Kamis, 08 Oktober 2009

MENGANIAYA PEMBANTU…..(LEBARAN DAY Part 2)

MENGANIAYA PEMBANTU…..(LEBARAN DAY Part 2)

By elha – i. 22.09.2009

.

Luapan marah & emosi kita ekspressikan dalam kebencian ketika mendengar ada TKW yang di-aniaya di Malaysia, atau negeri lainnya. Kita juga geram melihat di TV banyak PRT yang di-aniaya majikan. Selebritis atau bukan….

.

---oooOooo---

.

SERI KLINIK CINTA

.

Tangis air mata haru, mendengar lantunan gema Takbir dari Masijid & Musholla yang saling bersahutan. Sedih meninggalkan Ramadhan, haru bahagia berhasil melwati ujian, cobaan dan godaan selama Ibadah Shaum, Tarawih dan Taddarus. Yaa Allah, Engkau sampaikan aku dalam Idul Fithri-Mu yang Agung….

.

Suasana haru & bahagia menghiasi hamper seluruh penduduk Muslim di seluruh Dunia, tak terkecuali keluarga kita di berbagai pelosok tanah air.

.

Milik siapakah Idul Fithri? Milik seluruh Umat Muslim yang melakukan Ibadah Ramadhan….

.

“Bi, Lebaran besok pulang ga...?” tanya seorang Ibu kepada pembantunya (PRT)...

”Pulang Bu...saya ingin membawakan baju baru buat anak saya di kampung...” jawab pembantunya

”Bi, kebetulan lebaran sekarang di rumah akan banyak tamu. Lebaran kemarin juga banyak. Tapi sekarang lebih banyak lagi. .... bibi bisa gak pulangnya abis lebaran aja. Misalnya tanggal 27 besok...?”

”Tapi Bu, saya pengen lebaran di kampung...pengen ketemu suami sama anak saya. Udah lama saya gak pulang....”

”Tolong ya Bi. Nanti kita ongkosin deh pulangnya. Kita bawain makanan dari sini....”

.

Si Bibi (PRT) terdiam. Tertunduk sedih. Sulit baginya untuk menolak kembali. Meski permintaan halus, namun Ibu Majikan sudah mengulangi dua kali. Artinya.....

.

”Gimana Bi...bisa kan?” tanya Ibu itu lagi, dengan penekanan pada kata ’bisa’

”Gimana ya Bu...”

”Coba deh Bibi pikir-pikir dulu. Kasian anak-anak saya. Nanti siapa yang nyuapin makan. Siapa yang gendong kalau kecapean menerima tamu. Belum lagi cucian piring yang pasti banyak Bi....”

”iya deh...” jawab sang PRT dengan tertunduk lesu....

.

---oooOooo---

.

PRT adalah sebuah profesi yang dijalani seseorang, dengan mengerjakan/melakukan pekerjaan di dalam sebuah rumah tangga. banyak diantara PRT yang sudah memiliki keluarga. Mereka bekerja untuk menafkahi keluarganya. Kadanga bahkan suaminya.

.

Umumnya mereka pulang bersama (mudik bersama) menjelang lebaran. Mereka akan bahagia bila melihat anak/keluarga menerima bingkisan yang mereka siapkan, meski hanya sekaleng biskuit ataupun baju lebaran yang dibeli dari pasar tradisional. Kebahagiaan mereka tak terkirakan.

.

Bagaimana perasaan mereka ketika harapan bahagia itu pupus, di ’paksa’ sang majikan untuk tetap mengurusi rumah tangga dan ’melupakan hasrat’ keindahan lebaran bersama keluarganya di kampung? Adakah ini merupakan salah satu bentuk ’peng-aniayaan’ perasaan kepada mereka? Menjauhkan mereka dari sanak keluarganya. Menjauhkan mereka dari suasana Idul Fithri dengan tradisi khas desa/kampung/daerah....

.

Dalam Islam PRT, memiliki kedudukan yang mulia. Ia adalah manusia yang memberikan dan membantu kemudahan bagi banyak orang. Mari kita lihat dalam telaahan sederhana :

1. Islam memberikan penghargaan yang tinggi bagi orang yang mau bekerja dalam rangka mencari rezeki. Jadi apapun jenis pekerjaannya, Islam menghargai itu. Allah berfirman: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS.62:10).

Allah bahkan memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berusaha mencari kerja. Sebagaimana hadis Nabi: “Tidaklah seorang di antara kamu makan suatu makanan lebih baik daripada memakan dari hasil keringatnya sendiri” (HR. Baihaqi).

2 PRT yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Keberadaan mereka memiliki posisi yang sangat penting dalam kaitannya meringankan segala kesulitan muslim lainnya. Nabi Muhammad bersabda: “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain” (HR. Bukhari dan Muslim).

PRT bukanl sebuah profesi yang rendah. Pentingnya kedudukan PRT di dalam Islam, telah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya. Bahkan Rasulullah pernah memiliki PRT bernama Barakah—gadis yang berasal dari suku Habsyah, yang pada awalnya seorang hamba yang diperdagangkan. Barakah bertugas membantu Aminah—ibunda Muhammad—dalam mengasuh dan menjaganya.

.

Salam ukhuwah

elha – KLINIK CINTA

www.jangankedip.blogspot.com




5 komentar:

Anonim mengatakan...

sammygaol, /kompasianer/kompasiana.com

kalo boleh share cerita :
istri saya (kami non-muslim) membantu seorang tetangga kami (muslim) yg minta tolong dicarikan pembantu… kebetulan saat dihubungi di kampung pembantu kami yg sedang mudik bersedia membawa ‘teman’ ke jakarta.
singkatnya ikutlah pembantu baru tersebut di rumah tetangga kami….. namun belum lewat setengah hari, si tetangga tersebut langsung menelepon istri saya dengan panik, dia baru saja tahu bahwa si pembantu tersebut kristen dan langsung menunjukkan penolakannya tanpa melihat kerja si pembantu!
dalam kurang dr 24 jam pembantu baru tersebut kami tampung kembali di rumah kami (akhirnya temen saya yg katolik menerimanya dg gembira)

istriku sambil menahan rasa sedih bertanya : “apa dia nggak sadar kalo kita juga kristen ya pa?”
jadi selama ini rumahnya yg selalu terbuka dg ramah bagi istri & anakku yg non-muslim, ternyata tidak berlaku untuk pembantu non-muslim

http://www.kompasiana.com/.../menganiaya-pembantu…lebaran-day-part-2habis/

Anonim mengatakan...

tantripranash,/www.kompasiana.com
— 9 Oktober 2009 jam 8:54 am

Pak Elha …

Asisten rumah tangga atau pembantu … sebuah profesi yang selalu laku keras. Hampir 100 % yakin mereka-mereka ini tidak ada yang kesulitan mencari pekerjaan. Apalagi sehabis lebaran … Bosan di satu rumah mudah saja kemudian untuk mendapatkan pekerjaan baru. Itulah mungkin salah satu sebab mulai bergesernya profesionalisme beberapa orang dari mereka. Dari cerita teman-teman sesama ibu-ibu dan pengalaman pribadi, ada yang sebelum bekerja bertanya dulu berapa gajinya dan jenis pekerjaannya (masih wajar) … kemudian pertanyaan selanjutnya ada mesin cuci? blender untuk menghaluskan bumbu? dll … kalau tidak ada langsung menolak dengan cemberut. Ada juga yang kemudian sibuk ber-HP ria (dengan handsfree) sambil momong anak, masak dll … HP kerap berdering sepanjang hari … sambil ngobrol teriak-teriak tertawa-tawa sampai tugas terbengkalai (saya pernah menulis di koki soal ini). Belum lagi yang melakukan kekerasan mental terhadap anak balita (sering lihat PRT-PRT nya tetangga) atau bahkan fisik (?) … mentang-mentang majikan ada di kantor.

Jadi jika kita kebetulan ada PRT dengan kriteria seperti yang Pak Elha tulis di atas … seperti PRT yang pernah bekerja di ibu saya dulu… bekerja dari muda sampai harus dipensiunkan karena sudah lanjut usia … wah itu suatu anugerah !! Makanya janganlah kemudian majikan seenak-enaknya memaksakan kehendak. Dia juga manusia yang butuh istirahat kerja, lebaran dan ketemu keluarganya. Terbayang kan kalau cuti kita di kantor di tolak secara halus sama atasan? dan harus terus masuk kerja di hari lebaran? hehehe …

Salam pak …

Anonim mengatakan...

Wid VBI,/kompasiana.com
— 9 Oktober 2009 jam 9:04 am

Kang Elha, salam jumpa dan sedikit sharing aja ya…
Saya pernah punya PRT yang ikut dirumah, sampai lebih kurang 7 tahun lamanya. Kadang2 kami berdua dengan istri berfikir. Kok mbak Yayuk ( nama PRT kami) bisa betah begitu lama ya, sementara di kanan kiri rumah kami, bisa begitu sering gonta ganti PRT. Kami membayar “gaji” PRT juga wajar2 saja, tidak gede2 amat.
Setelah kami pikir2, ( menurut saya lho), PRT sebaiknya kita perlakukan atau istilah orang jawa di wong ke atau diangkat HARGA DIRINYA.
Alhamdulillah istri saya juga mampu menJilbabkan mbak Yayuk (PRT kami). Sehingga dalam pengajian remaja di komplek atau RT, mbak Yayuk kami sertakan. Juga kalau ada tamu baik keluarga maupun non keluarga, mbak Yayuk ini kami puji dan perkenalkan sebagai keluarga yang begitu peduli dan baik membantu kesulitan kami sekeluarga.
Saya, istri dan anak2 ( anak kami waktu itu baru tiga dan usia TK dan SD), juga dibina untuk menghormati mbak Yayuk sebagai “wakil keluarga” bila saya dan istri sedang kerja atau ada urusan keluar rumah.

Dari pengalaman cerita kami, artikel kang Elha semakin menyakini saya pentingnya bagaimana sebaiknya menyikapi dan memperlakukan PRT. Karena PRT juga manusia, sehingga wajib kita hargai dan hormati.

Seiring anak saya sudah usia SMP, SMA dan kuliah, mbak Yayuk sudah lebih dari 7 tahun meninggalkan keluarga kami dan sudah menikah serta punya anak.

Terima kasih mbak Yayuk…………. sungguh luar biasa, jasamu dan dedikasimu, selalu kami kenang.
Trima kasih Kang Elha, artikel yang bagus ini.
Salam/Wid

Anonim mengatakan...

nathalia,/kompasiana.com/komentaroudes
— 9 Oktober 2009 jam 8:47 am

seharusnya kita mengaca pada diri sendiri..adilkah perbuatan kita terhadap orang lain sebelum kita mengadili orang lain…….

Anonim mengatakan...

aq jdi malu. aq rasa ini kisah aq deh

baharudin
asli banten