BERAPA KALI KITA ‘MEMARAHI’ ANAK KITA SEHARI..??
By elha – 07.10.2009.
Anak adalah harapan masa depan keluarga. Keinginan kita mendidik anak dengan baik, justru berbuah ’kenakalan’, ’pembangkang’ dan ’pemalas’...ADAKAH PERAN KITA DISANA......???
Pembaca http://www.jangankedip.blogspot.com, dalam KLINIK CINTA, yang ane dirikan pada tahun 2004 lalu, ane membagi ranah pemikiran dan pembelajaran dalam tiga sisi yang saling bertautan, yaitu anak dan keluarga (Fam n Parenting), masyarakat (Love Society) dan pendidikan/sekolah (Fun Learning)...
Sebagai masyarakat yang ber’tahta’ modernitas, kita seringkali mengaplikasikan teori orang tua adalah sibuker (pegawai/aktifis yang sibuk), anak harus banyak belajar di sekolah, kursus/les dan ekskul. Pembantu merapihkan dan menata rumah. Masyarakat adalah komunitas dimana kita tinggal.
Anak, dambaan, harapan dan buah masa depan kita, tak jarang ter-ejawantahkan dalam sistem modernitas menurut asumsi kita. Mereka kita ’paksa’ untuk mengerti kondisi kekinian. Mereka harus belajar menjadi orang tua, menjadi manusia dewasa, meski usianya masih dibawah sepuluh tahun.
Sedikit saja mereka khilaf, salah atau tidak sesuai keinginan, kita merasa bahwa kita layak menumpahkan amarah.....
Sebagai tahap awal, dari tahapan diskusi KLINIK CINTA di blog Kenikmatan Dunia, mari kita hitung berapa kali kita menumpahkan amarah terhadap mereka....(untuk kita bahasa pada episode berikutnya...hehehehe...ini sudah ane aplikasikan sejak awal tahun 2004 lalu)....
”Waan...ayo bangun..sudah jam enam neeh...” teriak seorang Ibu/Bapak membangunkan anaknya yang sedang tidur, sambil merapihkan perlengkapan kerjanya...
Kemudian dia mengambil sarapan pagi dan menyalakan TV...mencari informasi baru yang dapat didiskusikan di kantor nanti...
”Yaaa...Allah Waan, kamu belum bangun.....sudah jam 06.15...ayoo sekolah nanti terlambat...” katanya lagi dengan suara yang lebih tinggi...
Matanya masih fokus ke TV dan memperhatikan berita bencana....kasihan..desisnya...
”Waannn....Sudah jam 6.30..kamj belum bangun juga....Ya sudah kamu sekolah bareng Mba saja....” nadanya lebih tinggi dari yang terakhir...
Kemudian dia mematikan TV dan berangkat menuju kantor....
--oooOooo—
Siang hari, Ibu/Bapak tadi menelpon ke rumah, menanyakan sekolah anaknya...
”Apa...kamu tadi terlambat...Ibu/Bapak bilang juga apa....payah kamu...”
Hatinya gundah...mau jadi apa dia nanti....
Sore/malam hati Bapak/Ibu pulang ke rumah....seperti biasa, sambil istirahat membaca koran dan mendengarkan/melihat TV...
Ketika anaknya bertanya, “Pak/Bu...besok wawan ada Outing class, harus bayar Rp. 50.000..dan...” belum selesai si anak meneruskan kalimatnya
“Bapak./Ibu sudah bilang kalau Bapak/Ibu baru pulang kamu jangan langsung bicara....lagipula kan ada Mba....minta saja sama Mba...nanti Bapak/Ibu kasih uangnya...”
Kemudian Wawan tertunduk. Bingung, akan bagaimana...lalri dia berlari kecil kekamar tidur dan....
---oooOooo---
Adakah Bapak/Ibu yang merasakan ata melihat kondisi seperti ini...
Mari kita mulai diskusi sebelum KLINIK CINTA kita terapkan
Salam ukhuwah elha
10 komentar:
Assalamualaikum,Wr.,Wb., Kang Elha
di Tempat
Salam Ukhuwah,
Terima kasih atas sebuah artikel yang sangat bagus, ikut menyadarkan kita para orang tua yang memiliki anak anak yang masih bertumbuh dan berkembang.
Untuk melengkapi artikel Kang Elha, sedikit saja saya menambahkan sebuah kesadaran buat para orang tua, “Bahwa Pendidikan anak anak kita adalah tanggung jawab Para ORANG TUA, bila Pendidikan anak anak ini diabaikan atau Orang Tua Lengah, maka Pendidikan anak akan di Ambil Alih oleh LINGKUNGANNYA”.
Pernyataan ini mengandung arti, bahwa anak kita harus dididik mulai dari Rumah (baca: orang tua), baik itu pendidikan Ahlak dan perilaku, dan bila lengah maka lingkunganlah yang akan mendidiknya, bila lingkungannya santri, pasti anak kita akan menjadi santri, bila lingkungannya pemabuk, pasti anak kita menjadi pemabuk, dan seterusnya…seterusnya.
Ini dari sisi pendidikan anak, lalu bagaimana dari sisi pendidikan orang Tua ???, Pertanyaannya adalah, Adakah SEKOLAH yang mendidik kita untuk menjadi orang tua yang baik ? (maksudnya Sekolah Formal untuk menjadi orang tua)
Saya belum menemukan sekolah sejenis itu, yang umumnya terjadi, sepasang anak manusia setelah dewasa dan cukup umur, lalu menikah, dan akhirnya punya anak, lantas mendidik anak secara alami dan mengalir sesuai jalannya kehidupan rumah tangga itu, Lantas bagaimana caranya kita mendidik anak anak kita kalau para Orang Tua ini tak memiliki kopentensi cara yang baik untuk mendidik anak???, Kunci jawabannya, Kita para orang Tua jangan pernah puas diri akan kemampuannya mendidik, harus terus belajar dan belajar kepada siapapun, jangan malu bertanya kepada yang memahami secara expert edukatif ( Tenaga Ahli dibidang itu), Budayakan rasa kepedulian kepada pendidikan anak secara sadar dalam hati masing masing orang tua, bukan ajakan, paksaan atau himbauan, akan pentingnya bahwa pendidikan anak itu bermula dari Orang Tuanya, bahkan bisa dimulai sejak dalam Kandungan Ibunya.
Saya kira itu saja tambahannya, semuga dapat melengkapi artikel Kang Elha ini.
Salam Ukhuwah dan Salam Sehat dari saya, Anugra Martyanto.
http://www.public.kompasiana.com/.../berapa-kali-kita-‘memarahi’-anak-kita-sehari/
Olivia Anggraeni Putri,
— 7 Oktober 2009 jam 9:20 am
Salam kak Elha,
Ini Olive yang barusan melakukan kesalahan membuka Kompasiana melalui Komputer PC di kliniknya dokter Anugra saat pagi ini Olive diantar Mama berobat kepadanya, karena pagi ini olive dan adik salsabilla sakit pilek dan batuk yang belum sembuh sembuh, saat Mama ngobrol dengan Om dokter, Olive melihat komputer sedang On Line di Kompasiana, lalu Olive pakai aja untuk menjawab semua komentar yang masuk di tulisan yang Olive kirimkan kemarin, dari pada BeTe nungguin mama yang ngobrolnya lama banget, Ugh…sedikit kesal, jadi dari pada bengong olive minta ijin dengan Om dokter untuk menggunakan Komputernya yang ada diruang Tunggu Kiliniknya, tapi sesudah semuanya selesai Olive lupa untuk Logout, jadi yang terbuka saat punyanya Olive, dan Om dokter langsung membaca tulisan Kakak ini dan langsung memberi komentarnya, tanpa melihat siapa yang sedang login.
Untuk itu olive di tegur oleh Om Dokter atas kesalahan dan keteledoran Olive ini, sehingga olive juga dimarahi mama, karena kelancangan olive menggunakan komputer di kliniknya Om dokter.
Olive mohon maaf ya Kak Elha dan Buat Om dokter Anugra Martyanto, ini merupakan penebusan dosa dan kesalahan atas kelancangan dan kecorobohan Olive pagi ini, Olive mohon Maaf sebesar besarnya.
Salam dari Olivia Anggraeni Putri
public.kompasiana.com/.../berapa-kali-kita-‘memarahi’-anak-kita-sehari/
boy rachmad,
— 7 Oktober 2009 jam 9:31 am
Salam Kang eLHa…
Jadi penasaran nech… di Klinik Cinta nya Kang eLHa bisa berobat/therapy apa saja ni..?
Mudah-mudahan banyak pasien ya Kang… Rame kali nech…
- - - - - - - - - - - - - - - - - -
Soal marah memarahi anak… sampai dimana ya Kang batasana kita untuk memarahi..
‘n apa betul ya Kang marah kepada anak itu perlu… ?
Pengen nech dapat penjelasan AKang eLHa…
Salam ukhuwah,
public.kompasiana.com/.../berapa-kali-kita-‘memarahi’-anak-kita-sehari/
viant,
— 7 Oktober 2009 jam 9:35 am
di tunggu ya pak… info lanjutannya.., terimakasih..
Wid VBI,
— 7 Oktober 2009 jam 9:41 am
Pak Elha, terima kasih dengan artikel yang bagus ini.
Terus terang…, hampir selalu ada saja setiap hari, saya ( dibuat marah ??) oleh anak2 saya.
Sesungguhnya saya menyadari, sering memarahi anak kurang memberi teladan , bagi kami sebagai orang tua. Menurut saya, Ikhlas dan sabar kunci membina anak. Hanya saja untuk menjadi ikhlas dan sabar ternyata tidak mudah.
Teruskan, tulisan/artikel mengenai anak dan keluarga. Pasti akan membawa manfaat buat para Kompasiana.
Salam/Wid
sedih kang elha. saya turut mersakan
---salam anwar asli Bandung--
derita dunia. anak menderita. derita anak. dunia menjadi neraka
salam arsy cempaka putih
anak tujun hidup. anak masa depan hidup
bahar
asli banten
Mas Elha jujur saya sedih membaca tulisan Anda, bukannya apa-apa, sampai saat ini di usia 38, Allah belum ijinkan saya memiliki anak, tapi tak mengapa, ambil hikmahnya saja...
Assalamualaikum
Q pgn nangis wkt baca tlsn kang elha,Q ingt bpkQ yg keras mendidik Q+saudara2Q,akbtnya skrg kakak cow Q satu2nya jd korbn cara bpk mendidik ank,skrg kakakQ jd sngt tertutup trtma ma ortuQ,udh gtu kakakQ gagal kulyh tnpa tau knp sebabnya
Kang Q tkt apa yg dialami oleh kakakQ trjdi kpda anak2 Q kelak,coz Q ndri ngrasa mewarisi sifat2 bpkQ yg keras,gmn cra biar ni g trjdi?
Posting Komentar