Tips Hemat di Bulan Ramadhan…part 1
By elha – Social Financial Planner
.
Kenapa bulan Ramadhan kita justru sangat boros. Pengeluaran bertambah besar. Rasanya penghasilan sebulan habis dalam seminggu. Aneh ya, makan berkurang, pengeluaran justru bertambah....ADA APA?
---oooOooo---
.
“Pak
“Ibu sahur pake apa?” tanyaku pelan
”cuman pake telor dadar, ama sayur bening. Kadang-kadang daging seeh” jawab ibu itu kalem
.
”Kalau ibu dan keluarga berbuka, apa yang tersaji dalam meja makan?” tanyaku lagi
”Biasa Pak
”ya ya ya...yang lainnya?” tanyaku memancing
“Paling-paling bapaknya suka bawa martabak, atau es kelapa. Atau anak-anak suka minta dibikinin makanan kesukaannya…” jawab ibu itu lagie.
.
“Itu masalahnya bu. Ibu mengumbar makanan untuk berbuka. Dengan semangat Ibu menyajikan sesuatu yang sebenarnya gak perlu. Saya yakin, pasti banyak yang kebuang...”
”Iyya siih Pak. Tapi khan bisa diangetin Pak...”
”Yakin gak....apa bener setelah diangetin terus dimakan lagi?” tanyaku
”Enggak seeh....”
.
---oooOooo---
Kita selalu berlogika bahwa dengan berkurangnya jatah makan sehari, maka selama sebulan pengeluaran kita pasti berkurang pula. Dus, bisa berhemat untuk Hari Raya. Namun realita berbicara lain. Puluhan tahun kita ber-shaum Ramadhan, keluhan yang sama selalu muncul. Bukan hanya Ibu diatas seorang. Kita semua Insya Allah punya alasan dan masalah yang sama.
.
Mengapa...??? Pertanyaan ini harus kita telaah bersama dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka.
.
Satu atau dua hari menjelang Ramadhan, dimanakah yang paling ramai dikunjungi masyarakat? Mesjid, Musholah, Taklim atau pasar dan mal-mal? Secara gamblang dan berseri kita akan menjawab yang kedua.
.
Lalu bila kita tambahkan pertanyaan lanjutan, dimanakah kita berada seminggu sebelum Ramadhan, di Mesjid, Musholla, Taklim atau Kuburan....lagi-lagi jawaban kita akan mengarah ke pilihan yang terakhir.
.
Jelas sudah. Dengan terang benderang kita sudah mendapatkan jawabannya. Kita secara sadar dan sengaja menempatkan diri kita dalam ranah Konsumerisme. Kita memposisikan diri kita sebagai orang yang berkelas dengan kategori sesuai jawaban kita, yang nyaris sama satu dengan yang lain. Kita senang mengeluarkan uang ketimbang menghematnya...Hatta ketika waktu dimana makan siang dilarang.
.
Kita membiasakan diri kita dengan beragam tuntutan nafsu, bukan hati. Bayangkan sebelum Ramadhan mal-mal, pasar, bahkan kaki lima menjadi primadona. 30%, 50% bahkan lebih dari total penghasilan sebulan mengalir deras kesana....untuk membeli kembang, transportasi, persiapan Ramadhan, membeli kebutuhan pokok yang berlebih, persiapan berbuka yang diatas standar, belum lagi penyajian makan malam ketika menu berbuka belum lagi habis.
.
Ada satu lagi yang tak bisa diabaikan, keinginan untuk membalas waktu ngemil, jajan dan ’ber-receh ria’ diwaktu malam. Seolah tidak ada hari esok. So, pos pengeluaran kembali meningkat.
.
Bagaimana mengatasinya
Insya Allah akan kita bahas besok, ketika kita semua be-shaum Ramadhan, agar lebih khusyu’
.
Salam ukhuwah
elha 21.08.2009
.
021-92900184 (elha)
3 komentar:
tenx elots Mr/Mrs/Miss 4 U'r attns
elha
memang pada bulan ramadhan sikap konsumeritas seseorang bertambah tinggi nilainya, dimana orang-orang lebih memilih pasar dibanding yang lainnya, misalkan ke masjid atau hal lainnya yang menambah nilai keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah Swt sebagai mana fungsi daripada bulan suci Ramadhan.
ada undangan mas.. ditunggu kehadirannya
Posting Komentar