Minggu, 21 Juni 2009

PARA CAPRES : DENGARLAH PESAN INI

PARA CAPRES : DENGARLAH PESAN INI

By elha – pengamat politik pinggiran

.

Bang One, TV-One, menampilkan pesan moral, bahwa menjelang pilpres, TKI yang menjadi korban penganiayaan diundang Capres, rakyat kecil disalami, masyarakat dapat melihat dari dekat capres (tokoh) mereka,…hehehehe..SETELAH TERPILIH..??? (TV-One, 21.06.2009)….

.

Pemilu khas Indoensia adalah pemilu lima tahunan. Senyum dan simpatik lima tahunan. Bicara atas dan mengatas namakan rakyat…wow…apalagi, lima tahunan. Itupun kalau terpilih lagi menjadi calon/kandidat.

.

Dalam tulisan saya sebelumnya,
PILPRES : TIBA-TIBA MEREKA PEDULI PASAR DAN PESANTREN…part1 , pasangan capres – cawapres rajin mengunjungi pasar dan pesantren. Tak terkecuali tokoh masyarakat, para TKI yang mengalami penderitaan di negeri jiran, hingga Prita Mulyasari, yang sebelumnya tanpa perlindungan.

.

Kita tentu senang dan bergembira dengan kehadiran para tokoh di tengah-tengah masyarakat, yang selama ini mengharapkan sentuhan pemimpinnya. Rakyat ingin keluhannya yang sudah terakumulasi sekian lama tersalurkan, bila mungkin segera terselesaikan. Masyarakat ingin mendengar langsung pernyataan para tokoh mengenai realita yang ada…….bahkan mereka rela menunggu sejak pagi hari dan berpanas ria untuk melihat sang tokoh.

.

Sudah pasti apresiasi dan applaus wajib kita berikan kepada para tokoh dan capres-cawapres tsb. Namun kita tentu akan lebih senang dan sangat mengharapkan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan rakyat bukan hanya ‘ajang lima tahunan’. Karena data otentik adalah masyarakat itu sendiri berikut permasalahannya. Toh tujuan untuk menjadi Presiden, Wakil Presiden, anggota legislative dan pemipin daerah adalah untuk mensejahterakan rakyatnya. Bila ada agenda lain wajib ditempatkan dibawahnya.

.

Kami khawatir bila kedekatan dengan rakyat, membela TKI korban penganiayaan, melindungi orang seperti Prita Mulyasari dan berkunjung langsung ke pasar hanya ‘ajang lima tahunan’, maka Negeri gemah ripah loh jinawi toto tenteram kerto raharjo akan sulit terwujud.

.

Sabtu kemarin, anakku sakit panas. Namun karena keatifannya, dia lebih suka membantu aku membersihkan halaman rumah dan menyiram pohon-pohon, ketimbang istirahan di tempat tidur.

“Ai lagi sakit ai….?” Tanya Pakde, tetangga rumah

“Kok gak tiduran sih, biar lebih sehat...” lanjutnya

“Gak apa-apa. Allah dan Malaikat yang jaga aku...” jawab anakku dg polos dan mimik wajah lugu bocah empat tahun

“Loh kalo sakit bukan Abi ama Umi yang jagain...?” tanyanya lagi

“Emangnya Abi ama Umi Allah dan Malaikat...” jawab anakku enteng sambil terus mengunyah makanan kecil

.

Kami tersenyum. Yaa, Pakde dan tetangga rumahku memang senang menggoda anakku. Termasuk ketika sakit seperti kemarin.

.

Allah memberikan karunia besar dengan meng-amanahkan Fachri, anakku, kepada kami sekeluarga. Jawabannya yang lucu, polos dan apa adanya membuat kami sering kali berfikir dan ber-introspeksi.

.

Bila para Capres-Cawapres mendengar bocah kecil empat tahun itu bicara, beliau-beliau mungkin juga akan tersenyum dan terdetak di hatinya, bahwa apa yang diucapkan, meskipun hanya lontara spontan merupakan kritik masa kini. Jawaban atas fenomena kekinian. Allah dan Malaikat yang akan menjaga kita. Tidak perlu takut menampilkan kebenaran. Tidak perlu berpura-puran dan Lips Service, demi meraih simpati publik....Bila memang itu kebenaran dan keadilan, ungkapkan saja kepada publik. Insya Allah sebagian besar rakyat Indonesia masih bernurani bersih dan mau membela yang benar.

.

”Allah dan Malaikat yang menjaga aku” tegas anakku, 4 thn, yang masih bocah yang lugu dan polos.

.

Haruskah kita masih memperhatikan ajang lima tahunan???

.

Mhn maaf, kalimat dalam dialog di atas sudah ane sesuaikan/ubah redaksinya dengan tema kita.

.

SELAMAT ULANG TAHUN JAKARTA

Salam demokrasi – salam ukhuwah

elha : 22.06.2009

www.jangankedip.blogspot.com




Tidak ada komentar: