GUNTING CREDIT CARDS ANDA. Benarkah….??
By elha – Financial Planner 021-92900184
.
“Bi, Bu ChieChie (bukan nama sebenarnya_red) minta tolong dipinjemin uang. Katanya buat bayar kartu kredit…” kata isteriku tercinta
“Lho, emang kenape….?” Tanyaku penuh mesra
“Soalnya…Bu ChieChie sering didatengin DB (bukan deman berdarah ya….tapi Debt Collector). Kalo datang DBnya selalu marah-marah. Nendang-nendang kursi. Bu ChieChie malu sama tetangganya….”jawab isteriku tak kalah mesra
.
Rekans, mungkin juga pernah mendengar dialog serupa seperti diatas. Atau bahkan lebih dramatis lagi...hehehe
.
Kartu Kredit…..
Dua kata tersebut sangat akrab di telinga kita. Bahkan banyak yang menganggapnya sebagai anggota keluarga. Tak jarang pula yang memperlakukannya bak dewa ’Amor’ dan Dewi Ezrie.
.
Uang plastik, adalah salah satu barometer citra pergaulan modern. Keberadaannya dinilai sebagai status sosial orang yang memilikinya. Tapi itu dulu.....baheula banget deh. Tepatnya ketika credit card menjadi perantara pembayaran, dengan limit yang ditentukan oleh vendor. Kategorinya nilai gaji/penghasilan, cash on hand, take home pay dan pangkat/jabatan si calon pemilik.
.
Sekarang gimane....wow, gak usah di tanya deh....
Vendor dan marketer kartu kredit laksana laron di lampu bohlam. Banyak dan awut-awutan menyerbu calon nasabahnya. Gak peduli si calon nasabah berpakaian seksi, cuman pake sendal jepit atau baru ditolak kartu kreditnya di sebuah swalayan.... Bahkan untuk yang terakhir merupakan mangsa sangat sangat empuk amat banget. Apalagi kalau pemilik kartu itu adalah wanita, yg menurut penelitian lebih konsumtif dan perasa.
.
”Mba,....kartunya di tolak y barusan. Gak usah khawatir Mba. Kami bisa kok membantu. Saldo tagihan Mba bisa kami re-payment.... Mba tinggal kasih copy KTP aja...beres khan....” kata si marketer di sebuah swalayan...
”Lho kok die tahu kartu gue ditolak...wah jadi tambah malu neh gue..” si Mba berkata dalam hati
”Mba gak usah takut. Kami jamin deh....dan Mba juga akan dapat hadiah Boneka Tweety yang lucu...” tambah marketer terus menyerang
.
Marketer kartu kredit memang aktif bermain di area swalayan. Tepatnya pintu keluar kasir pembayaran. Mereka sangat aktif memperhatikan mereka yang berbelanja dan melakukan transaksi pembayaran. Tak terkecuali yang membayar dengan uang tunai.
Tapi apakah benar saat ini kartu kredit seperti dewa ’Amor’, Dewa Cinta ala Yunani, atau Dewi Ezrie – Dewi rejeki-? Mari kita diskusikan....
.
Peristiwa datangnya Debt Collector ke rumah / kantor pemilik kartu kredit bukan hanya dialami oleh Bu ChieChie semata. Banyak rekans di Mandiri yang mengalami hal serupa. Bahkan kami sering harus melayani Debt Collector tsb ketika mereka memasuki area unit kerja di Mandiri. Apalagi keberadaan mereka sangat mengganggu kondisi lingkungan kerja.
.
Kebanyakan dari mereka yang berurusan dengan Debt Collector adalah pemilik kartu yang belum mampu mengelola penggunaan kartu kredit secara tepat. Atau yang memiliki penghasilan tidak sebanding dengan limitasi yang diberikan. Atau mereka yang membuat kartu kredit di mall/swlayan dan sentra layanan instan lainnya.
.
TIPS dan TRICK Menggunakan Kartu Kredit
Masalah yang melilit sebagian pengguna kartu kredit bukan berarti kita harus menafikan keberadaan alat perantara pembayaran tsb. Sebab keberadaan uang plastik itu merupakan satu keniscayaan era perbankan modern saat ini. Hanya cara pengelolaannya yang perlu kita perhatikan.
.
Step 1. Limitasi Kartu Kredit
Untuk warga kelas menengah, baik dari sisi pekerjaan ataupun pendidikan, kita tentu memahami betul kemampuan diri kita dalam memproduksi penghasilan. Nilai gaji, penghasilan selain gaji dan besaran kebutuhan kita.
Misalnya gaji bulanan kita (individu) adalah Rp. 7 juta dan penghasilan diluar gaji/bulan rata-rata Rp. 3 juta. Sementara kebutuhan bulanan (all in) adalah Rp. 6 juta. Berarti kita memiliki dana saving + investasi Rp. 4 juta.
.
Kebutuhan tidak terduga + kebutuhan senandung + kebutuhan extra ordinary = 40% dari besaran dana saving + investasi tersedia, yang berarti = Rp. 1.6 juta/bulan. Maksimal
(--ini kalau mau digunakan dan kalau dibutuhkan)
.
Limitasi kartu kredit yang memungkinkan adalah 10 x Rp. 1.6 juta = Rp. 16 juta
Bila kita menginginkan memiliki dua kartu kredit, maka masing-masing kartu berlimit Rp. 8 juta, atau komposisi lainnya dengan nilai total Rp. 16 juta
.
Patokan nilai tsb adalah kewaspadaan kita bila terjadi lose control, kita sanggup melunasi cicilan selama 12 bulan. 10 bulan pokok iuran dan 2 bulan untuk bunga transaksi.
Artinya kalaupun terjadi deadlock dalam penggunaan kartu, kita tidak mengorbankan kebutuhan pokok kita, kebutuhan rumah tangga dan tidak menggerus nilai penghasilan. Dus, keberadaan Debt Collector dapat kita hindari.
.
.
Bersambung....
Artikel lainnya menghitung bunga kartu kredit
Membuat vendor kartu kredit gigit jari
Slm ukhuwah
elha – 01.06.2009
2 komentar:
ocre
muantabbb. aku beli donk satu
Posting Komentar