanja. Jarang pulang. Tadinya saya gak percaya kalo dia (mantan suaminya-pen) main perempuan lagi. Tapi waktu saya pergoki dia sama wanita lain, yah udah saya minta cerai. Sekarang dia tinggal di Bekasi. Anak saya yang ngurus” lanjutnya

Butiran air bening mengalir dari kelopak matanya. Desahan nafasnya tertahan dan tersendat. Mungkin dia belum siap mengingat peristiwa yang pernah dialaminya. Sebuah peristiwa yang mungkin menjadi sebuah lembaran hitam dan sejarah kelam hidupnya.

Aku turut terdiam. Ku biarkan Rina terbuai dalam lamunannya. Ku biarkan dia memalingkan wajahnya yang mulai basah oleh linangan air mata. Aku berupaya untuk ber-empati. Namun aku tak dapat membayangkan apa yang sesungguhnya terjadi.

“Sakit hati saya mas. Dulu sebelum menikah dia sayang banget sama saya. Baik, perhatian. Tapi setelah punya anak, dia mulai kelihatan berbeda. Awalnya saya coba memaklumi. Tapi lama kelamaan kesabaran saya habis...”

“Coba deh mas bayangin. Dia enggak kerja. Gak ada keinginan buat bantu saya cari nafkah. Dia juga sering marah mas...”

“Yang bikin saya sakit hati, dia main perempuan lagi....Padahal saya yang ngerasain hidup sudah bareng, sama-sama bangun keluarga. Ternyata dia.....” kemudian Rina terdiam tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kembali dia menarik nafas panjang.

“Lalu saya minta dia memilih, saya atau perempuan itu.....Dia pilih perempuan itu mas...” sambungnya lirih.

“Maaf Mba” selah ku.
Aku mencoba untuk mengalihkan perhatiannya agar tak larut dalam kesedihan

“Kalo mba kerja, lalu anak mba ama siapa?” tanyaku kemudian
“Anak saya titipkan sama orang tua. Kebetulan Ibu saya juga tinggal gak jauh dari rumah. Anak saya masih kecil mas, masih SD. Biarin deh dia sekolah yang tinggi biar gak kayak ibunya” jawabnya

“Keluarga mba tahu gak kalo mba kerja beginian (dipanti pijat-pen)”
“Enggak mas. Jangan sampe tahu. Saya bilangnya kerja di toko” jawabnya malu sambil menundukkan kepala
“Pernah gak ada tetangga yang mampir ke sini (panti pijat tsb-pen)”
“Pernah. Tapi saya sih cuek aja”

“Enggak takut neh dia cerita ama tetangga lainnya” pancingku
“Enggak mas. Kalo dia cerita macam-macam, saya akan beberkan kalo dia main ke panti pijat. Kalo saya kan di sini kerja buat anak. Lah kalo dia apa ?….” jawabnya dengan nada suara yang meninggi

“Mba, maaf loch, sebenarnya saya gak yakin Suami Mba ninggalin Mba. Soalnya Mba sosok wanita yang nyaris sempurna. Wajah, gaya bicara dan tanggung jawab Mba cukup meyakinkan. Pasti mantan suami Mba nyesel ninggalin Mba” kataku mengibur
(kulihat Rina tersenyum malu. Mungkin hatinya sumringah mendapat pujian seperti itu)

“Emang Mba enggak pengen nikah lagi. Kasian juga kan anak. Dia juga pengen punya Bapak. Anak pengen cerita ke temennya kalo dia baru aja jalan-jalan sama Bapak dan Ibunya. Mba juga kan pasti butuh perhatian, butuh pendamping dalam menjalani hidup ini. Butuh teman buat diskusi. Butuh penghibur disaat lelah, capek” tanyaku

“Pengen siih mas. Tapi siapa yang mau sama saya, tukang pijat. Lagi pula saya gak mau disakitin lagi sama laki-laki” jawabnya.

---oooOooo---

Hari berganti hari, waktu berganti waktu. Rina, gadis ayu yang (konon kabarnya) terpaksa menjadi pramu pijat, masih tetap menghiasi hari-harinya di Panti Pijat di salah satu kawasan Jakarta Pusat.

Ya, Panti Pijat dalam satu dekade terakhir memang menjadi fenomena tersendiri dalam pergumulan kota metroplis, kota-kota besar. Dengan dalih menunjang pariwisata nasional, panti-panti pijat bagaikan jamur di musim hujan. Tumbuh subur. Panti Pijat Tradisional, Panti Pijat Anu, Panti Pijat Anu juga, Panti Pijat Anu lagi, begitu merk yang dipasang. Ada memang yang benar-benar pijat kebugaran, pijat kesehatan, namun tak sedikit yang konon (berdasarkan berita di berbagai media) hanyalah kamuflase dari transaksi sex terselubung.

Lalu bagaimana dengan Rina yang bekerja sebagai pramu pijat. Apakah dia juga terlibat dalam transaksi sex bebas tersebut? Bila ya, apakah karena itu pula Rina bertahan, karena itu adalah salah satu cara mendapatkan uang dengan mudah? Ataukah karena itu pula Rina sudah tidak berminat lagi (tidak bersemangat lagi) mencari seorang pendamping hidupnya, yg juga akan menjadi Bapak bagi anaknya? Wallahu’alam

---oooOooo---

Kita patut prihatin dan ber-empati kepada Rina dan Rina-Rina lainnya. Dia hanyalah korban dari sebuah masalah kehidupan. Korban dari sebuah episode masalah yang tidak mampu dia lewati. Dia harus berjibaku dengan waktu, persaingan dan perasaan untuk menghidupi keluarganya, sekolah anaknya. Kontrakan. Dan ini yang paling berat ‘malu dan juga rasa gengsi’ dengan orang-orang dikampungnya. Maklum orang-orang dikampung tahunya Jakarta adalah kota besar, kota uang, kota yang penuh dengan impian. Orang Jakarta pasti kaya, pasti sukses, pasti (maaf, ini dia yang sering menjadi masalah bagi pemerintah) pulang bawa uang banyak.

Namun apapun alasannya, sex bebas, yang di ramu dalam bentuk bagaimanapun bukan lah solusi. Benar uang dengan mudah dapat diperoleh? Benar Rina menikmati ‘perannya’? Tapi tidak demikian dengan hatinya, nuraninya. Hatinya tentu sakit merasakan bagaimana tubuhnya hanya dihargai sekian rupiah saja oleh lelaki hidung belang. Tubuhnya hanya menjadi ‘Bamper’ pemuas nafsu birahi banyak orang.

Rina juga tahu betapa pekerjaan sangat riskan. Resiko penyakit kelamin, HIV, AIDS. Resiko malu dengan tetangga, kerabat dan keluarga. Bahkan Resiko masa depan, karena dengan bekerja sebagai pramu pijat berarti Rina telah ‘menggadaikan’ hidupnya, sebab akan sulit mendapatkan laki-laki yang berminat menjadi pendamping.

Sex bebas, perzinahan adalah perbuatan dosa besar yang sangat buruk. Menurut salah satu Buku Fikih Kontemporer, Zinah merupakan kejahatan kemanusiaan terburuk. MENGAPA? Karena perzinahan memdawa dampak yang luar biasa seperti memutus mata rantai kekeluargaan, sulit menentukan keturunan, nasab, sulit menentukan hak waris, pembelaan atas masalah keluarga dan kebenaran di depan Qodi (Hakim agama). Karena itu, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Israa ayat 32 :

“Walaa Takrobuz-zina innahuu kaa fahisyah, wasaa-a sabiilaa”
Dan jangan kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.

Perzinahan yang paling buruk adalah zinah yang dilakukan kepada mahram/mihram (saudara perempuan, orang tua, mertua, dan keluarga lainnya), orang sudah menikah dan terhadap isteri tetangga.

PERTANYAAN SEPELE YANG HINGGAP ADALAH : APAKAH SAAT INI SUDAH ADA ORANG YANG MEMPERKOSA ORANGTUANYA, NENEKNYA, TETANGGANYA, ORANG MENIKAH YANG BERZINAH ???
JAWABANNYA : SANGAT SANGAT SANGAT BERJIBUN AMAT.

--oooOooo—

Apa yang dilakukan Rina bukan lagi mendekati, tapi sudah menceburkan diri dalam Dzina. Membasahi dan terus membasahi tubuhnya dengan dzina. Allah sudah memperingatkan agar manusia menghindari jalan yang buruk. Dapat kita bayangkan jalan yang buruk, penuh lubang, debu, lumpur dan rintangan lainnya. Sulit dilalui (untuk meraih kebahagiaan hakiki). Dan Rina tidak menghindari jalan buruk itu, bahkan dia terus menelusuri jalan yang buruk tersebut. Dan semakin jauh. Semakin terpuruk.

Rasulullah mengingatkan, bahwa bila perzinahan sudah meraja lela, maka akan datang suatu penyakit yang tidak ada obatnya.
HIV/AIDS adalah penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan serumnya. Demikian juga dengan penyakit EBOLA yang berasal dari Afrika. Semua penyakit ini berasal dari perilaku sex bebas. Dan ini bukti yang sangat nyata kebenaran akan peringatan Allah dan Rasulnya.

Mungkin Rina tidak mengetahui hal ini. Atau mungkin malu untuk kembali ke tengah masyarakat dengan kepala tegak. Atau bahkan mungkin ini untuk melampiaskan kekecewaannya kepada kaum lelaki. Namun apapun alasan Rina untuk terus berada dalam pusara prostitusi bukanlah pilihan tepat untuknya, anaknya, keluarganya dan masa depannya.

Sulit memang. Namun harus dilakukan. Disini perlu peran dakwah bil hal yang baik untuk melepaskan Rina dari keterkungkungan prostitusi tersebut. Para wanita/akhwat, dai wanita dan aktifias wanita lainnya harus saling berjabat tangan, pererat barisan untuk membantu menyelamatkan Ribuan Rina yang (karena keterpaksaannya) harus bekerja dalam dunia hitam.

Mungkin ada diantara kita (Pria/wanita) yang jijik dengan mereka, pelaku sex bebas. Tapi bukankah banyak juga dari mereka yang melakukannya karena keterpaksaan, karena kebutuhan keuangan, karena akibat kekerasan rumah tangga, karena perceraian, karena pernah disakiti oleh pasangannya, dan lainnya.

Mereka adalah obyek dakwah para akhwat. Bukankah kita juga banyak mendengar bahwa puluhan, ratusan bahkan ribuan gadis desa yang lugu harus menjadi pramu pijat dan pramu sex di kota-kota besar karena ulah ‘oknum’ yang mengaku akan mempekerjakan di restoran, toko, sebagai PRT dan lainnya. Kita mungkin masih ingat kasus dara (gadis) Jawa Barat yang di sekap di Karimun untuk dipekerjakan di kawasan malam di Luar Negeri dan daerah lainnya.

Tanpa peran serta kita semua, akan banyak Rina-Rina lain dan (mungkin) ribuan gadis lugu lainnya yang akan terus membanjiri dunia hitam. Dunia hitam selalu menghadirkan kekerasan, perselingkuhan, narkoba, minuman keras dan aneka jenis tindakan kriminal dan aktifitas negatif lainnya. Kita bisa mencegahnya atau setidaknya menguranginya dengan jalan menyelamatkan para wanita yang akan, sedang dan telah ‘terjebak’ di dunia itu. Bila seluruh wanita telah diselamatkan, dunia hitam akan dengan sendirinya memudar. Karena ramainya dunia malam adalah karena suara wanita.

Wanita adalah tiang negara. Bila baik wanita (dinegara itu) maka akan baguslah negara, namun bila rusak (akhlak) wanaitanya maka akan rusak negara ybs.

Salam ukhuwah elha
Dzakarta, 24.04.2008

Baca Selengkapnya......

Minggu, 27 April 2008

MAAFKAN AKU, ISTERIKU

MAAFKAN AKU, ISTERIKU…by elha 14.02.2007

Kutatap wajah isteriku tercinta yang sedang tertidur pulas. Terlihat jelas guratan rasa lelah diwajahnya.
.
Yaa, memang isteri sering bercerita betapa akhir-akhir ini dia merasa begitu letih. Perjalanan menuju lokasi kerja di bilangan Depok yang memakan waktu cukup lama. Belum lagi bila tiba dikantornya sudah banyak nasabah yang datang, meskipun jam layanan belum dibuka. Maka tak jarang isteriku memajukan aktifitas pekerjaannya. Jika ternyata antrian nasabah terus berlanjut sampai siang atau bahkan sore hari, maka selama ini pula isteriku tak merasakan nikmatnya ‘kunyahan nasi atau sekedar cemilan sekalipun’. Isteriku memang bekerja di jasa pelayanan bidang keuangan. Kebetulan dia memiliki posisi yang strategis. Maka tanggung jawabnya begitu besar terhadap layanan dan kepuasan nasabah.
.
Tak terasa air mataku berlinang kecil membasahi pipi. Rasa sayangku kepada isteriku bertambah besar. Ingin rasanya aku memeluknya dengan erat serta mengucapkan kata cinta yang tulus dan sepenuh hati. Namun niat itu ku-urungkan, khawatir hal itu justru akan mengagetkan atau mengurangi waktu istirahatnya.
.
Pikiranku menerawang pada peristiwa tadi siang, 11.02.2007. Sambil berbisik Isteriku mengajakku ke dalam kamar. Hatiku dagdigdug. Ada apa? Mengapa harus didalam kamar? Biasanya ini dilakukan isteriku bila ada sesuatu yang penting.
.
“Bi, anting umi dilepas ya? Mang Dudung mau pinjem duit/uang. Kita ‘gak ada persediaan. Atau kita pake aja uang yang lain?” Tanya isteriku pelan sambil menyebut satu rekg khusus penampungan. (isteriku memang membuka rekg penampungan untuk kebutuhan sosial)
Aku terperanjat, terkejut bagai diserempet Bus Way atau mobil BMW.
Aku tidak memikirkan tentang tamu yang akan meminjam uang pada kami. Apalagi tamu tersebut masih saudara kami juga.


.
Yang kupikirkan adalah anting yang melekat di telinga isteriku. Anting itu merupakan perhiasan milik kami satu-satunya. Karena aku belum mampu membelikan perhiasan lain seperti gelang ataupun kalung. Bahkan anting itu, yang hanya seberat 2 gram saja, juga hasil jerih payah isteriku sendiri.
.
Hatiku sedih. Sedih karena belum bisa membahagiakan isteriku tercinta dari sudut pandang materi. Bahkan tidak bisa untuk sekelas anting sekalipun. Masya’ Allah. Namun terbetik perasaan bahagia, betapa isteriku masih meninggikan derajatku sebagai suaminya. Dia masih meminta ijin aku untuk melepas anting itu demi menolong orang lain. Padahal sejujurnya kamipun masih kelimpungan dalam urusan keuangan.
.
Hatiku Bahagia, ternyata isteriku bukan hanya cantik parasnya tapi juga cantik sifatnya. Subhanallah. Engkau telah memberikan hamba Isteri yang sholihah Ya Rabb.
.
“Umi, kalo umi rela silakan umi lepas anting itu. Tapi kalo umi masih mau memakainya abi serahkan semuanya sama umi. Kalo uang ‘Baitul Maal’ jangan” jawabku lirih sambil berusaha menahan sedih
“Umi gak apa-apa bi….” Kata isteriku sambil tersenyum manies, sehingga wajahnya menjadi lebih manies. Oh, ……
.
Anting satu-satunya perhiasan yang melekat pada diri isterikupun lepas sudah. Perhiasan kecil itu akan menghuni loket pegadaian. Perhiasan itu akan menjadi dana sosial isteriku guna membantu saudara kami yang lebih membutuhkan.
.
Isteriku maafkan aku.
Lalu ku lihat anak-anakku yang juga telah tertidur pulas
.
“Bi, katanya mau beli mobil/motor kayak Abi Usul” Kata anakku yang pertama (usia 5th) pada satu ketika setengah bertanya
“Insya’ Allah ya” jawabku sambil senyum.
Lalu aku mengalihkan perhatian agar anakku tidak bertanya kembali
.
“Anakku, maafkan Abi nak. Abi memang belum bisa memberikan materi. Tapi percayalah anakku, Allah SWT akan melihat ketulusan kita dan nilai ibadah kita” kataku dalam hati sambil mengecup kening kedua anaku
.
Lalu kuhampiri kembali isteriku tercinta. Ku kecup pula keningnya dengan penuh kasih sayang. Maafkan Abi ya umi. Abi mencintai umi karena Allah. Biar Allah yang akan membahagiakan kita. Amien
.
Aku terus berwudhu.
.
“Umi, engkau bagai bidadari yang hinggap direlung hati abi. Engkau bagaikan malaikat yang menjelma menjadi manusia dan menghiasi hari-hari bersama kami. Umi, Engkau Seorang Kepala Cabang, namun tidak sedikitpun merasa risih pulang-pergi naik kendaraan umum, berdesak-desakan, makan dipinggiran jalan dan bahkan tinggal dipemukiman yang padat dan ‘maaf dilokasi kaum cilik” batinku
.
“Umi, dari lubuk hati yang paling dalam abi berdoa semoga apa yang umi lakukan dapat menjadi obat penawar bagi mereka yang sedang kesulitan. Umi, percayalah ANTA BUDALLAHA KAANAKUM TAROHU…WAILLANTAKUM TAROHU FAINNAHU YAROKA…”
.
“Umi, Benar apa yang disabdakan Rasulullah SAW mengenai kehidupan keluarga beliau ‘BAITI JANNATI’, Rumahku adalah surga bagiku. Semoga kita dapat selalu mengikuti Sunnahnya. Amien”
.
Salam ukhuwah elha

Baca Selengkapnya......

Rabu, 16 April 2008

SELINGKUH…JAKARTA UNDERCOVER

SELINGKUH…JAKARTA UNDERCOVER..(by elha 15.11.2006)

Menurut kaum tertentu SELINGKUH adalah akronim dari SELingan INdah dan Keluarga UtuH. Yach selingkuh memang menjadi mode bagi mereka yang merasa, atau pura-pura merasa tidak puas dengan kehidupan pribadi keluarga mereka. Entah itu sang suami atau si isteri yang melakukannya. Yang jelas, bila per-Selingkuh-an sudah dilakukan, maka si pelaku sudah melakukan pem-bohongan kepada pasangannya, kepada anak-anaknya dan kepada keduanya.
Apakah benar perselingkuhan itu memberikan jawaban pasti bahwa si pelakunya tidak mengundang masalah baru? Atau malah menambah masalah yang ada?
--oooOooo--

Ba’da sholat jum’at kemarin, tgl. 10.11.2006, saya sengaja makan dipinggiran jalan Sabang (Wahid Hasyim), yang kebetulan memang tidak jauh dari lokasi kantor saya. Bukan karena alasan politik, tapi lebih mengena dengan faktor ekonomi. Maklum perbekalan sudah mulai mengering. Menu makan siang juga sudah harus di pilah dan dipilih….hehehe takut gak kuku.

Sekumpulan wanita, berusia antara 20 – 26 tahun (menurut perkiraan saya loch), asyik bercengkerama di samping kanan saya. Sepertinya mereka sudah selesai dengan makan siangnya. Mereka begitu riang. Nada bicaranya yang renyah (emangnya hartz chicken), empuk dan penuh canda menandakan bila mereka tidak dalam keadaan bersedih. (Klo sedih pasti lagi mewek hehehe)

Namun kemudian saya agak terkejut ketika salah seorang dari mereka mengatakan bahwa dia menerapkan syarat tertentu jika diajak berselingkuh (sambil menyebut syarat tersebut). SELINGKUH…??? LOCH APAKAH MEREKA SUDAH MENIKAH….???
“Oooh berarti dari tadi mereka sedang membicarakan perselingkuhan. Pantas aja obrolan mereka dibumbui dengan saling senyum, tawa….dan cekakak cekikik” gumamku dalam hati.

Dari dandanannya kemudian saya menyimpulkan bila mereka adalah wanita yang membantu atau bersedia diajak oleh para lelaki/suami untuk melakukan perselingkuhan. Tentunya dengan kompensasi tertentu. Makanya salah satu diantara mereka mengajukan syarat tersebut.


Yah, Jakarta memang kota metropolitan. Segala bentuk, segala rupa dan aneka ragam kehidupan manusia ada dikota ini. Kamuflase kehidupan, fatamorgana kebahagiaan hingga fakta perselingkuhan ada di depan mata. Dan layaknya pengusaha yang mumpuni, wanita-wanita muda tadi mampu memanfaatkan celah peluang/opportunity tersebut. Kicauan kaum adam yang ingin melakukan perbedaan ekspresi ‘bercinta’ disambut dengan aroma dan warna-warni kumtum bunga dengan kelopak yang lumayan merekah.

Tapi mengapa para wanita itu mengenakan pakaian supermarket/swalayan/spg tertentu. Mungkin itu hanya kamuflase, hanya kepompong ulat sutera.

Para wanita itu sepertinya tidak terpengaruh dengan suasana warung pinggir jalan. Atau sengaja memanfaatkan suasana warung untuk menginformasikan bahwa mereka adalah ‘pelaku’. Ataukah suasana warung dan keadaan disekitarnya adalah sarana promosi gratis atas ‘usaha’ mereka.

Aku kemudian teringat satu kisah. Pada suatu hari (kayak cerita si kancil & buaya aja). Pada satu hari seorang teman wanitaku bercerita kalau dia baru saja bertemu dengan teman lama. Laki-laki tentunya. Katanya laki-laki itu adalah mantan ‘teman akrab’, jika tidak ingin disebut kekasih.

Pertemuan antara teman wanitaku dengan ‘mantan kekasihnya?’ biasanya dilakukan pada waktu makan siang. Lunch, kata orang kulon. Nah, setelah makan siang itu kejutan terjadi. Dia bertemu dengan teman kantornya di dalam biskota. (lagian mo selingkuh kok naek angkot. Gayaan dikit ngapa..). Agar teman kantornya tidak kaget dan banyak bertanya, teman wanitaku langsung menyapa dan mengenalkan ‘bawaannya’ sebagai teman selingkuh. Langsung tanpa tedeng aling-aling dia mengatakan bahwa sobat laki-laki yang dibawanya adalah teman selingkuh.
“Yach, daripada ketahuan, mendingan gue ngaku aja langsung. Dari pada malu ma penumpang laen” katanya

Bahkan ada kisah yang lebih fenomenal. Di salah satu perusahaan keuangan, terjadi ‘kerusuhan’. Penyebabnya tak lain adalah hamilnya seorang pegawai wanita, yang kebetulan seorang kasir/teller, akibat perbuatan sang Manajer. Mudah ditebak, pegawai wanita itu diminta mengundurkan diri. Sementara sang Manajer, Wallahu’alambishowab. Kabarnya mereka melanjutkan ke jenjang perkawinan.

Kenapa sih mesti ada perselingkuhan. Mengapa harus ada seorang suami/isteri yang mencari ‘jajanan’ diluaran, padahal menu makanan di rumah lebih komplet. Bila memang sayurnya kurang asin, kenapa tidak ditambah garamnya saja. Bila kurang banyak, kan masih bisa ditambah menunya. Bila kurang indah, masih ada pernik-pernik yang dapat dihias di meja makan.

Apapun dasar yang melatar belakanginya, sejatinya Perselingkuhan itu bukanlah suatu solusi. Bahkan bisa jadi justru akan menambah komplexs masalah yang rumah tangga. Benar sang suami/isteri akan merasa nyaman dengan teman perselingkuhannya, tetapi setelah itu dia akan menjadi ‘jalur kebohongan’ untuk menutupi perbuatannya. Selain itu dana makan siang, dana transportasi dan dana-dana lainnya akan menguras jatah rumah tangga, jatah anak dan jatah pos lainnya. Dan yang terpenting, Perselingkuhan akan menyakiti hati pasangan sah suami/isteri.
(belum termasuk akibat yang ditimbulkan seperti kehamilan, penyakit kelamin dan lain-lain)

Untuk kaum laki dan wanita yang sudah berumah tangga, yakinlah bahwa pasangan kita adalah pasangan terbaik yang pernah ada. Dia menemani kita sejak kita masih belum punya apa-apa. Bila memang ada yang memulai pernikahan dengan segala kemewahan, maka pasangan hidup kita telah membantu kita mengatasi berbagai problematika rumah tangga. Senang-susah selalu bersama.
Sementara teman perselingkuhan, pernakah dia membantu mengatasi persoalan, atau memang hanya menginginkan ‘harta’, ‘tahta’ dan ‘toyota’…???

Untuk para wanita yang ikut tergabung dalam komunitas perselingkuhan, percayalah kalian adalah pihak yang paling dirugikan. Baik secara materi ataupun kejiwaan, diantaranya : Pertama, bila terjadi kehamilan siapa yang bertanggung jawab. 9 bulan mengandung dan kemudian diikuti dengan mengurus anak yang dilahirkan adalah pekerjaan berat. Siapkah pasangan selingkuh anda membantu. Kedua, “Ah, kan bisa aborsi” kata sebagian orang. Benar, tapi aborsi akan merusak tatanan rahim. Ketiga, harga diri seorang wanita (isteri) akan tercampakkan. Benar, mungkin kalian akan mendapatkan banyak materi dari pasangan selingkuh anda, tetapi benarkah hati anda juga tersenyum ikhlas menerima semua itu. Bagaimana anda membayangkan bila yang melakukan selingkuh itu adik anda, adik ipar, kakak kandung, orang tua, atau bahkan anak anda sendiri. Tetes air mata anda pasti akan terurai. Keempat, dampak psikologi yang akan anda tanggung. Luar biasa beratnya. Keinginan hati yang sering berbenturan dengan hawa nafsu. Logika berfikir yang sering salah. Dan efek kejiwaan yang akan menurun ke anak kandung.

Belum terlambat untuk kembali bagi mereka yang melakukan. Sudah saatnya nahkoda kapal menjalankan fungsinya kembali memimpin pelayaran menuju kampung yang damai, indah, subur, tentram dan sangat menyenangkan. Kampung akhirat.


---oooOooo---

Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan bahwa jika perbuatan zina sudah dilakukan secara terang-terangan, maka akan datang suatu penyakit yang tidak ada obatnya.
Apakah keceriaan para wanita yang ikut membantu kaum laki-laki berselingkuh atau wanita yang melakukan perselingkuhan sudah termasuk dalam kategori perbuatan zina secara terang-terangan….???? Apakah penyakit HIV/AIDS termasuk juga dalam penyakit yang disebut Rasulullah tersebut sebagai akibat dari zina secara terang-terangan itu…???

Jika semua itu sudah terjadi, kemana kaum terpelajar yang selama ini membela kebebasan pergaulan, kebebasan ber-ekspresi dan kebebasan lainnya. jikaum feminis, kaum sekuler dan liberal rame-rame membuat aksi (simpatik???) untuk melindungi masyarakat dari HIV/AIDS dan pembinaan bagi penderita HIV/AIDS yang terus bertambah setiap saat.
Motto penanggulangan HIV/AIDS kemudian adalah (salah satunya) ‘jangan melakukan sex beganti-ganti pasangan’. Mengapa tidak jujur saja mengatakan bahwa

Islam mengatakan bila seorang Isteri laksana lahan/sawah bagi suaminya. Sedangkan seorang suami juga laksana lahan/sawah bagi isteri (-istrinya). Maka baik isteri/suami dapat saling bercocok tanam.
Dalam bahasa yang indah, Islam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita menyalurkan hasrat sexual. Sex itu memiliki makna suci, maka harus dipergunakan dengan suci pula. Bukan pelampiasan hawa nafsu. Bukan pula untuk mencari sensasi perbedaan dalam melakukan hubungan suami isteri.
.
Maknanya, secara implisit dikatakan bila belum memiliki suami/isteri, atau belum ada ikatan (akad) syah suami isteri, mbok ya jangan melakukan hubungan suami-isteri dulu. Kan sudah jelas ‘Hubungan Suami-Isteri’, berarti oleh suami kepada isterinya-atau oleh isteri kepada suaminya. Loch, kenapa yang bukan isterinya atau bukan suaminya ngelakuin perbuatan suami-isteri. Hehehehe.

Adakah dari mereka itu keluarga kita, saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita, kerabat kita atau teman-teman terdekat/akrab kita…???

Tanpa bermaksud menggurui, rasanya sangat bijak bila sebagai ummat muslim kita berpedoman pada perilaku Nabi Muhammad SAW. Setidaknya sebagai pijakan kita dalam melangkah. Dalam satu riwayat Hadits :

Ubadah ibnush Shamit ra mengatakan bahwa Nabi SAW merasa sedih dan wajahnya tampak kusam ketika beliau menerima wahyu tentang hukuman zina. Pada suatu hari beliau menerima wahyu, lalu tampak seperti itu. Setelah beliau ceria beliau bersabda, “Laksanakan ajaranku! Sungguh Allah telah menetapkan hukuman bagi para pezina. Yaitu, pezina yang sama-sama sudah kawin dan pezina yang sama-sama belum kawin. Pezina yang sudah kawin dicambuk seratus kali lalu dirajam dengan batu; pezina yang belum kawin dicambuk seratus kali lau dipenjara satu tahun” (HR. Muslim)

Wallahu’alam bishowab
salam ukhuwah ELHA

Baca Selengkapnya......

Minggu, 13 April 2008

PENGAKUAN (MANTAN) ISTERI SIMPANAN

.
PENGAKUAN (MANTAN) ISTERI SIMPANAN…by elha 10.11.2006

Pekan kedua bulan Ramadhan 2006 lalu, seorang buruh wanita dari kawasan Ancol menemui saya. Banyak keluhan yang dia sampaikan, kadang dengan nada sedih kadang dengan canda tawa mengingat kisah masa lalu.
.
“Mas…tolong carikan aku kerjaan (tambahan) dong….” Pintanya
“Kerja apa aja deh. Gue buat bayar utang nih….” Sambungnya
.
Lalu dia berkisah bahwa sebenarnya dia sudah berkeluarga. Namun kelakuan suaminya yang (maaf) diluar kewajaran sebagai kepala rumah tangga membuat semuanya berantakan. Sang suami selalu ber-hutang pada orang/pihak lain hingga mencapai jumlah yang fantastis untuk ukuran keluarga buruh. Namun orang-orang/pihak yang diutangi selalu menagih pada wanita tadi.
.
Katanya, orang tua suami (mertua) selalu ikut campur urusan keluarga, hingga satu saat mereka memutuskan untuk berpisah. Si suami membawa serta putera/puteri yang dicintai. Sementara sang isteri (buruh wanita tadi) hanya mendapatkan limpahan utang keluarga yang besar…(katanya utang suami).
.
Sambil bercanda (meski dengan suara lirih & tangisan di hatinya) dia ber-ujar,
“Gue kasian ya…Kalo ada bonus, THR, orang-orang udah pada boking buat dibayar…bayar utang….gue gak dapet apa-apa…ehehehe” dia tertawa. Tertawa dalam kepiluan.
.
“Mas…tolong gue ya…” katanya kembali


.
Dia juga bercerita kalau demi melunasi hutangnya dia pernah menjadi seorang wanita simpanan. Simpanan seorang pensiunan expatriate asal Jepang. Sekali berhubungan (maaf bercinta/ML) dia memperoleh uang Rp 400 ribu. Sayangnya, sesal dia, si expatriat tadi sudah berpisah dengannya. Jadi dia belum dapat kembali ‘lahan’ untuk menutupi hutang-hutangnya….
.
Saat ini hutang yang masih harus dilunasi sebesar + 10 juta. Sementara penghasilannya hanya 900 ribu. Belum biaya kontrakan dibekasi, biaya hidup dan lainnya.
.
Saya bingung. Kemudian dengan bercanda saya bertanya, “Kalau ada yang menawari untuk menikah bagaimana…?”
“Wah gue mao banget…tapi kalo bisa yang kaya ya. Biar gue bisa bayar utang gue..” jawabnya.
Hehehe. Permintaan yang polos, cukup wajar dan….membuat aku semakin bingung.
.
Hidup ini memang ujian. Karena ujian itu sendiri pada dasarnya adalah sarana dan wahana untuk beribadah mendekatkan diri pada-NYA. Termasuk masalah kesulitan hidup, kemiskinan, dan problematika lainnya…….
.
Dalam riwayat dikisahkan bahwa ada sahabat Rasul yang mengatakan tidak akan menikahi wanita (tidak menikah), ada yang tidak akan memakan daging, dan ada pula yang mengatakan tidak akan tidur di atas tikar (maksudnya tidak tidur ditempat yang layak, maaf kalau saya salah mengartikan).
Kemudian Rasul bersabda…”Mengapa orang-orang menagatakan begini dan begitu? Padahal aku ini juga shalat dan juga tidur, berpuasa dan juga makan serta aku juga menikahi wanita. Barangsiapa tidak menyukai sunnahku, dia bukanlah termasuk golonganku” (HR. Muslim).
.
Abu Hurairoh ra meriwayatkan bahwa Nabi besabda, “WANITA ITU DINIKAHI KARENA EMPAT HAL : karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya dan agamanya. Dapatkan kemujuran dengan menikahi wanita karena agamanya, maka engkau akan mendapatkan keberkahan” (HR.Muslim).
.
Keberkahan menikahi wanita karena agamanya. Dan itu sudah dibuktikan oleh orang-orang tua kita dulu. Sebelum menikah para wanita biasanya dipingit. Lalu orang tua pria mengatakan, “Kawin aja ama si fulanah binti fulan. Dia ngajinya bagus, sholatnya rajin. Ama orang tua juga sayang,…dll…”
Dan kita bisa lihat, mayoritas dari mereka meski memiliki keturunan yang lumayan berlimpah (bahkan ada yang memiliki 11 anak –orang tuaku-, 12 anak –orang tua temanku-, dan mungkin lebih dari itu), tetap dapat mendidik anak-anak mereka dengan benar dan membekalkan diri dengan pendidikan yang lumayan memadai. Jarang dari orang-orang tua kita dulu yang bercerai setelah itu.
.
Sekarang memang jaman modern. Wanita (mengartikulasikan dirinya) sebagai salah satu pemilik hak untuk menentukan pernikahan beserta atributnya. Namun jika memang wanita tersebut dapat memilih, akan jauh lebih baik bila wanita itu memilih pria dari sudut pandang agamanya. Sebab suami itu imam. Kepala rumah tangga dan pemimpin untuk menuju masa depan dengan konsep sakinah mawaddah warrahmah.
.
Kisah buruh wanita diatas mungkin dapat menggambarkan betapa telah terjadi kesalahan kita dalam memanage ummat ini. Para Aghniyya, orang-orang kaya,lebih suka berzakat kepada yatim piatu & orang miskin lainnya (maaf ada yang lebih suka di blow-up media massa). Atau ada yang menitipkannya ke lembaga-lembaga tertentu, tapi lembaga itu justru berdeterminasi diwilayah pembangunan mesjid, pendidikan, dll
.
Adakah yang memikirkan nasib si Ghorim orang yang memiliki banyak hutang untuk di zakati, agar seluruh hutangnya terlunasi. Jika itu terlaksana bukankah buruh wanita tadi tidak perlu bercerai karena masalah hutang. Dus, diapun tidak perlu menjadi wanita simpanan (maaf) hanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp. 400ribu sekali bercinta.
.
“Mas, ya udah gue gak mau jadi simpanan lagi…” katanya
“Tapi mas tolong cariin calon suami ya….”
.
Saya tersenyum. Tidak berjanji, namun Insya’ Allah akan membantu mencarikan apa yang diinginkannya. Tapi kemana saya harus mencari. Bukankah kaum lelaki juga menginginkan yang terbaik untuk mereka.
Namun sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang sesungguhnya telah terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.
DIA juga yang menentukan arti hidup dan makna hidup serta hakikat seseorang. Semoga semua perkataan wanita itu merupakan bukti Pertaubatan Seorang hamba. Semoga Allah mendengar Taubatnya dan mengabulkan permintaannya. Amien.
.
BAGAIMANA MENURUT PEMBACA…??? Plis dikomentari
.
Salam ukhuwah ELHA

Baca Selengkapnya......