Kamis, 10 September 2009

MASYA ALLAH, SAYA LEBIH ’MENYAYANGI’ ISTERI ORANG LAIN...(Kisah nyata..?)

MASYA ALLAH, SAYA LEBIH ’MENYAYANGI’ ISTERI ORANG LAIN...(nyata..?)

By elha – pangasuh Klinik Cinta

.

”…Saya lebih sering bersama isteri orang Mba...”kata seorang teman, sebut saja namanya Bambang. Pengakuan yang jujur. Masya Allah, ternyata sebagian dari kita lebih menyayangi isteri orang lain.....Mungkinkah Anda Juga?

.

---oooOooo---

.

Satu siang Bambang berkunjung ke sebuah swalayan. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara berdegum...”Gedubraak”...secara refleks ia berbalik, dan berseru...

”Ibu enggap apa-apa...?” tanyanya dengan penuh kasih...

”Oh enggak..terima kasih..” jawab si Ibu sambil membereskan kembali bawaannya yang terjatuh

.

Kemudian Ibu bangkit dan meneruskan perjalanan. Sebelum pergi dia sempat memberi senyum kepada Bambang dan berujar

”Terima kasih Banyak Pak...sungguh mulia hati Bapak...”

”Enggak apa-apa Bu. Sesama manusa kita harus saling menyayangi....”balas Bambang dengan penuh perhatian.

”Mari Pak...”

”Mari,,,,”

.

Rasa kasih dan sayang mutlak harus kita miliki sebagai Insan yang ber-akhlaq. Kasih dan sayang harus kita wujudkan kepada seluruh Ummat, lintas agama, lintas sektoral dan lintas daerah. Apapun warna kulitnya. Seperti yang ditunjukkan Bambang tadi.

.

---oooOooo---

.

Pk. 20.00 wib, Bambang tiba di rumah.....ingin rasanya ia ingin istirahat. Tapi rumahnya dalam keadaan gelap. Ada apa? Apakah ada yang konsluiting?

.

Saat Bambang membuka pintu, ia dikejutkan oleh suara lain...suara yang seperti sudah dikenalnya

.

”Selamat Datang Sayaaaannngggg” Seru isteri dan anak-anaknya dengan suara agak keras dan mengagetkan

Bambang terdiam. Terpana. Sejurus kemudian dia berkata

”Hah..Apa – apaan ini..bikin orang kaget aja....enggak tahu apa kalo orang baru pulang..capekk” seru Bambang dengan suara yang meninggi

.

Tangannya kemudian mencari sklar dan menyalakan lampu. Suasana ruang tamu agak berantakan. Ada ceceran lem kertas, dan beberapa kertas warna-warni tergeletak diatas meja.....kondisi ini membuat darah Bambang menaik. Dia ingin beristirahat.

.

Isteri tercinta dan anak-anaknya terdiam. Perlahan dan satu persatu mereka meninggalkan ruang tamu dan masuk kamarnya masing-masing. Isak tangis kemudian terdengar dari kamar anak bungsunya, sebut saja Putro

.

Kemarahan Bambang sedikit mereda. Dia agak menyesali perlakuannya tadi. Sikap yang dia tunjukkan jauh berbeda dengan sikap yang dia berikan kepada Ibu yang terjatuh di Swalayan siang tadi.

.

Dia tersentak. Tak tahu apa yang harus dilakukannya. Bambang menarik nafas panjang. Perlahan dia menuju kamar anaknya. Dengan sedikit ragu dibuka pintu kamar anak bungsunya...Bungkusan warna biru muda, tergolek diatas tempat tidur sang anak yang terlihat awut-awutan.

.

Masih diliputi perasaan ragu, dihampiri Putro yang tertidur dengan posisi membelakanginya. Kemudian Bambang duduk di tepian tempat tidur anaknya...

Diusap-usap punggungnya. Terasa ada getaran tanda bahwa anaknya masih menahan segukan dan rasa sedih.

.

”Putro....” seru Bambang perlahan

”Maafin Bapak ya.....Bapak tadi salah. Bapak tadi capek banget. Enggak tahu kalau dibelakang pintu ada Putro, Kakak dan Mama...”

”Putro maukan maafin Bapak....?”

”i..i..iyyyaa Pak...” sahut Putro anaknya (bukan nama sebenranya_pen)

”Tapi kenapa Putro, Kakak dan Mama ada dibelakang pintu..??...kan Bapak Kaget...” tanya Bambang lagi

”Putro sudah siapin hadiah buat Bapak. Hadiah kesukaan Bapak. Putro belikan buku Maikel Hat (Michael Hart_pen) buat Bapak....”

”Iyya tapi untuk apa...?”

”Kan Bapak penah bilang dulu waktu di toko buku, kalau Bapak mo beli buku Maikel Hat. Tapi enggak bawa duit....terus Putro nabung ngumpulin duit...”

”Nak....terima kasih ya....tapi emang kamu benar beliin buat Bapak....?”

”Iyya...Putro nabung dikit-dikit....hari ini khan Bapak Ulang Tahun. Jadi Putro pecahin celengan ayam Putro buat beli buku Maikel Hat yang Bapak Pengen dulu...” jawab Putro dengan sesegukan.

.

Tersentak Bambang bukan kepalang.....

Ya, Allah...hari ini adalah hari ulang tahunnya. HUT ke-38. Dia sendiri lupa. Tapi anak-anak dan isterinya tetap ingat dan ingin memberinya kejutan...kejutan Ulang Tahun

.

Bambang kemudian menoleh ke sebuah bungkusan warna biru muda, warna kesukannya yang tergolek di atas tempat tidur Putro. Dibukanya bungkusan itu. Tersembul sebuah buku baru berwarna coklat dan merah marun, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia, Karya Michael Hart. Kemudian sebuah benda kecil terjatuh dari balik buku tersebut....setelah dipungut Bambang membaca tulisan tangan anaknya yang baru berusia 10 tahun.

”Selamat UL-TAH Bapakku sayang. Semoga Banyak Rejeki dan bisa beli mobil baru buat ngajak nenek jalan-jalan....” ’Lovely Putro’

.

Bagai terkena sengat listrik Bambang terdiam seribu bahasa. Buliran air kecil membasahi matanya dan kemudian terjatuh perlahan menyusuri pipinya yang mulai sedikit berkerut.....

.

Tak kuasa dia peluk anaknya. Suara sesegukan perlahan berpindah dari Putro, anak bungsunya, kepada dirinya. Semakin erat Bambang memeluk anaknya.....

“Maafin Bapak Nak...Maafin Bapak.....” suara Bambang terdengar serak dan parau

.

Dengan gontai Bambang menuju kamar Adit (bukan nama sebenarnya), anak pertamanya, yang berada di samping kamar Putro. Setelah membuka pintu kamar Bambang melihat Adit sedang termenung duduk bersila diatas tempat tidur dengan mata tertuju pada satu bungkusan kecil diatas pangkuannya.

.

Bambang melihat garis lengkung yang menghubungi dua mata, hidung dan bibir Adit. Dua garis lengkung itu adalah jalan air mata dari mata melewati hidung dan melewati bibir tipisnya. Meski tidak terdengar segukan dan isak tangis, Bambang merasakan rasa sakit menyelimut anak pertamanya itu.

.

Adit tak merubah posisinya ketika Bambang berdiri dihadapannya. Matanya masih tertuju pada bungkusan yang ada diatas pangkuannya.

Bambang mengambil bungkusan itu. Bungkusan yang sedikit basah oleh air mata anaknya.

.

“Dit, Maafin Bapak ya....”

Adit masih terdiam. Adit memang anak yang agak perasa. Meski terlihat lebih tegar sebagai anak pertama, namun dia sangat mengayomi adik dan mamanya, sehingga bila ada orang yang menyakiti hati keduanya dia akan berupaya membela semampu yang dia bisa.

.

”Dit, Maafin Bapak ya...” kata Bambang mengulangi perkataannya

Adit masih terdiam. Kemudian wajahnya diangkat perlahan. Terlihat jelas genangan air di bola matanya. Terlihat lebih tegar dibandingkan dengan Putro adiknya.

.

Bambang duduk disisi kiri anaknya, kemudian mendekap erat, seolah tiada akan berakhir

”Dit....Bapak memang salah. Bapak minta maaf. Bapak terlalu emosi.....sehingga niat baik Adit, Putro dan Mama Bapak buat berantakan.....”

.

Adit kemudian membalas dekapan Bapaknya dengan erat dan penuh kasih sayang.

”Iyya Pak. Adit tahu Bapak capek. Adit yang salah. Karena ini semua rencana Adit. Karena Adit mau bikin kejutan buat Bapak....”

”Iyya Nak...terima kasih...”

”Karean Adit tahu Bapak yang bayarin sekolah Adit. Bapak yang kasih makan Adit....Adit enggak bisa bales apa-apa...Adit Cuma bisa bikin kejutan. Kejutan yang bikin Bapak Marah...” Jelas Adit

”Enggak nak. Kamu enggak salah...Bapak enggak marah. Bapak Bangga sama kamu nak...” butiran-butiran halus air kembali mengalir dari kelopak mata Bambang

.

Tak lama kemudia terdengar suara langkah mendekat. Isteri tercintanya sudah berada di dalam kamar Adit bersama Putro anak bungsunya...

.

”Mas....udahlah. Kita semua salah paham. Maksud Adit mau bikin kejutan buat Mas....tuh liat, hiasan di ruang tamu. Adit, Putro dan teman-temannya yang bikin” Isterinya menjelaskan

”Tadi sore pas pulang TPA Putro dan Adit ngajak temen-temenya menghias ruang tamu. Tapi sampai Maghrib belum selesai makanya masih banyak kertas berserakan...Mama sengaja enggak beresin biar Mas tahu....” sambung isterinya.

.

Benar. di ruang tamu, Bambang melihat beberapa kertas berwarna biru muda, merah, kuning, hijau dan putih bergelayut di atas langit-langit. Meski tak teratur, namun khas suasana Ulang Tahun. Oh, pantas saja ketika dia datang rumah dalam keadaan gelap.

.

Bambang kemudian memeluk mereka bertiga dengan penuh mesra. Sarat kasih sayang.

”Selama ini aku lebih menyayangi isteri orang lain ketimbang isteriku...lebih memperhatikan orang lain ketimbang anak-anakku”

.

----oooOooo---

.

Pembaca Kompasiana, pernahkah kita mengalami hal seperti itu. Atau kitakah yang menjadi pelaku dalam kisah diatas...???

.

Kebanyakan dari kita sangat penyabar dan pengasih dalam berteman, bersahabat dan membina bawahan kita. Atau sangat hormat dengan orang lain. Santun dalam bertutur kata, dan sering berjiwa besar menghargai orang lain.

.

Tidak jarang kita yang melakukan hal sebaliknya kepada orang-orang yang menyayangi kita. Anak-anak, isteri dan bahkan mungkin orang tua kita sendiri.

.

Rekans, yakinlah bahwa ketika kita sakit, merekalah yang pertama merawat kita. Merekalah yang khawatir atas kondisi kesehatan kita....orang lain, mungkin mereka peduli, menitip salam dan mendoakan. Setelah itu...mereka kembali ke rumah atau kantornya.

.

Saat kita nanti pensiun, anak, isteri dan orang tua kita jualah yang mendukung usaha kita. Membesarkan hati bahwa Pensiunan masih bisa berkarya dimasyarakat dan untuk keluarga....bagaimana dengan orang lain.....huuuiiih, mungkin mereka akan mengucapkan selamat berpisah. Selamat tinggal dan sebuah penghargaan....setelah itu, mereka akan mencari pengganti kita...

.

Ini renungan berharga di bulan Ramadhan....

“Bahwa sesungguhnya bila anak Adam mati, terputuslah semuanya, kecuali tiga perkara, yaitu Shodaqoh Jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh...”

.

Salam Keluarga Harmonis

Salam ukhuwah elha

www.jangankedip.blogspot.com




4 komentar:

elha mengatakan...

cerita di atas adalah kisah yg saya modifikasi ses kebutuhan.
Silakan menanggapi, memberi saran dan lainnya….

Tks
slm ukhuwah elha

silakan baca juga di kompasiana.com

Anonim mengatakan...

yenny,
— 9 September 2009 jam 11:04 am

kenpa ngak nikah sama dirimu aja mas? hehhehe itung2 kan ibadah, apalagi mengangkat orang dari keterpurukan, wah pahalanya jadi dua kali lipat mas..
selamat berjuang mas..
http://public.kompasiana.com/2009/09/09/pengakuan-mantan-isteri-simpanan%e2%80%a6/#comments

Anonim mengatakan...

dewiyudi,
— 9 September 2009 jam 11:25 am

Assalamualaikum p.elha,
Prihatin juga ya lihat kondisi spt ini…banyak lho pa di sekitar kita…
Mungkin kalo org yg punya/kaya semuanya bantu saudara2 dekatnya..tdk usah yg jauh2 dulu
insya Allah teratasi..pasti biasanya keuarga besar ada yg bener2 kaya/punya…
Tapi spt yg dikatakan kalo nyumbang nggak diekspos kurang afdol ya pa..entah niatnya biar yg lain ikut2an atau memang bener2 niat…wawallahualam..
Mudah2an ada pemecahanannya pa..amin.

Salam kompasiana
http://public.kompasiana.com/2009/09/09/pengakuan-mantan-isteri-simpanan%e2%80%a6/#comments

Anonim mengatakan...

mengena banget cerita..sampe terhanyut...
terkadang kita memang lebih sayang kepada org lain drpd ke keluarga sendiri...

cerita yg bener2 membuat kita u/ lebih sadar & lebih peduli kepada sesama terutama untuk keluarga tercinta.

http://public.kompasiana.com/2009/09/11/masya-allah-saya-lebih-%e2%80%99menyayangi%e2%80%99-isteri-orang-lain/