Senin, 31 Agustus 2009

ADA JIWA MALAYSIA DALAM DIRI KITA (?)

ADA JIWA MALAYSIA DALAM DIRI KITA (?)

By elha – 01.09.2009

.

Kita begitu menggebu melayangkan kemarahan kepada Malaysia. Bahkan terhadap segala atribut dan pernik-pernik yang berhubungan dengan ke-Malaysia-an. Namun pada saat bersamaan, kita tahu ADA JIWA MALAYSIA DALAM DIRI KITA….

.

---oooOooo---

.

Polemik Indonesia – Malaysia masih terus berlanjut. Sejak lepasnya Sipadan – Ligitan kepangkuan Malaysia, publik dalam negeri menyimpan ‘bara’ yang setiap saat siap membakar amarah. Fenomena Blok Ambalat hanyalah salah satu dari ‘amunisi’ yang ‘memerahkan’ bara yang terus menyala.

.

Klaim Malaysia atas Batik, Reog, Rasa Sayange, minuman khas Jamu hingga tari Pendet, membuat tudingan bahwa negeri Jiran tsb memang seorang ‘perampas’ hak Indonesia seolah menjadi pembenaran.

.

Polemik terakhir menusuk pada lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku, yang disinyalir sangat mirip dengan lagu Terang Bulan. Seperti diketahui, bahwa lagu Terang Bulan itu merupakan milik Indonesia yang dinyanyikan pertama kali oleh Grup Ansemble Bandung pada 1950-an. Kemudian lagu ini direkam sebagai piringan hitam oleh Radio Republik Indonesia (RRI) pada 1956 dan digandakan oleh Lokananta pada 1965. Sementara Malaysia sendiri baru merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957 (sumber : http://www.mediaindonesia.com/).

.

Meskipun kemudian muncul berita baru baru Lagu Terang Bulan dan Negaraku juga mirip dengan lagu Memula Moon, ciptaan penyair dan komposer Perancis yang bernama Pierre Jean Berager yang lahir pada kurun ke-19.

Wallahu’alam

.

Berebut klaim kebudayaan Indonesia – Malaysia tampaknya akan terus berlanjut yang melibatkan emosi warga negaranya masing-masing. Bukan hanya di dunia nyata, bahkan merembet hingga dunia maya, Internet, Blogger hingga situs dan hacker.

.

Mengapa Malaysia banyak mengklaim Budaya Indonesia ??

  1. Harus diakui bahwa kita, lebih khusus lagi pemerintah Indonesia, kurang optimal dalam melestarikan dan memberdayakan budaya asli Indonesia. Kita bisa saksikan dengan mata telanjang bagaimana Lenong Betawi, Tari Topeng Cirebon, Cokek Tangerang, Debus Banten hampir ‘sirna’ karena kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah. Kecuali budayawan tradisional yang memang memiliki karakter untuk melestarikan
  2. Ekonomi Indoensia yang secara grafik, historis dan realita berada di bawah Malaysia. Tahun 1960an, nilai Ringgit (mata uang Malaysia = Rupiah). Sekarang satu ringgit hampir mencapai Rp. 3.400,-. Apa artinya? Ringgit telah jauh meninggalkan Rupiah.
  3. Pengiriman TKI ke Malaysia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak ada halangan meskipun berita tentang ke’sadisan’ tentara diraja Malaysia dan perlakuan sebagian warga Malaysia yang kurang bersahabat. Masyarakat Indonesia masih membutuhkan Malaysia untuk mencari nafkah.
  4. Banyaknya TKI di Malaysia, tidak hanya membawa sifat dan keluarga, namun juga membawa kebudayaan sebagai pengisi hari-hari mereka disana. Selain itu juga sebagai filter, agar tidak terkontaminasi lebih jauh dengan budaya lokal Malaysia, sekaligus sebagai luapan emosi dan cara untuk meluapkan kerinduanterhadap tanah air.
  5. ke-empat faktor tsb diatas membuat Budaya Indonesia sangat mungkin berada di malaysia.

.

Bila kelima faktor tsb diatas terus terjadi, terlebih lagi mendapat sambungan hangat dari masyarakat dan pemerintah Malaysia, haruskah kita masih teriak bahwa terjadi perampasan hak oleh Malaysia? Atau kerena Pemerintah dan kita yang memang kurang peduli terhadap nasib budaya kita sendiri.

.

---oooOooo---

.

Malaysia adalah Negara ‘tukang klaim’. Kira-kira begitu ungkapan kemarahan rakyat Indonesia. Tapi setelah merenung sejenak, terfikir bahwa tudingan kita ke Malaysia sebagai tukang klaim, terasa seperti tudingan pada diri kita sendiri. Jika memang Malaysia dianggap sebagai ‘tukang klaim’, sifat itu mungkin ada dalam jiwa kita.

.

Bagaimana kita mengklaim keberhasilan orang lain sebagai keberhasilan diri kita. Seorang Caleg pada pemilu lalu yang gemar mengatakan telah memajukan Rakyat, padahal dia sendiri tahu bahwa yang banyak turun membantu rakyat adalah LSM murni yang berjuang tanpa pamrih serta tokoh-tokoh lokal. Banyak ormas yang meributkan awal Ramadhan, seolah-olah merekalah yang paling berhak menentukan, meskipun mereka tahu ada metode lain dalam menentukan awal Ramadhan, Syawal dan Idul Adha.

.

Kita seringkali mengabaikan undangan dari pengurus organisasi, RT, RW, karang taruna atau bahkan panitia 17an, dengan beribu alasan. Tapi setelah itu kita mengaku berandil dalam keberhasilan kegiatan atau organisasi tsb

.

Tak jarang seorang tokoh, publik figur ataupun pemimpin yang tak peduli dan atau tidak mau ikut menggerakan ‘terobosan/innovasi/hal baru’ dari awal. Karena sebuah proses awal sangat membutuhkan perhatian, tenaga, konsep dan dana ekstra. Namun ketika ‘terobosan/innovasi/hal baru’ itu berubah menjadi tunas kemudian menampakkan daun, mereka ramai-ramai mendekat agar dapat dianggap sebagai salah satu pencetus atau ’bidan’ dari ‘terobosan/innovasi/hal baru’ dimaksud.

.

Adakah kita menuding Malaysia sebagai Negara Peng-Klaim Hak Indoensia, dengan telunjuk mengarah tepat ke jantung Malaysia....tapi kita sadari juga bahwa empat jari kita mengarah ke dada kita?? Wallahu’alam.

.

Malaysia sejatinya memang harus di protest keras dan di peringatkan karena telah mengklaim Hak Budaya Indonesia (kalau memang terbukti benar). Tapi disisi lain kita juga harus introspeksi bahwa selama ini memang kita kurang peduli terhadap hak milik kita sendiri. Atau bahkan ada diantara kita yang ternyata memiliki sikap dan sifat yang sama dengan Malaysia, suka Mengklaim?

Sekali lagi wallahu’alam. Semua berpulang pada diri kita masing-masing.

.

Salam nasionalisme – salam ukhuwah

elha – nationalist blogger

www.jangankedip.blogspot.com




Baca Selengkapnya......

Kamis, 20 Agustus 2009

Tips Hemat di Bulan Ramadhan…part 1

Tips Hemat di Bulan Ramadhan…part 1

By elha – Social Financial Planner

.

Kenapa bulan Ramadhan kita justru sangat boros. Pengeluaran bertambah besar. Rasanya penghasilan sebulan habis dalam seminggu. Aneh ya, makan berkurang, pengeluaran justru bertambah....ADA APA?

---oooOooo---

.

“Pak Lukman, kenapa ya di bulan puasa kok malah boros? Padahal kita makan cuman malem aja. Itu juga kalau inget Pak” kata seorang ibu dengan mimih wajah penuh heran.

“Ibu sahur pake apa?” tanyaku pelan

”cuman pake telor dadar, ama sayur bening. Kadang-kadang daging seeh” jawab ibu itu kalem

.

”Kalau ibu dan keluarga berbuka, apa yang tersaji dalam meja makan?” tanyaku lagi

”Biasa Pak Lukman, sama kayak orang-orang. Cuman kolak pisang, es sirop, susu, ama sayuran. Paling-paling tambah roti” jelasnya

”ya ya ya...yang lainnya?” tanyaku memancing

“Paling-paling bapaknya suka bawa martabak, atau es kelapa. Atau anak-anak suka minta dibikinin makanan kesukaannya…” jawab ibu itu lagie.

.

“Itu masalahnya bu. Ibu mengumbar makanan untuk berbuka. Dengan semangat Ibu menyajikan sesuatu yang sebenarnya gak perlu. Saya yakin, pasti banyak yang kebuang...”

”Iyya siih Pak. Tapi khan bisa diangetin Pak...”

”Yakin gak....apa bener setelah diangetin terus dimakan lagi?” tanyaku

”Enggak seeh....”

.

---oooOooo---

Kita selalu berlogika bahwa dengan berkurangnya jatah makan sehari, maka selama sebulan pengeluaran kita pasti berkurang pula. Dus, bisa berhemat untuk Hari Raya. Namun realita berbicara lain. Puluhan tahun kita ber-shaum Ramadhan, keluhan yang sama selalu muncul. Bukan hanya Ibu diatas seorang. Kita semua Insya Allah punya alasan dan masalah yang sama.

.

Mengapa...??? Pertanyaan ini harus kita telaah bersama dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka.

.

Satu atau dua hari menjelang Ramadhan, dimanakah yang paling ramai dikunjungi masyarakat? Mesjid, Musholah, Taklim atau pasar dan mal-mal? Secara gamblang dan berseri kita akan menjawab yang kedua.

.

Lalu bila kita tambahkan pertanyaan lanjutan, dimanakah kita berada seminggu sebelum Ramadhan, di Mesjid, Musholla, Taklim atau Kuburan....lagi-lagi jawaban kita akan mengarah ke pilihan yang terakhir.

.

Jelas sudah. Dengan terang benderang kita sudah mendapatkan jawabannya. Kita secara sadar dan sengaja menempatkan diri kita dalam ranah Konsumerisme. Kita memposisikan diri kita sebagai orang yang berkelas dengan kategori sesuai jawaban kita, yang nyaris sama satu dengan yang lain. Kita senang mengeluarkan uang ketimbang menghematnya...Hatta ketika waktu dimana makan siang dilarang.

.

Kita membiasakan diri kita dengan beragam tuntutan nafsu, bukan hati. Bayangkan sebelum Ramadhan mal-mal, pasar, bahkan kaki lima menjadi primadona. 30%, 50% bahkan lebih dari total penghasilan sebulan mengalir deras kesana....untuk membeli kembang, transportasi, persiapan Ramadhan, membeli kebutuhan pokok yang berlebih, persiapan berbuka yang diatas standar, belum lagi penyajian makan malam ketika menu berbuka belum lagi habis.

.

Ada satu lagi yang tak bisa diabaikan, keinginan untuk membalas waktu ngemil, jajan dan ’ber-receh ria’ diwaktu malam. Seolah tidak ada hari esok. So, pos pengeluaran kembali meningkat.

.

Bagaimana mengatasinya

Insya Allah akan kita bahas besok, ketika kita semua be-shaum Ramadhan, agar lebih khusyu’

.

Salam ukhuwah

elha 21.08.2009

.

www.jangankedip.blogspot.com

021-92900184 (elha)




Baca Selengkapnya......

TOPENG RAMADHAN. DIMANAKAH MEMBELINYA…(part 1)

TOPENG RAMADHAN. DIMANAKAH MEMBELINYA…(part 1)

By elha – pengamat sosial pinggiran

.

The MASK. Masih ingat film the Mask, dimana orang yang memakainya mampu merubah penampilan sesuai keinginan...?? Fenomena tsb kini muncul kembali. Telah hadir ’produk’ baru yang dapat mengubah bentuk manusia, bentuk wajah dan ’kekuatan’....Berminat...???

---oooOooo---

.

Sebagian masyarakat Indonesia kini tengah menggemari produk baru. Sebuah alat kecantikan yang dapat dipergunakan oleh siapa saja. Sebuah ’terobosan’ unik yang dapat mempercantik diri, yang dapat menutupi kelemahan karakter pribadi. Persis seperti film The Mask, yang diperankan secara apik oleh Jims Carey..

.

Hanya sayangnya produk inovasi tsb hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Tidak sembarang orang. Bahkan kabarnya sudah ada ketentuan khusus bahwa perjalanan hidup, setidaknya 3 bulan hingga 1 tahun kebelakang menjadi parameter penting mendapatkan produk itu.

.

Yaa…bentuknya memang seperti topeng. Tidak lebih. Namun karena praktis dan serba guna, produk ini menjadi buruan banyak orang. Stock yang terbatas, hanya tersedia pada gerai dan toko tertentu dan serta cuma bisa dipergunakan di waktu tertentu pula menyebabkan ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan orang berlomba mendapatkannya....hehehehe..kompetisi khas Indonesia. Sikut kiri-sikut kanan, injak bawah, tarik atas, dorong depan dan halangi belakang adalah potret nyata perburuan untuk mendapatkan topeng ini.

.

Saking larisnya, hingga beberapa hari menjelang Ramadhan hampir seluruh gerai dan toko sudah memasang gantung ’Stock Habis’, ”Maaf, tidak melayani permintaan lagie”, ”Order topeng sudah kami tutup”, ”Silakan hubungi kami di lain waktu”, ”Topeng itu sudah di ’Reserve’ ”....

.

Benar...namanya memang TOPENG RAMADHAN. Topeng ini sangat laris di menjelang bulan Ramadhan. Beberapa kalangan bahkan memakainya semingu atau sebulan sebelum Ramadhan tiba.

.

Selebritis yang sebelumnya berani dan sengaja mempertontonkan lekuk-lekuk tubuhnya praktis berubah menjadi ’Peri’, seperti di sinetron Bidadari (yang pernah diperankan oleh Marshanda) atau sinetron Puteri Cahaya. Pejabat yang populer karena sering menjalani pemeriksaan KPK tiba-tiba berbalut pakaian religi. Anggota Dewan yang terhormat, yang biasanya kita dengar hampir selalu bicara kekuasaan dan ketidakpuasan, duhai....kok jadi mirip ustadz/ustadzah.

.

Kok bisa yah....jelas sangat bisa. Karena kegunaan Topeng Ramadhan memang untuk merubah bentuk dan karakter seseorang seperti keinginan si pemakainya. Persis seperti yang terjadi pada film The Mask.

.

Sinetron di tv-tv swasta juga tak mau ketinggalan. Kemasan special Ramadhan merupakan jawaban atas kondisi saat ini, dimana ummat muslim riuh rendah menyambut datangnya sang Tamu Agung, Syahrul Mubarok. Namun cerita sinetron nyaris tak ada perubahan, lontaran-lontaran kedengkian, intrik memperebutkan harta warisan meski sang pemilik harta tsb masih hidup dan potret lugu seorang wanita yang polos, teraniaya dan tidak mampu berbuat apa-apa, serta tema lain yang mengaduk-aduk emosi sesaat pemirsa.

.

Bagaimana dengan tayangan yang menemani sahur kita dan berbuka puasa?...hmmm, rasanya kok sama saja ya. Host ataupun pembawa acara tayangan dimaksud tidak berubah. Hanya warna baju, bentuk pakaian dan nuansa latar belakang yang sedikit berbeda.

.

Yang lebih menarik, para pedagang, baik dipasar tradisional, kaki lima maupun swalayan, juga ikut menggunakan topeng ramadhan. Atas nama penyambutan, Wilujeng Sumping, Marhaban Yaa Ramadhan mereka menaikan harga-harga kebutuhan masyarakat. Layaknya Sinterklas yang membagikan hadiah, para pedagang ini mengutip ayat, atau istilah agama atau pendapat orang alim dalam menjual dagangannya. Tak dengan bumbu bahasa surga...”Demi Ramadhan...”,”Hanya ada dibulan suci in...” dan kalimat dewa lainnya.

.

Bayangkan, cabe rawit merah yang awalnya hanya Rp. 10.000,- s.d Rp. 12.000,- berubah menjadi Rp. 20.000...di swalayan di kemas dengan harga Rp. 19.900,- perKg. Belum lagi buah pepaya matang ukuran kecil yang lazimnya seharga Rp. 3.000,- s.d Rp. 4.000,- berubah drastis menjadi Rp. 7.000,-....So, ekonomi keluarga nyaris luluh lantak kareanya.

.

Luar biasa dampak dari Topeng Ramadhan. Demi Ramadhan, mereka berubah diri dan karakternya. Merubah wujud dan wajahnya. Dengan bahasa yang lebih halus, namun agak tersendat masuk dalam kerongkongan dan mendarat tak mulus di hati masyarakat.

.

Topeng Ramadhan, dimanakah kami dapat membelinya?

.

Salam ukhuwah elha

21.08.2009

www.jangankedip.blogspot.com

021-92900184




Baca Selengkapnya......

Selasa, 18 Agustus 2009

AKU MAU JADI DOKTER BIAR MASUK SURGA

AKU MAU JADI DOKTER BIAR MASUK SURGA

By elha – pengamat sosial pinggiran

.

“Bi, aku klo udah besar mau jadi dokter….” kata anakku yang paling kecil

“klo jadi dokter aku bisa masuk sorga...” katanya lagie melanjutkan.

--masuk surga….apa hubungannya pikirku dalam hati. Kok abis shubuh ngomongin gituan---

.

“Ai, emang klo mau masuk surga harus jadi dokter?” tanyaku penuh kasih sayang

“Idiih abi gak tahu seeh…kalo jadi dokter aku bisa ngobatin umi ama abi. Aku bisa ngobatin orang lain. Nanti Allah seneng. Terus bukain pintu surga deh buat aku” katanya menjelaskan, dengan gaya bahasa khas bocah kecil.

.

Aku terkejut. Loh, perasaan anakku masih berusia empat tahun deh. Kok bisa ya menjelaskan seperti itu. Yaah, meskipun dalam bahasa yang sangat sederhana, khas seorang anak, namun isinya padat, berisi, sintal..hehehehe.. Jelas dan tegas.

.

“Abi gak tahu ya,…neh aku kasih tahu. Dokter khan di sini (sambil menggerakkan kedua tanggannya ke bawah), pintu sorga di sini (tangannya menunjukkan kearah atas), ..nah Allah disini deh (tangan kanannya menunjukkan posisi paling tinggi)…kalau Allah mau, dokter dimasukin ke sorga. Dokter yang suka ngobatin orang…” jelasnya lagie.

.

---oooOooo---

Aku berfikir sejenak. Kadang kita, sebagai orang dewasa atau yang merasa dewasa, selalu merasa paling benar. Menyalahkan anak-anak kita. Menghukum mereka dengan hukuman yang kita sendiri juga tidak mengerti apa maksudnya.

.

Kita seolah orang suci. Manusia maksum, yang terhindar dari segala dosa, sehingga punya hak untuk melakukan semua itu. Ada diantara kita menempatkan dirinya seperti Nabi. Seperti seorang Rasul, sehingga kita bebas berbuat semaunya. Tidak boleh ada yang menghalangi. Padahal Rasulullah SAW, yang dimaksumkan (disucikan oleh Allah), yang namanya menggetarkan Malaikat penghuni akhirat, masih mau mendengar Taubat seorang Pendosa. Memberi makan seorang Nenek buta berbangsa Yahudi, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Hingga nenek Yahudi itu kemudian mengikuti jejak Rasulullah, dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ketika mengetahui yang selama ini menyuapinya makan adalah Rasulullah, orang yang paling dibencinya.

.

Banyak diantara kita memiliki keyakinan yakin bahwa mereka sudah di’booking’kan tempat oleh Allah di Surga sana (Al-Jannah), sehingga bisa menafsirkan makna kebenaran berdasarkan ‘tirani akalnya’, boleh menegur orang lain yang tidak sesuai dengan keyakinannya, hatta dengan cara kekerasan sekalipun.

.

Kita merasa sudah mendapatkan posisi di Jannatul Firdaus, surga teratas, sehingga bisa melukai orang lain, menyakitinya, bahkan membunuhnya.

.

Kita seolah sebagai ‘Sang Pencipta’ yang dapat mencabut nyawa orang lain yang kita kehendaki. Padahal sejatinya kita telah mencoba merebut Hak Allah. Padahal sekali-kali tidaklah kita tidak akan mampu melakukannya.

.

---oooOooo---

.

Aku merenung sejenak. Mengapa banyak pihak yang mengklaim dirinya paling benar? Mengapa ada orang yang menggunakan kekerasan untuk meraih simpati publik? Mengapa ‘mereka’ sengaja mempertontonkan kekuasaannya hanya untuk menakuti bawahan? Mengapa pula seorang pemimpin harus ‘memamerkan’ kekuatannya hanya agar sang rakyat takut?

.

Ah, mengapa pula ada yang membunuh orang lain dengan dalil keyakinan? Kok tega ya ada mangaku Guru agama, sekte tertentu, yang mengajarkan ‘sex bersama’ sebagai sarana ibadah?

.

Demi Sorga kah? Atau demi kepentingan sesaat kah? Mereka semua sudah menodai dirinya, agamanya dan negaranya..

Bukankah kalau sorga tujuan kita, seorang bocah kecil sudah menunjukkan (atas kuasa Allah) bahwa dengan menolong orang (menjadi dokter) Allah akan menolong kita dan menghadiahi kita dengan JannahNya.

.

Jihad? Ingatkah kita bahwa akar kata Jihad adalah Jahadaa – Yujahiduu – Jihadaan. Yang artinya bersungguh-sungguh. Berupaya untuk mendapatkan sesuatu dengan sungguh-sungguh, dalam artian yang sangat positif. Bukan untuk melukai, kecuali bila kita di perangi

.

Allahu Akbar. Aku kembali belajar dari seorang anak kecil, seorang bocah berumur 4 tahun

Terima kasih anakku, Ahmad Fachri Ash-Shiddiqi. Damai Indonesiaku.

.

.

Salam damai- salam ukhuwah

elha. 19.08.2009

---artikel ini adalah lanjutan dan penutup dari artikel “Terima kasih sudah membuat kami sadar” --- atau bisa ditulis “Terima kasih sudah membuat kami sadar” (bag ke-2...habis)--




Baca Selengkapnya......

Rabu, 12 Agustus 2009

‘HANTU SAPU’

‘HANTU SAPU’

By elha – pengamat social pinggiran

.

Kresek….kreseeek…suara itu terdengar jelas diwaktu gelap. Suara sapu lidi yang bersentuhan dengan tanah dan jalan raya.. Bukan Cuma kami, tetangga lain juga mendengarnya. Bila berkumpul, suara itu menjadi perbincangan, terutama dikalangan ibu-ibu.

---oooOooo---

Seperti biasa, dikala anak-anakku sudah/masih tidur, ketika isteriku tercinta sudah kembali sibuk dengan istirahat peraduannya.... hehehehe..setelah selesai sinetron Cinta Fitri dan Inayah tentunya, aku menyibukkan diri dengan laptop semi tuaku. Kutuangkan apa yang ingin aku abadikan dalam sebuah tulisan, puisi, artikel, essaay, atau apapaun yang sesuai dengan tema.

.

Kresek..kresek..suara itu jelas terdengar. Kusibakkan gorden jendela depan, tak kulihat siapa-siapa. Suara itu mendadak berhenti. Aneh, pikirku. Ah, ini hanya halusiansiku saja, batinku menghibur. Aku kembali ke pangkuan laptopku.

.

Kresek...kreseekkkk. suara itu kembali muncul. Kali ini terdengar lebih jelas dan lebih lama. Kusibakkan kembali gordin jendela, tidak ada siapa-siapa....ach, suara apa itu. Penasaran ku kubuka jendela samping. Juga tak ada siapa-siapa. Kosong. Aneh...

.

Esoknya suara kreseek diwaktu gelap kembali menjadi topik pembicaraan antar tetangga. Masing-masing memiliki pendapat, pengalaman dan tentu saja cerita tersendiri. Namun tidak satupun dari mereka yang terlihat takut. Justru semakin kuat keinginan untuk mengetahui lebih jauh.

.

Hantuuu....masak seeh hantu berkeliaran di alam ramai? Kayaknya gak mungkin deh hantu mau-mau nya ikut menyapu halaman rumah orang. Emang hantu itu siapa? Emangnya ada hantu yang melamar jadi Pembantu Rumah Tangga?

.

---oooOooo---

.

Suara orang mengaji terdengar lamat-lamat dari pengeras suara masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah. Itu menandakan bahwa waktu shubuh tidak seberapa lama lagie. Aku segera mandi dan berkemas untuk menunaikan panggilan Allah Swt. Kubuka pintu gerbang....dan Jreeengngggg...dalam gelap kulihat sesosok orang setengah tua yang tampak tak terlalu jelas, seperti sedang memegang sapu. Membersihkan halaman. Dia seperti tidak menapak tanah....

.

Allahu Akbar. Deg-deg...ah, yang penting sholat shubuh dulu. Tak terlalu kuhiraukan sosok yang menjadi pembicaraan tersebut. Kubiarkan dia dengan aktifitasnya. Toh dia tak melihat kearahku. Tak perlu kutakuti. Masak seeh dia berani mengganggu orang yang akan menunaikan sholat shubuh.

.

Pulang dari Masjid sosok tadi sudah tidak ada. Mungkin karena sudah agak terang. Sudah mulai banyak orang berlalu lalang, terutama para penjual sayuran, para pedagang tempe yang baru keluar dari ’markas besarnya’.

.

Belum sempat aku sampai ke pintu gerbang rumahku yang asri, sosok yang tadi kulihat kembali keluar menembus pintu masuk rumah tetangga. Dia tersenyum sedikit ke arahku.....hah.

.

”Mas.....” sapaku

Dia tidak menjawab

“Nyapu mas..?” aku mencoba untuk bertanya

Dia juga tak menjawab. Dia tetap berjalan seperti di udara.

.

Kemudian dia kembali masuk menembus pintu tetangga rumah. Tanpa senyum dan tanpa basa-basi. Bahkan ketika aku menerus pekerjaannya atau membantunya membersihkan lingkungan setelah sholat shubuh, senyumnya juga jarang sekali diperlihatkan.

.

Dia adalah tetanggku di Pramukasari. Dia memang seorang yang rajin. Selalu membersihkan lingkungan tanpa pamrih. Sampah-sampah yang berserakan dijalan pemukiman, dihalaman rumah ataupun di perkarangan yang biasa menjadi arena bermain anak tak luput darinya. So, ketika masyarakat terbangun dari mimpinya, lingkungan kami sudah bersih, rapih seolah tak pernah ada sampah sebelumnya.

.

Tak lupa dia juga sering membersihkan tempat anak-anak muda berkumpul. Merapihkan sisa dan abu rokok serta membuang kulit kacang bekas. Luar biasa.

.

Semua dilakukan tanpa pamrih. Biasanya dia melakukan ketika orang lain sedang tidak ada. Dia tak ingin aktifitasnya dilihat orang. Berjalan menembus pintu rumah tetangga yang tidak terkunci. Seolah berjalan diudara, karena warna kulitnya nyaris sama dengan warna suasana di waktu gelap.

.

Luar biasa. Seandainya aku memiliki Kalpataru, niscaya akan kupersembahkan kepadanya. Bekerja ikhlas untuk orang banyak, untuk lingkungan dan untuk Indonesia.

.

Amirul mukminin, Umar bin khathab radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

.

Slm ukhuwah elha

The Inspirite of Dhu’afa




Baca Selengkapnya......

Senin, 10 Agustus 2009

TERIMA KASIH SUDAH MEMBUAT KAMI SADAR….(bag.1)

TERIMA KASIH SUDAH MEMBUAT KAMI SADAR….(bag.1)

By elha – pengamat sosial pinggiran

.

Anak itu telah membuat kita semua sadar, betapa selama ini kita telah ‘membunuh’ banyak orang. Dia berhasil menggugah kita hanya dengan perkataan yang sederhana.

.

---oooOooo---

“Baaang....!” seru anakku kepada seorang penjual kue pancong

“Yaa...” jawab penjual kue pancong tersebut dengan senyum malu.

.

“Bi. Itukan temen aku” jelas anakku, Fachri yang masih berusia empat tahun

“Ohh itu temen Ai...?” tanyaku retoris sambil terus mengendarai sepeda motor

“Iyya....” jawab anakku pasti dengan senyumannya yang khas

.

Aku termenung sejenak dan berfikir, anakku berteman dengan penjual kue pancong? Bukankah anakku masih sangat kecil. Baru berusia empat tahun sementara penjual kue pancong itu sudah berkumis. Ku perkirakan usianya sudah berkepala empat. Yaa, lebih kurang 45 tahun lah.

.

Kembali kubayangkan wajah penjual kue pancong tadi. Badannya agak gemuk dan tidak terlalu tinggi. Kulitnya legam hasil ‘persetubuhannya’ dengan sinar matahari. Sementara kepalanya tertutup topi anyaman pandan (?). Sekilas kuperhatikan pula segaris kumis tebal diantara hidung dan bibirnya, seperti menambah ke’angkeran’ tongkrongannya.

.

Anakku bermain dengan penjual kue pancong tadi gumamku dalam hati. Perasaan cemas dan takut merasuki perasaanku. ‘ach..ini hanya kekhawatiran yang berlebihan’ batinku menghibur. Sepeda motorku terus melaju perlahan menyusuri jalan yang dipenuhi anak-anak yang sedang bermain. Kelangkaan lahan bermain membuat anak-anak itu ‘dipaksa’ untuk bermain di jalan. Meskipun bukan jalan raya, namun lalu lalang kendaraan cukup ramai, sehingga seringkali mereka menepi dan menghentikan sementara permainan dan melanjutkan kembali setelah kendaraan berlalu.

.

Ku alihkan pikiranku pada anak-anak yang bermain di jalan tadi. Aku geleng-geleng kepala, seandainya aku memiliki lahan luas, kuingin membuat taman bermain anak.....ku hela nafas panjang, Alhamdulillah, didepan rumahku masih tersisa beberapa puluh meter persegi lahan kosong yang sering dijadikan arena bermain dan sekitar 400m2 lainnya dijadikan taman serta (calon) perpustakaan RT. Sejuk nian, nyaman dengan hembusan angin yang lembut menggoda daun-daun hijau tanaman muda.

.

Sepeda motorku memasuki Jl. Sayuti II di bilangan Rawasari. Sekumpulan bocah kecil berumur antara 5 – 10 tahun berhamburan dan berteriak memanggil nama anakku

”Aiiiiii...Aiiiiii... !!” seru mereka

”Fachri...Fachri....” panggil seorang kakek dengan suara agak serak payau.

Kakek yang biasa di panggil ’Opa’ kemudian mendekati anakku dan memberikan dua bungkus wafer kecil. Satu rasa vanila dan lainnya rasa coklat.

.

”Mamaaaa....Ai datang Ma...” seru seorang Ibu dari pelataran rumahnya

Tak lama berselang datanglah seorang Nenek tua yang kerap dipanggil Oma bersama anaknya, dan juga anak angkatnya

”Aii...kok lama sekali gak main kesini. Opa bilang sama Oma....Aiii itu lucu dan bikin gemas...itu tante Debi juga sayang sama Ai” katanya dengan tutur bahasa yang halus dan perlahan

”Fachri itu anak yang baik Pak. Bikin gemes. Ramah dan selalu senyum....” jelas tante Debi menambahkan

.

”Eh ada tamu jauh....” kata seorang Ibu berperawakan gemuk dari dalam rumah penuh canda. Ya karena rumah kami hanya berjarak sekitar 400 meter.

”Ai..gak keriting lagie ya” lanjutnya.

Ibu.

Ucapan-ucapan mereka membuat aku tersentak. Kaget luar biasa. Aku tak menyangka anakku cukup digemari dilingkungan, dimana dulu kami pernah tinggal. Meskipun hanya satu tahun kami sempat tinggal di sana, namun senyuman khas seorang bocah bernama Fachri cukup membekas di hati mereka. Bukan hanya anak-anak, namun juga orang tua dan Kakek Nenek tadi.

.

Aku tersenyum. Senyum bahagia diakruniai seorang anak yang mampu membuat senang banyak orang. Seorang anak yang bisa membuat suana hidup menjadi lebih hidup...hehehehe.

.

”Kerittiiiing...” seru seorang anak lelaki berusia belasan tahun, yang kabarnya berasal dari Flores

”Ahhh.. Ai kok keritingnya di potong sih” sambungnya lagi seolah menyayangkan.

.

Aku kembali memikirkan penjual kue pancong tadi. Senyumnya begitu mengembang ketika anakku memanggilnya. Senyuman yang tulus untuk membalas sapaan seorang bocah yang lugu dan polos. Mungkin penjual kue pancong itu tidak diuntungkan dengan sapaan anakku, karena tidak serupiah pun yang mampir kesaku celananya. Namun penggilan yang dilandasi keikhlasan dan tanda persahabatan telah membuatnya merasa ’lebih hidup’, meskipun hanya dari seorang anak berusia empat tahun.

.

Mungkin sapaan anakku mengingatkannya pada anak atau cucunya di kampung sana sehingga membuatnya menjadi lebih bersemangat lagi untuk berusaha dan mencari nafkah di Jakarta. Atau mungkin juga sapaan anakku membawa dirinya bernostalgia pada masa lalu, masa ketika ia masih kanak-kanak di lingkungan desa/kampung yang ramah dan bersahaja.

.

----oooOooo---

”Kitiing Ambon...mau kemana kitiing...?” tanya seorang Ibu tetangga rumahku di satu pagi, ketika aku mengeluarkan sepeda motor teman setiaku

”Mo sekolah...” jawab anakku

”Bude boleh ikut ga...?” tanyanya lagi sambil membungkuk dan mencubit pipi anakku

”hue...emangnya pipi aku kue apem” jawab anakku sambil menepis tangan Bude

Kami semua tertawa.

”Bude boleh ikut gak...?”

”Boleh aja...emangnya Bude masih TK...?” jawab anakku balik bertanya

”Kiting sekolah dimana kiting...?”

”di Al-Mubarok ...” jawab anakku dengan nada bicara yang agak cadel, sehingga intonasi huruf ’r’ nya bergetar antara ’L’ dan ’R’

.

”Kalo Fachri orangnya enak Pak. Suka negor...enak diajak ngomong..bikin orang ketawa” Ibu tadi menjelaskan

.

---oooOooo---

”Aiiii...kemana Aiiii..?” tanya seorang kakek penjual bubur ketika kami melewati gerobak dagangannya

”Mo ikut Abi...” jawab anakku singkat

.

Aku semakin mengerti mengapa anakku banyak disapa orang lain. Karena keramahannya dan kemauannya untuk menyapa lebih dahulu. Aku juga menjadi tahu mengapa banyak orang yang mau mengajaknya bermain, bercanda hingga gemas untuk menggoda, tak lain karena anakku tulus memberikan senyumnya kepada setiap orang yang dikenalnya, baik kenal wajah ataupun kenal nama.

.

Oh, seandainya keramahan kembali hinggap di hati kita. Seandainya setiap pribadi mau memberikan senyuman tulus kepada yang lain secara tulus, sepertinya kedamaian di bumi pertiwi akan kembali hadir seperti dulu. Bukankah kita dikenal sebagai bangsa yang ramah? Bukankah banyak wisatawan asing yang terkesan keramahan dan karakter orang Indonesia yang saling menghargai sesama? Lalu mengapa banyak diantara kita yang seolah-oleh ingin melupakan jati dirinya dan membenamkan budaya ’egoistis’, individualis dan materialistis. ’Membunuh’ akar budaya bangsa yang ramah dan murah senyum.

Aku teringat sebuah Hadits Rasulullah

”Tabassumu fi akhika shadaqoh" yang artinya senyum untuk saudaramu adalah Sedekah.

---oooOooo---

.

”Abaaannggg....” seru anakku kepada penjual kue pancong yang berjalan gagah sambil memikul dagangannya

”Bi aku mau beli kua pencong dong bi..”

.

Salam ukhuwah

elha - 10.08.2009


Baca Selengkapnya......

Minggu, 02 Agustus 2009

KEPALA KAKAP MERAH

KEPALA KAKAP MERAH

By elha – pengmat sosial pinggiran

.

Luar biasa, kepala kakap menjadi barang langka. Persediaan pada sentra-sentra kosong. Apakah ada permainan & penimbunan? Apakah ini ulah spekulan.....Wallahu’alam

.

”Umi mo makan....?” tanyaku pada isteri

”Nanti dulu. Mulut umi masih pahit..” jawab isteriku

”Makan diluar aja....

Makan diluar. Kebetulan lauk dirumah sudah hampir habis. Anak-anakku sedang giat makan.

.

Isteriku memang sedang hamil muda. Usia kandungannya baru masuk minggu kelima. Calon anakku yang ketiga. Aku selalu trenyuh bila melihat isteriku mual-mual, apalagi disertai lomba lari cepat...ke toilet untuk menumpahkan isi hati...eeeh, isi perut yang membuatnya mual. Yaa, isteriku sering muntah bila asupan ke dalam badannya tidak sesuai...

.

”Umi mo makan apa...?” tanyaku kalem

”Masakan Padang aja bi...” jawabnya

Isterku paling suka bila diajak makan di RM Padang. Selera makannya bertambah jika makan disana. Apalagi bila bersentuhan dengan kakap merah, lauk kesukannya.

.

Kami kemudian menyusuri jalan di pemukiman rumah kami dibilangan Pramukasari dengan mengendarai sepeda motor. Lokasi favorite isteriku adalah tujuan utama kami. RM Sari Kambang di Percetakan Negara Jakarta Pusat.....ku ingat kembali beberapa waktu ketika kami beberapa kali makan di sana. Ia begitu menikmati hidangan yang tersedia dengan penuh selera. Ingin kunikmati lagi pemandangan indah itu, melihat sang isteri makan dengan nikmat dan penuh kelembutan.

.

”Abi mo pesen apa?” tanya isteriku penuh perhatian

”Terserah umi aja....” jawabku, agar isteriku tidak terbebani oleh keinginanku

”Ada pala kakap uda..?” tanya isteriku ke pelayan RM Sari Kambang

”Kosong bu...coba deh di sana (menunjuk ke cabang lainnya)..”

”Yang deket keramik itu ya...” jawabku

”ohh kosong juga (katanya setelah mendengar kabar dari pelayan lainnya)...Kalau gak yang di Mardani aja Pak.. kita khan punya tiga cabang....,..—tiba-tiba--... wah kosong juga Pak (setelah dikabari)...”

.

Rasa kecewa terlihat dirona wajah isteriku. Tek, terasa ada sesuatu yang menyentuh hatiku.

Kemudian aku mencoba mengantarkannya ke RM Sari Kambang Cabang Mardani. Dengan semangat isteriku masuk ke dalam RM tsb. Tak lama ia keluar kembali

”Abis juga bi...” katanya pelan....

”Ohhh, ternyata isteriku sedang ngidam....kali ini Kepala Kakap kesukaannya adalah makanan yang dicarinya....” batinku

”Tenang mi, kita cari lagie....” kataku menghibur

.

Kupacu sepeda motorku menuju RM Sederhana (kalau tidak salah) yang berlokasi di Jl. Percetakan Negara, persis di depan Komplek Ruko - Mitra PN Garam. Di dalam RM sudah ada beberapa orang yang sedang menyantap makanan. Tempat parkir juga sudah sudah terisi oleh kendaraan pelanggan....

.

Ternyata apa yang kami harapkan belum menjadi kenyataan. Di RM tsb juga tidak tersedia. Ya Allah, bukankah itu RM besar. Mengapa tidak ada juga. Apakah telah terjadi kelangkaan Ikan Kakap di Jakarta?

Hatiku berdebar...kurasakan lagi kekecewaan mendalam pada isteriku. Aku berupaya untuk ber-empati.

.

Kami lanjutkan perjalanan menuju beberapa RM Padang lainnya. Dua, tiga, empat hingga delapan RM Padang kami datangi. Jawabannya sama, tidak ada, alias kosong.

Aku mencoba menghibur isteriku dengan mesra, meskipun aku tahu itu tidak akan mengubah rasa kecewanya. Aku tahu bagaimana perasaan dan keinginan seorang isteri yang sedang ngidam.

.

”Mi, kita makan di Warung Padang depan aja ya....siapa tahu ada..” kataku mencoba untuk tetap menghibur

”Ya udah. Kayaknya enggak ada lagi bi.....” jawab isteriku pasrah

Ini adalah RM kesembilan yang kami datangi. Tak terasa sudah sekitar 30 menit kami mencari rumah makan yang menyediakan lauk sesuai keinginan alam bawah sadar isteriku. Seorang isteri yang sedang ngidam. Sementara panas menyengat ikut menyertai perjalanan kami. Dapat dibayangkan khan bagaimana suananya?

.

Isteriku menjatuhkan tubuhnya ditempat duduk di meja makan yang terletak di tengah ruangan. Tampaknya ia benar-benar sudah pasrah, mengingat ini adalah RM kesembilan yang kami datangi. Apalagi ukuran RM Padang ini relatif lebih kecil. Aku berempati. Ingin rasanya kupeluk erat isteriku dengan pelukan mesra, dan kuhadiahi sebuah kecupan dikeningnya. Namun, kondisi tak memungkinkan untuk melakukan hal itu.

.

”Ada kepala kakap uda...?” tanya isteriku basa-basi. Karena memang sudah pasrah untuk mendapat jawaban ”Tidak ada”. Dan sudah siap menukar dengan menu lain.

”Ada....” jawab sang pelayan datar.

”Ama apa lagi....?” tanyanya kemudian...

.

Duarrr....tak terperkirakan bagaimana senangnya hatiku mendengar jawaban pelan sang petugas RM. Dia mungkin mengucapkan itu dengan kalem dan tidak ada tujuan apa-apa selain menjawab pertanyaan pelanggan. Namun suara perlahan tsb memberi kami spirit baru. Motivasi baru untuk menikmati hidangan makan siang....bahkan sudah kelewat siang, karena waktu menunjukkan pk. 02 siang lebih dikit....

.

Isteriku kembali tersenyum. Keceriaan kembali menampakan auranya. Duh, betapa bahagianya diriku melihat senyum maniesnya mengembang. Seolah renyah, seperti tepung fried chicken yang sedang mekar, yang baru diangkat dari penggorengan. Hangat, nikmat dan penuh arti.

.

Kuperhatikan isteriku makan dengan nikmat, semangat dan luar biasa bahagia. Panas terik dan jauhnya perjalanan seolah hilang oleh sepiring lauk kepala kakap merah yang memang terlalu nikmati untuk dibiarkan.....ditemani oleh sepisin kerang remi pedas dan sayuran lainnya.

.

Namun, yang namanya ngidam tetaplah ngidam. Setelah mencicipi sebagian dari hidangan kakap merah yang tidak terlalu besar, isteriku selesai sudah. Dihibahkan seluruh hidangan tersedia untukku seorang...alamak. isteriku tertawa. Akupun ikut tertawa....tertawa bahagia....ya, biasanya ia sangat menggemari kakap merah, bahkan hingga tetesan cupilan terakhir....kini...kini...kini ia menghibahkannya kepadaku seorang.

Ya..ya..ya, gak ada salahnya toh ku bawa pulang untuk anak-anakku.

.

O ya, pembaca belum tahu ya…kalau aku sudah mempunyai dua putera..bener-benar putera. Yang pertama usia 7 tahun yang kedua 4 tahun…mereka Sangay Sangat super lucu banget amat. Kreatif, innovatif…dan sedikit nakal….serta sering…hehehehe

.

“Umi…gak boleh su’udzon…” candaku

Isterku tertawa lagi. Ternyata apa yang kami cari ada di lokasi yang tidak kami duga. Lokasi yang biasa memang tidak ada. Lokasi yang memang jarana terjadi. Tapi itulah kenyataannya….

.

Allah membuat kenikmatan santap siang bersama kami estela kami merasakan betapa sulitnya mencari sesuatu yang kami tuju. Tanpa kesulitan tsb, mungkin kebahagiaan kami tidak seindah ini. Subhnallah walhamdulillah.

.

So, semua hal diatas tidak ada hubungannya spekulan. Juga tidak ada penimbunan….hehehe, emang untuk apa menimbun kepala kakap. Pasti bau amislah. Hanya kebetulan memang tidak tersedia di delapan RM Padang yang kami datangi.

--dialog diatas, mungkin tidak persis sama dengan yg diucapkan, Namur saya buat ses alur cerita saja--

Salam ukhuwah – elha

Salam kehangan untuk isteriku tercinta

elha – 02192900184 (esia)




Baca Selengkapnya......