Rabu, 03 Juni 2009

PRITA, ENGKAU ADALAH PAHLAWANKU

BU PRITA, ENGKAU ADALAH PAHLAWANKU

By elha – pengamat sosial pinggiran

.

Air mata dirimu, wahai Bunda Prita, menggambarkan betapa kebenaran telah terbelenggu oleh kekuatan,………keberanian mengunggap kejanggalan justru mengantarkanmu ke bilik penjara…ADA APA INI? MENGAPA PULA ADA TOKOH POLITIK YANG MENGUNJUNGIMU……

.---oooOooo---

.

Dua hari terakhir, hampir seluruh media menayangkan penderitaan yang dialami oleh Prita Mulyasari. Seorang Ibu yang menceritakan nasib dan perisitwa yang dideritanya ketika menjalami pengobatan dan rawat inap di rumah sakit bertaraf internasional.

.

Rasa kecewa adalah hal yang lumrah. Bahkan diungkapkan ke public sekalipun. Dalam iklim demokrasi yang sudah diakui dunia, setiap orang berhak menyuarakan pendapatnya. Hatta, bertentangan dengan penguasa sekalipun.

.

Tapi mengapa pihak rumah sakit membawa peristiwa ini ke dalan ranah hukum, bertindak sebagai penggugat. Bunda Prita, yang mejadi obyek penderita justru masuk dalam sel tahanan. Tak tanggung-tanggung lebih dari 20 hari beliau disana….(beliau, yaa beliau…saya sangat menghormati beliau, Bunda Prita)….Ini yang harus dijelaskan ke publik secara transaparan. Tanpa perlu mengatakan pihak yang satu lebih benar dari yang lain, sebelum ada keputusan pengadilan.

.

Bila kita baca email yang ditulis Bunda Prita ke beberapa temannya, hanyalah ungkapan kekecewaan seorang pasien yang merasa ada kejanggalan diagnosa dan cara pengobatan dokter di rumah sakit tsb. Artinya (jika memang sesuai kenyataan), ini adalah bentuk kepedulian seorang Prita, agar teman-temannya (dan masyarakat) berhati-hati dalam memilih rumah sakit.

.

LOH KOK HARUS MENDEKAM DI PENJARA? Ini masalahnya.

Kadang hegemoni dan kemampuan financial bisa ’mengubah’ seseorang dapat menjadikan orang lain laksana anak kecil yang kena 'marah' orang tuanya. Diam tak bisa berbuat banyak. Kita memang tidak mengerti detail dan jelas peristiwa itu. Karena pihak rumah sakit juga belum memberikan hasil-hasil medis-nya ke publik.

.

Seharusnya semua pihak, baik pasien dan Dokter plus rumah sakit mau mengungkap peristiwa ini secara transparan. Agar publik dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah. Bila pihak rumah sakit merasa yakin benar, silakan ungkapkan dengan bukti-bukti otentik berupa rekap medik yang asli.

.

Leo Batubara, seorang tokoh Dean Pers bahkan mengatakan bahwa pengungkapan kekecewaan pasien sangat dibolehkan. Bila pihak rumah sakit keberatan dapat menggunakan hak jawabnya. Ketua YLBHI, Patra M Zein, berpendapat senada.

---oooOooo---

.

Bunda Prita, benarkah Engkau korban dari ’perselingkuhan’ UU ITE. Atau dirimu adalah ’kambing hitam’ dari rekayasa. Bunda Prita, Kasusmu membuat banyak orang menangis, karena Engkau juga banyak menitikkan ari mata karena terpisah dari keluarga.

.

Berbeda dengan ’tokoh’ yang selalu tersenyum, meski mengatakan telah disiksa pihak lain. Engkau, menangis dan menangis mengungkap semua ini ke pers dan masyarakat. Menangis keheranan, menangis kesehan dan menangis dijauhkan dari anak-anakmu tercinta plus suami tersayang.

.

Bunda Prita, teruskan perjuanganmu mengungkap kebenaran demi kebenaran. Insya Allah kebenaran itu sendiri akan menolongMU. Karena Allah selalu bersama orang-orang yang benar.

.

Bunda Prita, kami tidak tahu apakah tokoh politik yang mengunjungimu memang bersimpati, atau melakukan kalkulasi politik? Wallahu’alam.

.

Bunda Prita, Engkau adalah Pahlawanku.

.

Salam ukhuwah dan salam empati kami

elha – 04.05.2009

www.jangankedip.blogspot.com




1 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallah. s7 seqalee